TEKS SULUH


Kamis, 27 November 2014

Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III Dokumentasi Puisi Sastrawan Indonesia 2015



Ikutilah Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III

(Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III)

Syarat:

Tema : Perempuan Desa

1. Peserta :
Warganegara Indonesia

2. Pendaftaran :
Gratis Biaya Pendaftaran

3.Berpartisipasi untuk Transport Pengiriman Buku
sesuaikan dengan biaya pos , TIKI atau JNE

4. Kirim Naskah
a. kirimkan 2 naskah naskah puisi terbaik Anda dengan tema di atas melalui email ke
gus.warsono@gmail.com
naskah yang tidak sesuai dengan tema tidak akan diseleksi panitia
b. Buktikan dengan partisipasi biaya transport pengiriman buku yang disesuaikan dengan tujuan ke alamat
peserta (dari panitia ke alamat peserta)
c. Puisi yang dimuat namun tidak mengirimkan biaya transport tidak dikirim buku.

 5. Deadline kegiatan ini berakhir pada 31 Maret 2015

6. Peluncuran buku dilaksanakan secara sederhana tanpa mengundang penulis namun demikian penulis
dapat mengadakan peluncuran buku dimanapun tempat.

7. Pengiriman buku diharapkan tepat tanggal 21 April 2015 sudah sampai rumah peserta

8. Seleksi kegiatan ini dilakukan oleh panitia yang terdiri dari sastrawan yang dipilih oleh panitia dan
dipandang independen.

9. Puisi yang lolos seleksi akan diumumkan 10 April 2015 dan sekaligus diharapkan bersedia
mengirimkan biaya transport pengiriman buku.

10. Peserta yang puisinya dimuat masing-masing mendapat 2 buah buku antologi Lumbung Puisi Sastrawan
Indonesia Jilid III

11. Panitia tidak memperjualbelikan buku antologi

12. Alamat panitia: Sanggar sastra dan Lukis Meronte Jaring
Jl. Tulip Merah no. 6 Perumahan Cidhayu Indramayu-45211 Jawa barat

Indramayu, 26 Nofember 2014

Rabu, 19 November 2014

Resensi Memo yang menghentak, merontak, memuja, menyanjung, lalu menghujat dan marah!

Resensi
Memo yang menghentak, merontak, memuja, menyanjung, lalu menghujat dan marah!
Barangkali Anda ingin tahu perkembangan sastra dewasa ini Antologi Memo untuk Presiden adalah jawabannya. Kita bisa melihat corak puisi nuntakhir dari buku setebal 476 Halaman ini. Tentu saja beraneka pola. Namun demikian warna gaya penyair kita telah berubah sejak sebelum reformasi negeri ini. Mungkin pula gambaran reformasi gaya penyair Indonesia. Kalian bisa menilai puisi-puisi dari 196 penyair indonesia. Dari yang sudah ubanan hingga yang bau kencur namun telah menjadi resep sambal dari rasa penyair-penyair Indonesia. Memo bukanlah memo biasa namun suguhan yang enak dibaca bolak-balik. Terserah mana karya dan pujangga yang Anda pilih , 196 Penyair negeri. Jika memo ini sampai Istana kenapa kita tidak turut serta membaca. Agaknya Sosiawan Leak dan Rini Tri Puspohardini sang editor buku ini tidak membuat alur isi dari masing-masing karya penyair yang begitu banyak ini, sengaja susunannya dengan menggunakan abjad depan nama penyairnya. Jadilah lembar lembar itu kadang menghentak, merontak, memuja, menyanjung, lalu menghujat dan marah!. Wah Anda pasti ketinggalan jika tak baca buku ini.
Judul : Memo untuk Presiden (Antologi Puisi)
Penulis: 196 Penyair Indonesia
Kurator : Leak Sosiawan
Penerbit : Forum sastra Surakarta
Cetakan 1 : Oktober 2014
ISBN : 978-602-777-802-3

