TEKS SULUH


Senin, 30 November 2015

Arif Khilwa,SENAYAN BERONANI

SENAYAN BERONANI

Teruslah mengaum
Cakar-cakarmu masih bisa mencengkeram
Walau gigi taringmu satu persatu dirontokkan
Para pejagal senayan yang terus beronani
Tarian lidah mereka ciptakan pasal-pasal
Menyerimpungmu dari sisi kiri dan kanan

Tubuh dan kepala hendak dipisahkan
Membunuhmu berlahan
Laksana mereka adalah Tuhan
Benar salah tak lagi ditentukan pengadilan
Media Massa yang menentukannya

Biarkan kelaminmu dikebiri
Air mani akan terus mengalir
Rahim bumi akan mengandung
Lahirkan generasi baru
Yang mampu teruskan Aumanmu
Sebelum mereka ditikam berita.

Rumah Gandrung Sastra, 29 Nov 2015



Arif Khilwa, Lahir dan menetap di Pati. Disela-sela kesibukan mengajar Mapel Sosiologi di salah Satu Madrasah Swasta selalu menyempatkan diri untuk menulis, Puisi-Puisinya pernah termuat di beberapa buku Antologi Bersama dan pernah membuat buku antologi Puisi bersama Aloeth Pathi dengan judul “ The Painting of Memories” dan menulis beberapa Naskah Teater. Selain itu juga sebagai salah satu pendiri Gandrung Sastra, Pendiri Teater Salafiyah ( TEASA), pendiri Teater Lintang Utara, dan juga aktif di Gosek tontonan Pati, Teater Mina Tani Pati. Adapun alamat Fb: Arif Khilwa dan email: teatersalafiyah@gmail.com

info kegiatan sastra,


info kegiatan sastra,


info kegiatan sastra,



info kegiatan sastra


Minggu, 29 November 2015

Helmi Setyawan : Aku ini guru

Helmi Setyawan

Aku ini guru

kamu itu apa
pejabatkah
birokratkah
atau konglomerat
kamu harus tahu
sebelum kamu menjadi
pejabat
birokrat
kanglomerat
pasti kamu sekolah
waktu sekolah diajari
mencuri
korupsi
kolisi
ngapusi
oleh gurumu
tidak bukan
tentunya kamu diajari tentang kebaikan
oleh gurumu sewaktu sekolah dulu
lah ko jadinya sekarang jungkir balik
weleh weleh weleh
lalu siapa yang mengajarimu semua itu
tentunya guru juga ya
dan aku ini guru

Tegal, 29-11-2015


Helmi Setyawan
Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Adiwerna Tegal

Wirol Haurissa: TAMU


wirol haurissa
TAMU

tunggu aku di dermaga desemberan
saat kapal-kapal mengarahkan hasrat menuju daratan
lalu kau kaitkan senyum di tiang-tiang jembatan

aku turun bawakan oleh-oleh
sebuah lautan dan gunung dari sebarang
jawabmu terserah
aku terima dengan kehangatan
seperti matahari tumbuh di atas pagi
kau berbisik, berikan padamu
aku jawab terserah

kau sadarkan lelah pada punggung bangku
kekasih diam menikmati keluh
aku jawab terserah
sebab aku percaya
terserah adalah kebebasan yang teratur
semisalnya puisi
kau dan aku terserah

tunggu aku di dermaga januarian
saat kapal-kapal dan tali pengikat mulai sepi
lampu-lampu redup, rindu tak pernah henti

2015, November 25 Surabaya


Wirol O. Haurissa. Lahir di Ambon Maluku, 1 September 1988. Sarjana Sains Teologi, Fakultas Filsafat Teologi di Universitas Kristen Indonesia Maluku. Dan study Magister Ilmu Susastra, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Aktivitas sehari: menulis puisi, cerita pendek dan skrip teater, mendirikan Bengkel Sastra Batu Karang, menjalani pementasan-pementasan independen teater dan sastra di kota Ambon, kota Depok dan kota Salatiga. Puisi dan esai tersebar di media online. Beberapa puisi termuat dalam Antologi Penyair Maluku Biarakan Kami Bakale, Revolusi cendrawasih, Mata Aru dan Pemberontakan Dari Timur, Sastra Kepulauan VIII. Pernah menjadi juara satu lomba Menulis dan baca Puisi SeUniversitas Swasta Wilayah XII Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat di Ternate. Pernah menjadi juri Lomba Baca Puisi Pelajar seSMP di pulau Ambon dalam memperingati Hari Ulang Tahun Merah Saga. Pernah menjadi Fasilitator Pelatihan Cipta dan Baca Puisi Perdamaian di Pusat Studi Perdamaian, Pascasarjana Teologi UKIM Ambon.


BUANA K.S :Dunia Kentut

BUANA K.S
Dunia Kentut

Di mallmall
Di tamantaman kota
Sampai juga ke desadesa

Kita
        Telah
                 Dikepung

Kentut meletus
Kentut di manamana

Oi kita terjebak

Di
Dunia
Kentut

Muara Bungo, 29 November 2015



BUANA K.S Air Kelinsar kabupaten Lahat Sumatera selatan pada 17 Agustus 1985, dengan nama Lahir  Bambang Hirawan. Event Sastra yang pernah di ikutinya adalah Temu Sastrawan Nusantara Melayu Raya I di Sumatera Barat (2012). Karya puisinya tergabung dalam antologi puisi Penyair Indonesia dan mancanegara, seperti Antologi 25 Penyair Muda Nusantara “ Traktat Cinta dan Dosa Dalam Dendam” (Pena Ananda, Juli 2011). Antologi Sehimpun Puisi Generasi Kini “ Jejak Sajak” (BPSM 2012), Menguak Senyap (Rios Multicipt, Padang, 2012), Senandung Alam (LeutikaPrio, 2012), Carta Farfalla (Tuas Media, 2012), Talenta Para Pengukir Tinta Emas (Awang Awang Publishing, 2012), Antologi Puisi IGAU DANAU (Sanggar Imaji, 2012), Bilingual Poetry Anthology SPRING FIESTA “Pesta Musim Semi” (Araska Publisher, 2013, Antologi Puisi Kota Jam Gadang “Bukittinggi Ambo Di Siko (Fam Publishing, 2013), Kumpulan Puisi Penyair Indonesia MEMO UNTUK PRESIDEN (Forum Sastra Surakarta, 2014), Antologi Puisi Penyair dua kota “LACAK KENDURI” (Imaji, 2014), Antologi Puisi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III (Sibukumedia, 2015), Antologi Penyair Menolak Korupsi IV “Ensiklopegila Koruptor” (Forum Sastra Surakarta, 2015), dan Antologi Puisi Dari Negeri Poci VI “Negeri Laut”(KKK, 2015)  Saat ini menetap di Muara Bungo, Jambi.








