TEKS SULUH


Kamis, 29 November 2012

PUISI : Raskin



BERAS MISKIN DIKORUPSI KECIL-KECILAN DI TIAP DAERAH

Agus Warsono


RASKIN ,
JANGAN........
KWALITASNYA DITURUNKAN
BELANJANYA DICARI DARI NEGARA PRODUSEN YANG MAU MURAH
SAMPAI GUDANG DITUKAR 
DI PERJALANAN DITURUNKAN 
DICEK, DISOGOK TESTER BERULANG-ULANG, 
SEHINGGA BERAT SEKARUNG BERKURANG
DIDESA TUJUAN DIJUAL
DITUKAR KEMBALI DENGAN YANG BURUK
LALU SI MISKIN ADALAH KERABAT APARAT DESA
KEMUDIAN ADA BAYAR UNTUK UPAH ANGKUT
ADA BAYAR UNTUK KARTU MISKIN
ADA BAYAR UNTUK KARTU PENGAMBILAN
LALU ADA PENADAH 
DAN LEBIH GILA DIMASUKAN LAGI KEGUDANG
JANGANLAH DEMIKIAN.............

TUAN 
BERI SAUDARA KITA KEBAHAGIAAN ..........

Senin, 26 November 2012

Pertemuan Pengarang Indonesia di Makasar 24 Nofember 2012



Dua seniman Kebanggaan Tegal diundang ke Pertemuan Pengarang Indonesia di Makasar. Pernyataan ini sebagaimana disampaikan Bapak Ketua DPRD Kabupaten Tegal H. Rojikin AH.SH. di kediamannya 23 Nopember kemarin. “Dyah Setyowati dan Nurochman eksistensinya memang tidak perlu diragukan. Dalam penilaian kami selama tiga tahun ini sangat jelas eksistensinya bahkan kiprah dan karyanya. 



Lebih lanjut Rojikin menuturkan perihal pasangan seniman budayawan kebanggan tegal itu seringkali terlihat tampil dalam berbagai acara baik saat menjadi juri lomba baca puisi, work shop teater, bahkan di acara hajatan teman sebagai seniman mereka selalu tampil tidak pandang ada dana maupun tidak. Di berbagai media pun mereka kerap nampak baik karya puisinya maupun pemberitaan pentas mereka di luar kota maupun di sekitar daerahnya sendiri. “mereka pasangan seniman yang produktif, hampir tidak pernah terdengar isyue negatifnya. Kami melihat sendiri di sanggar dan di beberapa even kesenian dan laporan rutinnya setiap memperoleh undangan lawatan ke berbagai kota di Indonesi. Bahkan saya yakin keduanya tahun depan berhasil merealisasikan harapannya untuk pentas keliling di berbagai kota seni budaya di tingkat internasional. Apalagi Mas Nurochman tidak Cuma pinter ndalang cerita dia piawai memanfaatkan Idenya Dyah Setyawati melukis ikan-ikan mahal pembawa berkah seperti kakap, arwana dan koi. Kiprah mereka sudah barang tentu ikut menopang pembangunanseni budaya di Tegal ,” ujarnya. 


Pernyataan yang sama juga dituturkan Kapolres Tegal AKBP Nelson P. Purba, ia menyebut pasangan seniman yang bersanggar di Pangkah Sabrang itu seniman yang luar biasa. “Bayangkan saja oleh anda; mereka tanpa dukungan APBD siap bekerjasama dingan pihak lain termasuk dengan Polres Tegal. Contohnya saja sewaktu HUT Polri 1 Juli lalu, Saya sudah barangtentu memberikan penghargaan berupa Plakat “Pngabdian Terbaik” dari Resor Tegal atas inisiatifnya menggelar Sendratari “Tumandhange Sinatria Bhayangkara” di Lapangan Kali Bliruk yang disutradarai Mas Nurochmn dan Mbak Dyah Setyawati,” ujarnya.
Sementara itu secara terpisah Dyah Setyawati dan Nurochman membenarkan diundangnya mereka ke acara Pertemuan Pengarang Indonesia (PPI) di Makasar 25-227 November ini. Dari surat undangan yang ditunjukkan pad a Radar Tegal, mereka berdua terpilih dianatara 71 pengarang Indonesia yang diundang oleh Mendikbud dan dibuka oleh Wakil Presiden Budiono . “Kami bangga karena saat ini kan jumlah Pengarang di Indonesia sudah ribuan, tak disangka kami termasuk yang diundang sekaligus bisa tampil pentas di hadapan presiden dan mentrin Pendidikan dan kebudayaan Indonesia, apa nggak beruntung itu?” Ujarnya bangga. 