( RgBagus Warsono 18-11-2014)

Minggu, 16 November 2014

PANTUN MEMBANGUN BANUA karya Ali Syamsudin Arsi


Bulan sepenggal di malam hari
Batang randu daunnya layu
Jangan ditinggal si jantung hati
Datang merindu ke ayah ibu
Batang randu daunnya layu
Beralas kata nan membayang
Datang merindu ke ayah ibu
Berbalas cinta dan kasih sayang
Beralas kata nan membayang
Angkat sauh dalam perahu
Berbalas cinta dan kasih sayang
Berangkat jauh menimba ilmu
Angkat sauh dalam perahu
Pasang tali di tiang papan
Berangkat jauh menimba ilmu
Pulang kembali dengan harapan
Pasang tali di tiang papan
Guntur mengepung di tepi pantai
Pulang kembali dengan harapan
Makmurkan kampung aman dan damai
Guntur mengepung di tepi pantai
Menggema ombak di kejauhan
Makmurkan kampung aman dan damai
Tanpa merusak alam lingkungan
Menggema ombak di kejauhan
Ke sisi tebing bunyi di ngarai
Tanpa merusak alam lingkungan
Seperti bening air di sungai
Ke sisi tebing bunyi di ngarai
Bisik lautan di ombak besar
Seperti bening air di sungai
Sisik ikan pun nampak di dasar
Bisik lautan di ombak besar
Melantun hujan di lengkung batang
Sisik ikan pun nampak di dasar
Daun di hutan memayung rindang
Melantun hujan di lengkung batang
Merunduk padi tanda berisi
Daun di hutan memayung rindang
Penyejuk hati cahya nurani
Merunduk padi tanda berisi
Sepandang ladang hamparan panjang
Penyejuk hati cahya nurani
Lapangkan jalan terang benderang
Sepandang ladang hamparan panjang
Pagar merapat tinggi sekaki
Lapangkan jalan terang benderang
Agar mendapat ridho illahi
Pagar merapat tinggi sekaki
Bulan pun redup di tamat malam
Agar mendapat ridho illahi
Tujuan hidup di ummat islam
Banjarbaru, Agustus 2006
Pantun berkait Ali Syamsudin Arsi
1. Kelahiran
Ada tangis memecah sunyi
Sunyi waktu membuka kelam
Ada tangis si tangis bayi
Bayi lahir kita mengucap salam
Sunyi waktu membuka kelam
Kelam tersibak tadah telapak
Bayi lahir kita mengucap salam
Salam teruntuk ibu dan bapak
Kelam tersibak tadah telapak
Senyum ceria bayi di tangan
Salam teruntuk ibu dan bapak
Tak akan lupa lantunkan azan
Senyum ceria bayi di tangan
Kelahiran engkau sangat ditunggu
Tak akan lupa lantunkan azan
Azan menggema berseru merdu
Kelahiran engkau sangat ditunggu
Ditunggu oleh handai tolan
Azan menggema berseru merdu
Jauhkan sedih enyahkan setan
Ditunggu oleh handai tolan
Panggil tetangga tadahkan doa
Jauhkan sedih enyahkan setan
Menapak jalan tujuan sorga
Panggil tetangga tadahkan doa
Ambil fuah si Tuan Guru
Menapak jalan tujuan sorga
Sambil sedekah ke anak cucu
Ambil fuah si Tuan Guru
Tangan tengadah berharap berkah
Sambil sedekah ke anak cucu
Jangan salah tujuan arah
Tangan tengadah berharap berkah
Derap pasti di langkah kaki
Jangan salah tujuan arah
Tegap diri sesuai janji
Derap pasti di langkah kaki
Ambil buku baca berulang
Tegap diri sesuai janji
Sambil menuju panggilan pulang
Ambil buku baca berulang
Ucapkan kata dirangkai kata
Sambil menuju panggilan pulang