ERI SYOFRATMIN :ULAT BULU




ULAT BULU

Meraba satu
satu kena
kena semua
miyang
di garuk satu
satu kena
kena semua
gatal
dasar ulat bulu
menyebar di helai-helai
kebencian dan kedengkian

Kota LINTAS, 27 November 2015


ERI SYOFRATMIN lahir di Muara Bungo 07 September 1970. Mulai bergiat di dunia seni dan sastra ketika menempuh pendidikan di ASKI Padangpanjang pada tahun 1989 sampai tahun 1994 dan melanjutkan studi S1 di IKIP Padang jurusan Sendratasik selesai pada tahun 1998. Puisi puisinya banyak dimuat diterbitan Ganto, Harian Singgalang dll. Semasa kuliah banyak berkecimpung di Taman Budaya Padang bersama penyair-penyair dan seniman sumatera barat. Pendiri Forum Komunikasi dan Kreasi Pemuda di Kabupaten Bungo. Pernah aktif di Sanggar Pemda Kabupaten Bungo yang bergerak dibidang seni tari dan musik tradisi. Puisi-puisinya juga tergabung dalam antologi bersama seperti PRASASTI (1999) dan LACAK KENDURI (Dewan Kesenian Merangin, 2015) KITAB KARMINA INDONESIA (KKK, 2015). Saat ini menjadi tenaga pengajar Seni Budaya di SMPN 1 Muko Muko Bathin VII dan SMPN 1 Muara Bungo.






Jumat, 27 November 2015

Nanang Suryadi

Jauh sebelumnya 2002 Nanang Suryadi telah membuat puisi-puisi Biar yang sebuah kumpulan puisi untuk 'membiarkan keterasingan diri, Dia menuduh dan menghakimi diri, mengapa memvonis diri di kesepian. Sebuah pengembaraan Nanang Suryadi yang pernah digelutinya di dunia lain di dalam dunianya sebagai penyair.Biar tak mau menyalahkan siapa-siapa biar biarlah di kesunyian diri . Sendiri meratapi sepi hati. Ia telah mecapai puncak pencarian diri.Tetapi tak dapat menerka maksud jika tak pernah membacanya, mari kita lihat puisi-puisi Nanang Suryadi yang meggerigisi hati ini :
Biar!
tak kau ingat lampu-lampu yang menyihir kita menjadi orang yang mentertawakan dunia.
tak kau ingat keringat meleleh di langkah kaki, di punggung, kening, menantang matahari!
menunggingkan pantat ke muka-muka orang-orang yang dipuja sebagai dewa!
o, engkau telah membunuh kenangan demikian cepat. seperti kulindas kecoak dengan ujung
sepatuku. perutnya yang memburai, putih, mata yang keluar dari kepala, masih bergerakgerak.
aku menjadi pembunuh. seperti dirimu. demikian telengas. tanpa belas. kepada
kenangan.
biar. jika kau tak mau temani. biar kurasakan nyeri sendiri. di puncak sepiku sendiri!
Titik Diam
jarum jam menunjuk. waktu bergegas dengan wajah merah padam. mungkin hatinya remuk. detik berhenti pada pejam dan diam. terbanglah terbang angan mimpi dihembus napas dari lubuk dalam demikian hibuk, ninggal biduk sebrangi langit. ucapkan selamat malam. pada bintang yang nyelinap di kelam dihembus napas dari suntuk melebam


Nanang Suryadi, lahir di Pulomerak, Serang pada 8 Juli 1973. Aktif mengelola fordisastra.com. Buku-buku puisi yang menyimpan puisinya, antara lain: Sketsa (HP3N, 1993), Sajak Di Usia Dua Satu (1994), dan Orang Sendiri Membaca Diri (SIF, 1997), Silhuet Panorama dan Negeri Yang Menangis (MSI,1999) Telah Dialamatkan Padamu (Dewata Publishing, 2002), BIAR! (Indie Book Corner, 2011), Cinta, Rindu & Orang-orang yang Menyimpan Api dalam Kepalanya (UB Press, 2011) sebagai kumpulan puisi pribadi. Sedangkan antologi puisi bersama rekan-rekan penyair, antara lain: Cermin Retak (Ego, 1993), Tanda (Ego- Indikator, 1995), Kebangkitan Nusantara I (HP3N, 1994), Kebangkitan Nusantara II (HP3N, 1995), Bangkit (HP3N, 1996), Getar (HP3N, 1995 ), Batu Beramal II (HP3N, 1995), Sempalan (FPSM, 1994), Pelataran (FPSM, 1995), Interupsi (1994), Antologi Puisi Indonesia (Angkasa-KSI, 1997), Resonansi Indonesia (KSI, 2000), Graffiti Gratitude (Angkasa-YMS, 2001), Ini Sirkus Senyum (Komunitas Bumi Manusia, 2002), Hijau Kelon & Puisi 2002 (Penerbit Buku Kompas, 2002 ), Puisi Tak Pernah Pergi (Penerbit Kompas, 2003), Dian Sastro for President #2 Reloaded (AKY, 2004), Dian Sastro for President End of Trilogy (Insist, 2005), Nubuat Labirin Luka Antologi Puisi untuk Munir (Sayap Baru – AWG, 2005), Jogja 5.9 Skala Richter (Bentang Pustaka - KSI, 2006), Tanah Pilih, Bunga Rampai Puisi Temu Sastrawan Indonesia I (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, 2008), Pesta Penyair Antologi Puisi Jawa Timur (Dewan Kesenian Jawa Timur, 2009) Email: nanangsuryadi

Kamis, 26 November 2015

Krisis dan Kritis karya Wadie Maharief

Krisis dan Kritis
Tuan, rasanya sudah lama tuan tahu
bahwa negeri ini sejak lama krisis
ada krisis kepemimpinan
ada krisis keteladanan
ada krisis ekonomi
ada krisis kepercayaan
Ya, tuan
segala krisis itu
akhirnya membuat negeri ini
jadi kritis
tinggal nunggu hancurnya saja
Tuan, rasanya sudah lama juga tuan tahu
bahwa negeri ini sudah tergadai
kemudian mengalami krisis
ada krisis sumber daya alam
ada krisis sumber daya manusia
ada krisis sumber moral
Ya, tuan
segala krisis itu
akhirnya membuat negeri ini
jadi kritis
seperti seorang tua renta
sakit-sakitan
yang menunggu sakratul maut
Tuan, negeri kita
sudah mengalami krisis parah
karena banyak orang-orang rakus
yang menggerogoti kekayaan negara
Apakah tuan
juga termasuk orang yang serakah?

MAIN BERMAIN Wardjito Soeharso

MAIN BERMAIN
Bermain api
: terbakar
Bermain air
: basah
Bermain pisau
: luka
Bermain kata
: puisi
Bermain lidah
: tak dipercaya
Bermain judi
: rudin
Bermain tali
: terjerat
Bermain mata
: dusta
Bermain gila
: lupa keluarga
Bermain cinta
: duh, indahnya.
2015

DO'A SEORANG GURU DI HARI GURU karya Riswo Mulyadi

Tuhan, Engkau yang paling memahamiku
jangan kau tunjukkan kepada muridku sudut rumahku yang paling tersembunyi
karena di sana kusimpan segala simbol keterbatasanku
kursi tua, meja lapuk, buku-buku dan setumpuk nota pinjaman
biarlah, di depan mereka aku nampak hebat
agar mereka bermimpi menjadi orang hebat
Tuhan, karuniai aku ilmu yang dapat kuberikan di sisi amalku
sedikit saja, tak apa
asalkan mereka tercahayai
Tuhan, jangan tunjukan pada muridku, lauk yang kusantap
biarkan mereka melahap sarapan paginya dengan nikmat
agar di kelas mereka tetap semangat
biarlah aku yang menahan kantuk, karena semalam aku ngetem di pangkalan ojek
Tuhan, kuatkan dada keguruanku
agar dapat kutahan debur ombak samudera
hingga bel di ruang kelasku berbunyi
dan aku bisa pulang dengan tenang
menuju persembunyianku
Tuhan, ampuni dosaku
Cilangkap, 25 November 2015