Berdasarkan randon di undangan pasangan seniman Tegal ini tidak hanya bakal ikut musyawarah masa depan kepengarangan Indonesia tetapi juga akan tampil di hadapan Presiden, Menteri dan 71 pengarang Indonesia di acara pembukaan. “Ciri khas pembacaan puisi kami disetiap pentas kan selalu mencari bentuk baru yang tidak lupa juga mengangkat akar tradisi masyarakat Pantura. Mas nur di kenal dengan dalang tutur dengan sulukan gaya panturanya memberi kekuatan baru pembacaan puisi kami yang bertajuk Pentas Sastra Kiseran atau pembacaan Puisi wayangan. Adapun wayang sebagai media pentas kami memang selalu berganti. Kadang wayang kulit, wayang golek hadiah dari mas Entus Susmono, wayang kertas, wayang tutus dan kini wayang Parsek, pari dan gesek” tutur Dyah Setyawati. 


Dijelaskan oleh Nurochman perihal wayang Parseknya dibuat sendiri dan itu merupakan simbol kebanggaan kekayaan masyarakat Agraris dan masyarakat Maritim atau berbaurnya masyarakat Tani dan Nelayan Tegal untuk Indonesia. Adapun gagasan pementasan pembacan puisi yang dibawakan secara berdua ini diakui telah dirintis sejak tahun 2010 lalu. Berikutnya nama kedua seniman ini semakin merembak setelah berkali diundang dalam berbagai acara baik di Surabaya, Bojonegoro, Pati, Ngawi, Taman Budaya Solo, Semarang, Taman Ismail Marjuki Jakarta, bahkan tahun kemarin 5 kali diundang pentas di Yogyakarta 3 diantaranya di Taman Budaya Yogyakarta, selain di kotanya sendiri Tegal, Pemalang, Brebes dan Slawi.
Yang patut dibanggakan pula jadwal pentas kedua seniman Tegal ini sepulang dari Makasar akan tampil di Galery Nasional Gambir Jakarta pada tanggal 1 Desember. Mereka akan menggelar Lakon “Sedulur Papat, Lima Pancer” cerita gambaring perjalanan manusia lahir, hingga hidup di masa kanak dan dewasa terus mencari jati diri dan kemudian mencapai puncak kesejatian hidup untuk masyarakat, diri dan tuhannya. Konon pentas di GARNAS nanti selain bakal ditata panggungnya dengan nuansa artistik khas pesisir Tegal, Tentu saja menampilkan pula beberapa lukisan khas Nurochman ikan-ikan laut “pembawa berkah” . Adapun musiknya akan digarap oleh Bintoro Agung seorang musisi muda yang dinilai piawai dalam menggarap musik pertunjukan di Kota Tegal.*** sumber teropong.com

Kamis, 08 November 2012

PAHLAWAN APA? KOK SEBUT PAHLAWAN?



Boleh jadi penghuni taman makam pahlawan kita bakal dihuni orang-orang yang bukan haknya sebagai pahlawan. Mengapa? Kategori siapa saja yang berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan tidak tertuang gdalam peraturan yang jelas dan memasyarakat. Tempat itu mungkin akan dihuni jasad orang-orang munafik, koruptor, bahkan penghianat negara.
   Meski di alam akherat Allah akan memilah mereka sesuai amal perbuatannya, namun salah memberikan gelar pahlawan nasional  menyesatkan sejarah anak  bangsa ini.
   Bagaimana  penetapan sebagai Pahlawan pada seseorang di era setelah kemerdekaan, atau era setelah proklamasi didengungkan, dan setelah Indonesia 50 tahun merdeka patut ditanyakan? sejauh mana kreteria penetapannya dan disebut pahlawan.
   Kemudian apa tataran apabila disebut pahlawan nasional. Maka apabila pemilihan pahlawan nasional atas dasar kepentingan berbagai macam, misalnya politis, keluarga penguasa, atau sekedar menghormati leluhur yang populair, maka bisa jadi akan meracuni masuarakat dan generasi mendatang.