Ampunkan salah balutan dosa
Ucapkan kata dirangkai kata
Kata bersusun selembut embun
Ampunkan salah balutan dosa
Dosa diampun menyebut santun
Kata bersusun selembut embun
Matahari tiba embun pun lenyap
Dosa diampun menyebut santun
Diri berhiba simpun menghadap
Matahari tiba embun pun lenyap
Menutup mata ucap kalimat
Diri berhiba simpun menghadap
Sayup kata akhir syahadat
Menutup mata ucap kalimat
Dituang gelas ibarat minuman
Sayup kata akhir syahadat
Di ruang luas dan nyaman
Dituang gelas ibarat minuman
Kasur jati alasnya kapuk
Di ruang luas dan nyaman
Tidur sendiri terasa empuk
Pantun Bakait Ali Syamsudin Arsi
“BAHIMAT BALAJAR SUPAYA PINTAR”
Assalammualaikum uma wan abah
Uma wan abah duduk di bangku
Asa himung ulun sakulah
Sakulah ulun nyaman dituju
Uma wan abah duduk di bangku
Ulun handak manjadi urang
Sakulah ulun nyaman dituju
Jalanan lancar kada balubang
Ulun handak manjadi urang
Urang bauntung wan bamanfaat
Jalanan lancar kada balubang
Tarang bagantung nyaman disambat
Urang bauntung wan bamanfaat
Baniat hati awan bismillah
Tarang bagantung nyaman disambat
Malihat diri ka uma-abah
Baniat hati awan bismillah
Balajar mambaca suara nyaring
Malihat diri ka uma-abah
Agar tabawa sampai ka guring
Balajar mambaca suara nyaring
Baulang-ulang kada pambusan
Agar tabawa sampai ka guring
Ka tulang-tulang karasa-an
Baulang-ulang kada pambusan
Supaya lancar paham isinya
Ka tulang-tulang karasa-an
Supaya pintar batanam rasa
Supaya lancar paham isinya
Ujar pang habar di kurikulum
Supaya pintar batanam rasa
Guru nang sabar wan murah sanyum
Ujar pang habar di kurikulum
Langkah samua sampai kalima
Guru nang sabar wan murah sanyum
Langkah partama mambaca-baca
Langkah samua sampai kalima
Kita bagamat malajarakan
Langkah partama mambaca-baca
Kata “bahimat” diutama-akan
Kita bagamat malajarakan
Balajar di alam tabuka
Kata “bahimat” diutama-akan
Kada malanggar awan pahala
Balajar di alam tabuka
Kambang babunga nyaman dilihat
Kada malanggar awan pahala
Sadang mambuka sulam kalimat
Kambang babunga nyaman dilihat
Gulung piluntang banang dipulun
Sadang mambuka sulam kalimat
Tuntung sagantang sanang bapantun
/asa, banjarbaru, november 2014

Minggu, 02 November 2014

SELAMAT & SUKSES ATAS PELUNCURAN PERDANA BUKU KUMPULAN PUISI (ANTOLOGI) MEMO UNTUK PRESIDEN. 1 NOFEMBER 2014

 Sebuah tonggak kesusastraan Indonesia Terkini yang patut dibaca oleh seluruh masyarakat . Sajian syair bagi negeri yang penuh dinamika perjalanan.
Penyair hanya menunjukan jalan 'lurus agar tak tersesat
Penyair hanya memberi sedekah buah pena tanpa meminta sedekah materi apa pun.
Penyair hanya berkiprah pada jalurnya tanpa meminta imbalan
Adalah kewajiban para penyair untuk mengisi Indonesia
Sebagaimana cita-cita pendahulu kita.
Dan wajar bila bila penyair berkata dalam : MEMO UNTUK PRESIDEN.
SELAMAT DAN SUKSES SLALU PENYAIR INDONESIA
(fotho Saat Penyair Nyekar di Makam Bung Karno oleh sastra Riau)
Rg Bagus Warsono (Indramayu)