Riswo Mulyadi, lahir dengan nama Riswo anak seorang petani bernama Mulyadi yang lahir di Banyumas Tahun 1968, mulai aktif menulis puisi tahun 2012. Beberapa puisinya terhimpun dalam beberapa antologi bersama : Mendaras Cahaya (2014), Jalan Terjal Berliku Menuju-Mu (2014), Nayanyian Kafilah (2014), Memo Untuk Presiden (2014), Metamorfosis (2014), 1000 HAIKU Indonesia (2015), Surau Kampung Gelatik (2015),
Kini tinggal di Desa Cihonje Kecamatan Gumelar, pinggiran Barat kabupaten Banyumas Jawa Tengah,. Alamat Rumah : Karanganjog RT 002 RW 09 Desa Cihonje Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, 53165.
Sekarang aktif sebagai tenaga pendidik di MI Ma'arif NU 1 Cilangkap Kecamatan Gumelar, Banyumas

Selasa, 24 November 2015

Aku Si Bujang karya Aloeth Pathi

Aku Si Bujang



Aku kacung kacang

Yang selalu bangun tidur siang

Mandi jarang

Kumbang

Bernasib malang

Terselimuti abu arang

Jauh dari warna cemerlang



Pada negeri ini aku banyak berhutang

aku tidak kokoh seperti karang

Aku hanya seorang

Di hamparan tanah kering kerontang

Tak ada pohon rindang

Terbuka luas padang

Aku hanya sisa ilalang

Yang tak mudah tumbang



Bicara kilang

Sejumlah tambang

Bisnis Para pialang

Membaca peluang

Bikin tubuhku meriang

Tenggorakanku meradang

Di kepung suara sumbang

Kekuatan tergalang

Rakyat bersidang

Di tangan siap mengayun pedang

Persiapkan ajang perang



Banyak pihak menghadang

Kebijakan Penguasa ditentang

Puluhan tiang-tiang

Tinggi menjulang

Buat saling-silang

Jalan penuh rintang

Resah para pawang



Pengusaha selalu menang

Wajahnya selalu riang

Semua aturan di buang

Seperti sampah di keranjang



Rayuan manis terpampang

Pamflet dan slogan terpajang

Di semua bidang

Merancang

Preman Ancang-ancang

Persiapkan parang

Balik menyerang



Bila senja menjelang

Aku akan pulang

Di kamarku yang seperti kandang

Secawan anggur dituang

Berkhayal penuh kembang

Di kelilingi para Dayang

Melayang syair Berdendang

Bintang gemintang

Luas di langit membentang



Bila hari telah petang

Menembus Ruang

Kenangan usang

Potret mantanku tersayang

Bergumul di ranjang

Tersisa hanya kutang

Celana dalam tembus pandang

Giwang

Gelang

Buatku terangsang

Buatku senang

Hidup tenang



Akulah si Bujang

Lajang yang jalang



            Sekarjalak, 21 November 2015

Aloeth Pathi, lahir di Pati- Jawa Tengah. Karyanya dimuat  Mata Media antologi bersama, Puisi Menolak Korupsi 2 (Forum Sastra Surakarta 2013), Dari Dam Sengon Ke Jembatan Panengel (Dewan Kesenian Kudus dan Forum Sastra Surakarta 2013), Komunitas Harmonika Kehidupan ; Harmonika Desember (Sembilan Mutiara 2014), Kemilau Mutira Januari (Sembilan Mutiara 2014), Menggenggam Dunia (Mafasa 2014) Mom: The First God that I Knew (Garasi 10 Bandung 2014).  Kepada Tuan Presiden, (Family Camar 2014), Solo Dalam Puisi (Sastra Pawon, 2014), Lumbung Puisi Sastrawan 2014, kelola Buletin Gandrung Sastra Media & Perahu Sastra. 

Karya: Sunaryo JW SAJAK TONG KOSONG

Karya: Sunaryo JW

SAJAK TONG KOSONG


Ini adalah telinga yang bosan mendengar sabda murahan
Belum lagi setengah hari kau ucap kata-kata itu,
Kau sudah berani mencopot kutang pembantumu, dibelakangku.
Kau juga menggerayangi selangkangan wanita-wanita miskin
Kau robek selaput dara gadis-gadis usia tujuhbelasan.

Ini adalah kaki yang lelah berjalan
Mendaki gunung, menyeberang lautan
Mencari emas, menangkap ikan
Tapi kau kubur dan kau tenggelamkan.
Kau rekreasi ke luar negeri.
Kami mati,
Kau menikmati selangkangan lagi!

Tong nyaring tak ada isi
Kau makan pizza
Kami makan bungkusnya
Kau makan nangka
Kami makan getahnya.

Begitulah kini Indonesia!

Undang-undang dilipat pejabat
Hukum tajam menusuk masyarakat.
Kau bisa mengumpat,
Kami mengumpat, pasti terjerat!
Sekarat!
Harga tak pas, kami pun tewas!

Inilah mata yang menyaksikan
Kecurangan penegak hukum memainkan tanda tangan.
Dan akhirnya aku mengerti
Kode-kode rahasia di dalam lembaga:
Harga pas, hukum pun jadi formalitas.

Padangsidimpuan, 23 November 2015


SUNARYO JW. Lahir di Desa Batang Pane II, Kabupaten Padang Lawas Utara, 16 Oktober 1994. Mahasiswa STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan; Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia. Ia, bergabung dengan Sanggar Menulis Tapsel yang dibina oleh Budi Hatees sejak 2014.
Melihat keadaan yang terjadi dan dengan latar belakang yang kuat tentang derita kehidupan akibat ketidakadilan, maka ia sekarang tengah konsentrasi menulis sajak-sajak sederhana bertema kritik sosial, dan pembelaan terhadap orang-orang yang mengalami tindak ketidakadilan.

I Putu Wahya Santosa: REKLAMASI

I Putu Wahya Santosa

REKLAMASI
Kau jual Bali
Demi sesuap nasi
Demi saku bajumu sendiri
Demi bagi-bagi komisi
Kau rajah laut tanah moyangmu dengan Reklamasi
Seperti pelacur yang menjual harga diri
Mungkin, suatu saat nanti baruna akan murka
Ombak punyah!
Kita akan saling bunuh diri!

2015

Senin, 23 November 2015

Rg Bagus Warsono dalam Sekarepmu Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko

Rg Bagus Warsono dalam Sekarepmu

Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko

Dipakai lagi setelah Bi Kuni mencuci sendiri
Lalu kotor lagi oleh keringat musim kemarau panas
Karena marah mengotori kemeja Mas Joko
Menyerap emosi menahan ejekan merk kemeja
Jadul dan bahan bekas kantong terigu
Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dipakai lagi setelah Bi Kuni mencuci sendiri
Tak perlu dikancing pergelangan tangan
Cukup digulung ala preman terminal
Tak usah dimasukan pinggang
Seperti anak SMA 80-an
Agar tak tahu siapa yang melawan
Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dipakai lagi setelah Bi Kuni mencuci sendiri
Ketika Bi Kuni pulang kampung
Kemeja penuh getah
Kancing lepas benang
Krah penuh daki
Kantong tersiram tinta
Terpaksa Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dibeli baru dari toko
Dan urusan binatu yang cuci kemeja
Disertika dengan minyak wangi pula.
Indramayu, 24-11-2015

Puisi Rey Daniansyah. MUSIM YANG MESUM

 Puisi Rey Daniansyah.

MUSIM YANG MESUM

Hujan di malam, membasahi selangkangan
Jatuhnya dari dada sintal
Menurun menyusuri perut perawan
Mencapai pusar(an), lalu mengalir tembusi sejumput rimba hitam
Di bawah, kaki-kaki berbelit gumuli sawah
Cangkul-mencangkul naik turun atas bawah
Napas-napas terengah
Gumuli tanah hingga lelah
Sebelumnya sepasang bibir tengah bercumbu
Memainkan lidah dengan jilat-jilat api
Saling berseteru, saling menyatukan bisu
Hingga Tuhan kibaskan halilintar di mata
Dada-dada telanjang terbakar kelelahan
Mengadu debar antara peluh bercucuran
Lalu tangan-tangan terkulai
Menikmati klimaks perkawinan musim hujan
Tasikmalaya, 23 November 2015


Nama: Rey Daniansyah dengan nama akun facebook Rey, lahir di Bandung 05 Febuari 1982, berdomisili di kita Tasikmalaya. Belajar menulis dengan memanfaatkan media sosial untuk menimba ilmu. Pernah mengikuti beberapa pembukuan antologi puisi, dan saat ini sedang mencoba menggarap dua buah buku kumpulan puisi, yang satu buku kolaborasi dengan judul "Kidung Asmara Reyna", dan satu lagi buku solo dengan judul "Eufoni Jiwa"

Puisi karya Sumrahadi/munadioke

GILA!

GILA!
Gila-gila
Lagi-lagi
Lagi gila
Gila lagi

Orang-orang pada gila
Gila harta
Gila tahta
Bicara macam orang gila
Orang-orang pada gila
Dunia juga gila
Kalau tak gila
Tak makan gula

Beragama tapi gila
Muslim dewasa tak mau sholat berarti gila
HahahaJangan-jangan aku juga gila
Nulis puisi buat orang gila
Gila!

Sumrahadi/munadioke
RSB permata hati
Jl rawang painan
Kec IV Jurai
Kab.Pessel
Sum Bar
25611

Favoriet Puisi Sakarepmu , Pada Celana Dalamku karya Fitrah Anugerah.


Pada Celana Dalamku
Pada dermaga yang menyimpan basah celana dalam
Aku melihat ikan-ikan kecil tersangkut di ruas-ruas benang
Aku pungut satu persatu. Aku masukkan dalam tas kerja.
Pada terik jalanan kota aku jemur barangkali matahari akan memberi nama
Inilah nama membuatku merindukan bulan.
Bulan yang selalu meminta sejumlah ikan kecil
Dan aku bercelana dalam menghadap lautan
menarikan tarian laut sepanjang malam
Aku meluapkan kidung kegembiraan. Aku menjerit pada ombak ganas.
Tenggelam aku pada palung terdalam. Agar ikan-ikan menemui tubuhku
Kau tahu akan kembali padamu pagi nanti di pinggir dermaga
Kau akan melihat ikan-ikan kecil terkumpul dalam celana dalam
Dari tubuhku kaku tak bernama
Bekasi, 20-11-2015

Fitrah Anugerah. Lahir di Surabaya, 28 Oktober 1974. Berkesenian atau berpuisi semenjak menjadi anggota Teater Gapus, Sastra Indonesia, Unair. Sekarang bergiat di di Forum Sastra Bekasi (FSB). Karya-karyanya pernah dimuat di harian Indo Pos, Media Indonesia, Sastra Sumbar, Padang Ekspress, Minggu Pagi, Surabaya Post, Sinar Harapan, Suara Karya, Bangka Pos, Banjarmasin Post, Joglosemar, Jurnal Sarbi, Majalah Jejak, dan Radar Bekasi. Beberapa puisinya dibukukan dalam Kumpulan Puisi e-book “Jalan Setapak, (Evolitera : 2009) , Antologi “Surabaya Dalam Lembaran Kenangan” (2015), Antologi Tifa Nusantara2 (2015), Antologi “Saksi Bekasi”(2014), Antologi Puisi Bersama "Kepada Bekasi" (2013), Antologi Puisi Lumbung Puisi I dan II 2014, Antologi “Sang Peneroka”, dan Antologi di Negeri Poci 5 : Negeri Langit (2014),. Sekarang bekerja dan domisili di Bekasi.

Zein Moslem,BANGSA sakarepmu

BANGSA sakarepmu
Kutil dikutili kulit dikuliti kalian bersendawa mereka menahan derita
Tikus makan duit singa makan biskuit dan perut-perut mulai menbuncit
Uang mereka disunat bagai es meleleh ditengah terik yang menyengat
Katanya administrasi setelah itu uang lelah yang menjadi-jadi
Hitokiri batosai punya mata katana terbalik agar tidak melukai
Sedang hukum ini ketajamannya terbalik untuk mereka yang berdasi
Maling ayam dihukum sepenuh hati rampok berdasi hukumnya ditoleransi
duh duh duh aduh tajamnya cuma untuk kalangan bawah
 Cau cau cua cau atasnya tumpul tak terkira parah
Mu rep ka sa sa ka rep mu  Ya sakarepmu
Duit dan hukum memang hanya milikmu ya terserah kamuu !!!
Parang untuk kalian orang-orang berdasi

Salam rambai sungai


Zein Moslem, mulai tumbuh di perkampungan muara halayung kec bruntung baru kab banjar kalimantan selatan pada tanggal 28-september 1992. Anak pertama dan terkhir dari kedua orangtuanya, jebolan dari sma al-islami nurul ma’ad banjarbaru, kemudian ikut berkesenian di sanggar ar-rumi martapura, pernah mengikuti acara body painting serta baca puisi di CBS dalam rangga memperingati hari pahlawan 10 November dan berbagai kegiatan sastra seperti road show kalsel dan poetry and action.

Minggu, 22 November 2015

Tak Sejalan karya Muhammad Irham Farohi

Tak Sejalan

Mencium arak murahan
Memainkan pikiran ke segala pilihan
Matahari baru saja meninggi
Angin bersayup-sayup malas
Padi-padi menua dalam keheningan
Cangkul-cangkul terpukul tak karuan
Keringat mengalir deras bercucuran
Tenggorokan kering, sekering lahan
Tubuh kian langsing, selangsing luas lahan
Bangsa ini adalah bangsa yang kaya, katanya
Kandungan tanah sampai kayanya budaya
Sudah tersiar ke segala penjuru dunia
Hanya saja, semua itu tinggal dongeng lama
Setelah kita memeriksa kondisi kenyataannya
Di mana lagi semboyan gotong royong
Ketika tanah sekawan mulai dirongrong
Dikebiri kepala lewat analisis ilmiah yang tak pakai logika
Ilmu-ilmu tinggi yang mereka pelajari
Sudah diniatkan untuk digadaikan dengan uang
Hilang sudah sila-sila toleransi, semboyan saling menghargai
Ketika ada yang beda, secara berjamaah di perkosa
Atau kepada sesama manusia, sering bertindak semena-mena
Seolah kitalah Tuhan yang menetapkan mana surga mana neraka
Dan sepertinya kita sudah sangat lihai
Dalam menghibur diri sendiri
Melalui beberapa semboyan lama
Yang kini tiada arti lagi
Saat ini bangsa ini adalah bangsa yang lemah, yang tak punya kuasa
Negara-negara maju mulai kembali datang menjajah
Dengan slogan demi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
Padahal jika dirasa, semua sama saja, bahkan akan lebih parah ke depannya
Bangsa ini, kini lebih suka mengamalkan gaya hidup pragmatif dan konsumtif
Yang katanya lebih bergengsi dan sarat arti
Nilai-nilai warisan luhur, kian meluntur
Setelah semaraknya dengungan kapitalis membawa simbol sejahtera
Pada akhirnya malah menggeser orientasi nilai dan mereduksi toleransi
Kukuhkan kembali kearifan lokal
Yang mana darinya adalah pusaka dan senjata bangsa Indonesia
Sudah saatnya kita merenung, berteriak, mengabarkan ke semua kawan maupun lawan
Untuk bersama saling menguatkan dan mengingatkan akan kegentingan kondisi bangsa
Hilangkah segera rasa-rasa permusuhan, dan sulaplah jadi persaudaraan
Atau kau akan membiarkan bangsa lain dengan sesukanya menjamah anak-anak bangsa kita
Insya Allah... jika hal itu terjadi, toh hidup kau masih sejahtera dan aman-aman saja...
Semarang, 03 Oktober 2015

Mahasiswa yang sangat suka sekali kuliah dijalan ini sudah banyak menelurkan karya. Ia maniak sekali dalam menulis ataupun mengikuti lomba, hanya saja bukan maniak menang. Saat ini masih belajar ilmu korupsi (ekonomi) di salahsatu perguruan tinggi negeri di kota Semarang. Muhammad Irham Farohi, namun sering di panggil Irham Faro.




Puisi SEDERHANA karya Diah Natalia


SEDERHANA

Kepada pezina bangsa,
Kami percayakan nasib bangsa Indonesia
Agar bisa merata segala sejahtera

Mengapa kau rebut impian ribuan pejuang ilmu?
Hingga hanya mampu menggigit jari jemari
Dalam keputus asaan
Karena kau catut uang saku mereka

Untuk kerakusanmu,
Lihat ada berapa banyak perut yang kelaparan
Dengan tulang terbungkus kulit hitam
Teriakan menggurita menembus suara

Kepada pezina bangsa,
Haruskah lebih banyak darah yang mengalir agar kita tahu betapa merahnya bendera kita?
Haruskah lebih banyak kain kafan, agar kita tahu betapa putih bendera kita?

Sederhana saja,
Jagalah impian kemerdekaan
Jadikan bangsa ini mumpuni
Damai dalam ahlak kesantunan
Sejahtera dalam kemandirian


Diah Natalia lahir di Jakarta, prestasi yang pernah saya raih berjumlah 13 rupa, saya apoteker yang masih berjuang meraih gelar master demi kehidupan yang lebih layak, gemar menulis menjadi pelampiasan segala suasana hati supaya tidak sableng. Untuk lempar komentar bisa hubungi keterangan diatas.







Surat Terbuka Untuk Asap , puisi Gunta Wirawan

Surat Terbuka Untuk Asap
Gunta Wirawan


Asap yang terhormat,
Ini aku nasehati kamu
Dengar dengan sebenar-benar dengar
Jangan tuli
Apalagi pura-pura tuli
Apalagi menulikan diri

Asap
Kamu itu ya
tempingal1 alias bengal
Sudah berapa kali aku bilang
Jangan cemari udara di negeriku ini
Jangan sesakkan napas anak-anak kami

Heh,.. kau malah tertawa!
Lihat itu di Sumatera
Murid-murid matanya lebam-bengkak
Sebagian sesak napas, sebagian harus diselang hidungnya
Sebagin lagi meregang nyawa

Di Kalimantan
Orang utan dan bekantan kena ispa
Napasnya turun-naik, berbunyi sit sit
Sebagian asmanya kambuh, sebagian batuk darah
Sebagian mati

Tapi dasar kau asap
Mengapa setiap hutan terbakar kau selalu berpesta-pora
Setiap kemarau datang kau berpoya-poya
Kau seperti drakula
Menyedot oksigen dari paru-paru kami

Bukan salah pengusaha, bukan salah penguasa
Bukan karena rakyat durhaka
Sebab tabiat maksiat, tabiat manusia:
Urusan hutan terbakar, terbakarlah saja
Jangan pula kau yang mengambil kesempatan
Menari-nari di atas penderitaan kami
Menyebarkan dirimu di seantero negeri

Asap, catat ini
Aku tak pernah lupa
Hampir setiap tahun kau datang mengasap bumi
Lha, apa urusanmu dengan hutan terbakar atau dibakar
Kok jadi kamu yang sok sibuk !

Asap
Kau ini
Bah!


Singkawang, 2015.



Resep Ikan Asap
Karya: Gunta Wirawan



Musim sekarang
Gak perlu susah-susah bikin ikan asap
Uh, gampang banget:
Ambil beberapa ekor ikan
Letakkan di teras rumah
Sore harinya..
Jadi deh


Singkawang, 2015



Riwayat Penulis
Gunta Wirawan , bergiat di Roemah Gergasi (sebuah wadah kreatif penulisan). Bukunya yang telah terbit antologi cerpen “Perkampungan Orang Gila” (2013), kumpulan puisi “Sajak Nol” (2013), dan “Bocah Terkencing-Kencing” (2014). Karyanya juga termuat dalam kumpulan puisi 175 penyair “Dari Negeri Poci 6 (Negeri Laut)”. Penulis menetap di Singkawang Kalimantan Barat.


Puisi Nunung Noor El Niel SAMPAH

Puisi Nunung Noor El Niel
SAMPAH

pemulung kata dari limbah makna
masih saja kau mengolahnya
menjadi teori-teori tanpa metodologi
di mana puisi hanya menjadi katalisator
untuk enerji lebih rendah dari setiap ungkapan

seperti sampah yang membusuk
menjadi timbunan-timbunan menyengat
hanya untuk penampungan hasrat
ingin tumbuh subur sebagai benalu
yang dipupuk dengan hujatan-hujatan

kini kau tak dapat merumuskan dirimu
kecuali sebagai dajal napas keperempuananku
untuk selalu kau telaah tentang jenis parfum
sebagai diksi di ujung gaunku yang tersembunyi
sambil menyembunyikan jenis kelaminmu
apakah bisa kencing berdiri atau berlari
Denpasar   19 11 2015
Nama   :  Noor  El  Niel
Nama  Penulis             :  Nunung  Noor El Niel
Tempat/Tgl lahir :  Jakarta , 26 September
Pekerjaan         :  Ticketing
Buku  
: - Solitude, penerbit Teras Budaya Jakarta 2012
   Penerbit Teras Budaya Jakarta 2012
    (kumpulan puisi tunggal )
- Perempuan Gerhana,
  penerbit Teras Budaya Jakarta 2013
  (kumpulan puisi tunggal )
- KISAS
  penerbit Teras Budaya Jakarta 2014
(kumpulan puisi tunggal )
:   Pinangan, Penerbit Teras Budaya, th 2012-2013.
    ( Kumpulan puisi bersama 35 penyair grup FB. )
:   METAMORFOSIS,Penerbit Teras Budaya 2015
(Kumpulan Puisi bersama 50 penyair grup DSJ)  
:   Antalogi Puisi Bersama “ Habis Gelap Terbitlah Sajak “
:   Antalogi Puisi bersama  27 penulis
    “ Kidung Rindu Pelangi Sukma”
: Antalogi Hari Puisi Indopos 2013
                         “ Bersepeda ke Bulan  “    dan    “NUN” 2014            
: Antalogi Komunitas Ruang Aksara  2015
   ”Nyanyian Para Pencinta”    


pemulung kata dari limbah makna
masih saja kau mengolahnya
menjadi teori-teori tanpa metodologi
di mana puisi hanya menjadi katalisator
untuk enerji lebih rendah dari setiap ungkapan

seperti sampah yang membusuk
menjadi timbunan-timbunan menyengat
hanya untuk penampungan hasrat
ingin tumbuh subur sebagai benalu
yang dipupuk dengan hujatan-hujatan

kini kau tak dapat merumuskan dirimu
kecuali sebagai dajal napas keperempuananku
untuk selalu kau telaah tentang jenis parfum
sebagai diksi di ujung gaunku yang tersembunyi
sambil menyembunyikan jenis kelaminmu
apakah bisa kencing berdiri atau berlari
Denpasar   19 11 2015

Nama   :  Noor  El  Niel
Nama  Penulis             :  Nunung  Noor El Niel
Tempat/Tgl lahir :  Jakarta , 26 September
Pekerjaan         :  Ticketing
Buku  
: - Solitude, penerbit Teras Budaya Jakarta 2012
   Penerbit Teras Budaya Jakarta 2012
    (kumpulan puisi tunggal )
- Perempuan Gerhana,
  penerbit Teras Budaya Jakarta 2013
  (kumpulan puisi tunggal )
- KISAS
  penerbit Teras Budaya Jakarta 2014
(kumpulan puisi tunggal )
:   Pinangan, Penerbit Teras Budaya, th 2012-2013.
    ( Kumpulan puisi bersama 35 penyair grup FB. )
:   METAMORFOSIS,Penerbit Teras Budaya 2015
(Kumpulan Puisi bersama 50 penyair grup DSJ)  
:   Antalogi Puisi Bersama “ Habis Gelap Terbitlah Sajak “
:   Antalogi Puisi bersama  27 penulis
    “ Kidung Rindu Pelangi Sukma”
: Antalogi Hari Puisi Indopos 2013
                         “ Bersepeda ke Bulan  “    dan    “NUN” 2014            
: Antalogi Komunitas Ruang Aksara  2015
   ”Nyanyian Para Pencinta”    


Rindu adalah embun yang mencubit mesra, Karya Syarif hidayatullah

Rindu adalah embun yang mencubit mesra
-Atul

Rinduku ini bagaikan embun pagi yang mencubit mesra
Merasuk kedalam pori-pori keabadian
Menembus kulitmu yang putih
Sebening air mata yang keluar
Sembari berkata, “aku rindu kamu”

Sepanjang jalan kenangan
Kita pernah saling bertanya keadaan
Tentang luka pada daun yang jatuh dari angin
Diterpa ulak rindu yang menderu
Hingga sampai juga pada sunyi
Yang berlanggam cinta

Pada daratan kenangan dan negeri impian
Rindu menggebu di bisik pagi yang menggoyang mata dengan segelas kopi
Bukit menjulang menanti matahari
Yang akan merangkak naik ke dinding langit
Sementara rinduku mencubit dengan mesranya
Dengan mata jernihmu mengiris embun dengan lintasan hari

Sampai kapanpun
Rindu ini akan slalu mencubitku dengan mesranya
Banjarmasin, 17 September 2015

Syarif hidayatullah, penikmat sastra asal Marabahan, tepian sungai Barito, lahir 20 oktober. Lulusan pond-pest Al-Mujahidin Marabahan, dan Sekarang sedang di jurusan ekonomi syariah di IAIN Antasari Banjarmasin. Dan aktif di LPM SUKMA (lembaga pers mahasiswa suara kritis mahasiswa) LPM AnalisA dan Pondok Huruf Sastra (PHS)  organisasi kampusnya. Menghadiri launcing antologi puisi Memo Untuk Presiden (MUP) Januari 2015 di Kotabaru, dan menghadiri acara Tifa Nusantara 2, temu kangen sastrawan indonesia di Tangerang (Agustus 2015). Puisi-puisinya pernah di muat di Banjarmasinpost, Media Kalimantan,Sastra Mata Banua dan Kumpulan puisinya juga termuat di aruh sastra Kalimantan selatan ke 10 “tadarus rembulan” (ASKS X,2013). Antologi dewan kesenian tengerang “tifa nusantara”(2013). “solo dalam puisi” (2014). “lumbung puisi sastrawan 2014 jilid 1” (2014). “sajak untuk pemimpin negeri” (2014). “karena cinta itu manusia” (2014),menggugah Nasionalisme lewat puisi (2014, tubuh bencana (2014), lumbung puisi sastrawan Indonesia jilid II (2014), memo untuk presiden (2014), sang peneroka (ulang tahun 60 kurniawan junaedhie) (2014), membuka cakrawala menyentuh fitrah manusia (2014,ASKS XI), tentang kota yang berdegup dalam takbir dada (2014), merangkai damai (2015), politik itu seni (2015), lumbung puisi sastrawan jilid III (2015),puisi menolak korupsi jilid 4”ensiklopegila koruptor” (2015), ada malam bertabur bintang “tadarus pusi banjarbaru” (2015), luka-luka bangsa (2015), tifa nusantara 2, 2015 (DKKT), surau kampung glatik (Agus Warsono, 2015), abad burung gagak di tanah Palestina (2015), Kalimantan selatan: menolak untuk menyerah (ASKS XII, 2015), kalimantan, rinduku yang abadi (dewan kesenian banjarbaru, 2015). Dan buku antologi tunggalnya “estetika dalam sandiwara”. Sekarang ia bermukim di kos,  Jl. H. Mahat Kasan No 54. Rt. 35. Kel. Kuripan. Kec. Banjarmasin Timur, Asrama Putra Batola.

Puisi Navys Ahmad : NEGERI PARAHDOKS

Navys Ahmad
NEGERI PARAHDOKS

di negeri ini
hutan-hutan kita paru-paru dunia
paru-parunya terbakar marahlah dunia
emas numpuk setinggi gunung
gunung dikeruk rakyatnya bingung
minyak bumi melimpah di perut bumi
sudah diolah mahallah dijual ke pribumi
setiap usaha ada jasa bagi harta
maka senanglah hati sang mafia
di negeri ini
pantai kita terpanjang di dunia
garamnya diimpor pantai tetangga
penghasil tempe negara kita
kedelainya impor dari tetangga juga
negara luar impor tenaga ahli
negara kita ramailah menjadi kuli
di luar pintarlah yang dipelajari
di sini hartalah yang dicari
di negeri ini
orang bijak bayar pajak
sudah bayar malah dibajak
gaji guru naik tersendat-sendat
gaji dewan naik berlipat-lipat
orang miskin antre mati kelaparan
orang kaya antre makan-makan
berita pagi bapak cabuli anak sendiri
berita sore anak bunuh ibu di kamar mandi
Parah!
Tangerang, 21 November 2015.

NAVYS AHMAD lahir di Tangerang, 1977.
Ia menjadi guru bahasa Indonesia dan membina Sanggar Sastra Drama Siswa di MTsN Tigaraksa (2005-sekarang) dan SMAN 8 Kab. Tangerang (2004-2013). Membimbing siswa dalam berbagai ajang prestasi dan apresiasi: menulis dan baca puisi, bercerita, serta teater. Tiga kali meraih penyutradaraan terbaik Festival Teater Pelajar Banten, Teater Kafe Ide (2009-2012). Juara mendongeng dan menulis cerita rakyat (2011), menulis Legenda Cisoka dalam buku kumpulan cerita rakyat Kabupaten Tangerang (2011) dan juara menulis cerita rakyat (2015) di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Tangerang. Diundang menghadiri pertemuan sastrawan Tifa Nusantara 2, 2015, Dewan Kesenian Kabupaten Tangerang. Puisinya terkumpul dalam Memo untuk Wakil Rakyat, Forum Sastra Surakarta (2015), dan antologi 123 Sajak Kepahlawanan, Nitramaya Magelang (2015). E-mail : ahmadnavys@gmail.com. Fb: navys ahmad. Tinggal di Balaraja, Tangerang.

Puisi Sus S . Hardjono CANDI

CANDI
Sudah tamat aku jadi batu
Lebih lama dan abadi usia candi
Dari reruntuhan bebatuan
Panembahan yang berabad abad bertapa di dalam batu
Diam meminjamkan kepala ,dan tangannya
Duduk di alis mataku
Karena aku hanya patung tanpa kepala , kepala tanpa tubuh tanpa tangan
Merekat di altar teras candi sebelum memasuki puncak
Di dalam reruntuhan bebatuan tubuhku sebagai legenda
Dimana usia lebih abadi candi
Tubuh batuku
Jejak bekas percakapan yang beku
Kematian hanyalah tidur panjang!”
“bangunlah aku datang , membangunkan kematian !”
Suatu saat berkumpul di masyar sebagai bait bait
Al bayyanah shafiyah
Di bawah tumpukan bebatuan
Batu yang gagal menjadi candi
Seorang pertapa tua berabad abad duduk
Di dalam batu
Meminjamiku mata dan kaki
Pada kepalaku dari tubuh arca buntung
Yang tertebas kepalanya
Dan membuka kitab tua tentang antologi
Saat kaki menapaki jejak karmawibangga
Hingga menuju puncak arupadatu
Tempat abadi

2015-11-17

Sus S . Hardjono lahir 5 Nopember 1969. Tahun 1990 an - Aktif teater Peron Mahasiswa UNS , Majalah kampus Motivasi , menulis puisi, cerpen dan geguritan sejak mash menjadi mahasiswa, serta mempublikasikannya di berbagai media massa yang terbit di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Puisinya dimuat di BERNAS, KR , PELOPOR JOGYA, KR , MERAPI , SOLO POS, JOGLO SEMAR , SUARA MERDEKA , WAWASAN , SWADESI , RADAR SURABAYA , DLL.Waktu itu Ia juga sempat bergabung dalam Kelompok Teater Peron FKIP UNS.Semasa di kampus memenangkan berbagai lomba kepenulisan diantaranya Lomba artikel dan puisi dalam rangka peringatan Chairil Anwar , dll, .Sejak tahun 1990-an telah ikut berbagai komunitas untuk keliling puisi dari Batu , Malang , Surabaya , Batang , Pekalongan , Purwokerto , Bandung dsb. Ikut berbagai komunitas kelompok mahasiswa yang aktif dalam teater dan puisi , masuk antologi puisi pertama Getar Batu HP3N , RSP , API , Tamansari FKY , Equator , dll.Terus bergerak dalam RSS Rumah Sastra Sragen aktif sejak masih muda ikut dalam berbagai komunitas sastra di kota Sragen
Sejumlah puisinya telah terangkum dalam kumpulan puisi bersama penyair lain, ada 30-an buku antologinya .Kini, selain menjadi pengajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I , sambil terus menekuni aktivitas sebagai penulis puisi, cerpen serta artikel sastra dan pendidikan.Rumah : ia tinggal di Jl. Raya Timur Km. 4/l9 A, Pilangsari RT 18 / RW 05 NGRAMPAL , Sragen Jawa Tengah.Rumah Sastra Sragen : GANTIWARNO RT 10/12 MOJOKERTO KEDAWUNG SRAGEN JATENG.

Wans Sabang Puisi SEGERALAH AJAL!

Kiriman Favoriet :
SEGERALAH AJAL!

"Ajal, apa orang mau mati masih perlu bantal dan guling?"
Di temani bantal-bantal empuk beserta guling gemuk berisi bulu-bulu angsa. Selang inpus meringkuk di ranjang tidur. Sering kusebut sebuah nama. Entah nama siapa? Yang jelas bukan nama Tuhan. Sementara para iblis dan malaikat menunggu di ruang tamu, berebut untuk saling merenggut ruh yang telah lama ku simpan di palung tubuh.
"Huss! Sudah kamu diam saja! Orang-orang sedang yasinan menuntunmu ke jalan terang."
"Televisi mana? Televisi? Aku ingin tertidur di televisi. Menikmati saat saat mataku jadi raja. Toilet mana? Toilet? Aku ingin tertidur di toilet barang sekejap saja. Sprei putih ini terlalu dingin. Aku tak ingin mati sepagi bumi. Biar senja melepasku menuju luruh teduh."
"Apa kamu sudah siap?"
"Segeralah ajal! Apa lagi yang kau tunggu? Segeralah! Sebelum aku memimpikan semangkuk mie instan lagi. Dan bualkan kata-kata bijak lagi di sosial media. Bebaskan! Bebaskan saja aku dari muak ini! Bukankah cintamu juga yang mengajari manusia menjadi manusia, iblis atau malaikat? Atau malah menjadi asu?"
"Hehehe, sayangnya aku masih ingin bermain-main dengan kematianmu, Tuan!"
"Segeralaj ajal! Apa kau tak bosan, mempermainkan sejak aku hidup sampai di ujung kematin?"
2015

Wans Sabang lahir di Jakarta. Aktif berpuisi di Forum Sastra Bekasi dan mengajar Creative Writing di SDIT Nur Hikmah, Bekasi. Buku Antologi Puisi terbarunya adalah Tifa Nusantara 2 (2015) dan Negeri Langit (DNP 6, 2015).

Puisi Budhi Setyawan Iklan Pasta Gigi

Budhi Setyawan

Iklan Pasta Gigi

mari ke kios ceriaku
beli dan pakailah pasta gigi
dengan merek semangat matahari
yang akan membuat gigimu
terlihat berwarna warni

Jakarta, 2014


Budhi Setyawan, yang akrab dipanggil ’Buset’ dilahirkan di Dusun Kalongan, Desa Mudalrejo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada 9 Agustus 1969. Sekarang bekerja di Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan di Jakarta, berkegiatan di Sastra Reboan di Jakarta dan sebagai Ketua Forum Sastra Bekasi (FSB). Tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Beberapa tulisannya pernah dimuat media, antara lain di: Bali Post, Suara Merdeka, Republika, Jurnal Nasional, Majalah Horison, GONG, STORY, Jurnal The Sandour, Buletin Jejak, dll. Puisi dalam bahasa jawa (geguritan) dimuat di majalah Damarjati, Panjebar Semangat, Jayabaya. Puisi-puisinya ada dalam antologi bersama: Kemayaan dan Kenyataan (Fordisastra, 2007), Pedas Lada Pasir Kuarsa (TSI II Pangkalpinang, 2009), Akulah Musi (PPN V, 2011), Sekumpulan Sajak Matajaman (bersama Jumari Hs dan Sosiawan Leak, 2011), Meretas Karya Anak Bangsa (2012), Antologi Puisi Satu Kata Istimewa (2012), Sauk Seloko (PPN VI Jambi 2012), Kepada Bekasi (2013), Puisi Menetas di Kaki Monas (2014), Saksi Bekasi (2015), dll. Buku antologi puisi tunggal: Kepak Sayap Jiwa (2006), Penyadaran (2006), Sukma Silam (2007). Beberapa kali diundang ke acara Temu Sastrawan Indonesia, Pertemuan Penyair Nusantara, Temu Karya Sastrawan Nusantara, Temu Sastrawan Mitra Praja Utama, Silaturrahim Sastrawan Indonesia, dan lain-lain

Sajak Penutup Karya : Fernanda Rochman Ardhana

Sajak Penutup
Karya : Fernanda Rochman Ardhana
Yang mana hendak kau tutupi, Nona?
gerai rambutmu digumuli tudung
sementara kemolekan masih liar berkaca,
pada tatap-tatap kami yang sudi menelan ludah
dari montok dadamu kami mengakar tanya:
“Inikah sumber kenikmatan yang Tuhan berikan dari Surga-Nya?”
dari wangi ketiakmu kami menjerat tanya:
“Inikah kasturi yang Tuhan janjikan dari surga-Nya?”
dari warna paha betismu kami mendekap tanya:
“Inikah keindahan yang diturunkan Tuhan dari surga-Nya?”
dari semok pantatmu kami kian mencumbui tanya:
“Inikah pemuas birahi yang Tuhan sajikan dari surga-Nya?”
hanya saja kami tak dapat nikmati, dari balik tudung
rambutmu berbiak di puncak alam pikir
lurus ataukah berkelok, hingga mampu mengumbar amal
bagi kami, lelaki penuh makrifat
Cileunyi, 2015

Fernanda Rochman Ardhana
Kelahiran Jember, 27 Februari 1991. Beberapa karyanya terbit dalam buku antologi bersama puisi dan cerpen. Karyanya juga pernah termuat di beberapa media cetak dan online, yaitu: Republika, Suara Karya, Solopos, Koran Madura, Riau Pos, Metro Riau, Detak Pekanbaru, Tribun Sumsel, Medan Bisnis, Malang Post, Posmetro Prabu, Radar Surabaya, Tanjungpinang Pos, Radar Banyuwangi, Radar Mojokerto, Radar Tarakan, Radar Bromo, dan Majalah Budaya Sagang. Aktif menulis di beberapa grup sastra media sosial.

Puisi Osratus SEBUNGKUS PROTES REBUS

Osratus
SEBUNGKUS PROTES REBUS
(untuk diriku)
“Hujan di halaman hati, belum enyah
Angin dingin, bertingkah
Nyalakan kompor semangat, yang melemah
Cuci dengan air kejujuran, itu kacang tanah
Rebus, dengan api tabah
Tutup pintu bibir, yang tergerus cas-cis-cus
Tutup jendela otak, yang terendus akal bulus:
Bunglon, tidak melompat ke kardus
Kadal, tidak mengganggu bolu kukus
Anak burung, tidak kecemplung gelas jus
Halilintar, menyambar teko egoku
Tutup telinga tutup hati, tidak mau aku
Mungkin, dia ingin mengatakan sesuatu
Tapi usai berkoar, sembunyi di ketiak soreku
Kapan kita duduk bersama, halilintarku?
Pohon mahoni, lemas terkulai:
Penampilannya, aduhai
Kepribadiannya keropos, hanya pandai berandai
Kepadaku, dia menyeringai
Mengapa wajahnya mirip aku, putih teratai?
Ikan emasku, melompat ke selokan semu
Jangan dekati dia, dengan kepurapuraanmu
Dekati dia, dengan tulus hatimu
Pindahkan dia dari kolam bawah pohon bambu,
Ke danau biru hatiku
Jemuranku belum diangkat
Aku bukan pengkhianat. Aku lari cepat
Menembus hujan lebat
Napasku tersengal dikali empat
Pakaianku, tidak lagi ada di tempat
Hatiku, seperti bau hangus
Baik-baik sajakah kau, kacang rebus?
Gara-gara semua mau kuurus,
Rebus kacang, jadi tidak fokus;
Makan kacang rebus, pupus?”
Sorong, 21 November 2015


Osratus adalah nama pena, dari Sutarso nama sebenarnya. Lahir di Purbalingga (Jawa Tengah), 8 Maret 1965. Pindah ke Sorong (Papua Barat), Tahun 1981. Pendidikan S1, Jurusan Administrasi Negara. Menulis puisi sejak tahun 1981. Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP Muhammadiyah Sorong (2006 – 2010). Buku Puisi : Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III (antologi bersama, 2015), Puisi Menolak Korupsi Jilid IV (antologi bersama, 2015). Alamat : Jl. Basuki Rahmat Km. 7, Kompleks Kantor Transmigrasi lama, Remu Selatan, Sorong, Papua Barat. Nomor HP : 082199408431. Email :sutarso471@gmail.com. Facebook : Sutarso

Puisi Budhi Setyawan : Menawar

Budhi Setyawan

Menawar

seorang gadis remaja
masuk ke pasar mencari baju pesta
sampailah di sebuah toko pakaian
yang penjaganya seorang bapak
berwajah legam, kumis seperti ulat matahari
dan tatapan mata seruncing duri

setelah mendapatkan baju yang cocok
gadis menawar harga lebih murah
belum ada kesepakatan
namun ia malah ditawar

Jakarta, 2014


Budhi Setyawan, yang akrab dipanggil ’Buset’ dilahirkan di Dusun Kalongan, Desa Mudalrejo, Kecamatan Loano, Kabupaten  Purworejo, Jawa Tengah  pada 9 Agustus 1969. Sekarang bekerja di Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan di Jakarta, berkegiatan di Sastra Reboan di Jakarta dan sebagai Ketua Forum Sastra Bekasi (FSB). Tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Beberapa tulisannya pernah dimuat media, antara lain di: Bali Post, Suara Merdeka, Republika, Jurnal Nasional, Majalah Horison, GONG, STORY, Jurnal The Sandour, Buletin Jejak, dll. Puisi dalam bahasa jawa (geguritan) dimuat di majalah Damarjati, Panjebar Semangat,  Jayabaya. Puisi-puisinya ada dalam antologi bersama: Kemayaan dan Kenyataan (Fordisastra, 2007), Pedas Lada Pasir Kuarsa (TSI II Pangkalpinang, 2009), Akulah Musi (PPN V, 2011), Sekumpulan Sajak Matajaman (bersama Jumari Hs dan Sosiawan Leak, 2011), Meretas Karya Anak Bangsa (2012), Antologi Puisi Satu Kata Istimewa (2012), Sauk Seloko (PPN VI Jambi 2012), Kepada Bekasi (2013),  Puisi Menetas di Kaki Monas (2014), Saksi Bekasi (2015), dll. Buku antologi puisi tunggal: Kepak Sayap Jiwa (2006), Penyadaran (2006), Sukma Silam (2007). Beberapa kali diundang ke acara Temu Sastrawan Indonesia, Pertemuan Penyair Nusantara, Temu Karya Sastrawan Nusantara, Temu Sastrawan Mitra Praja Utama, Silaturrahim Sastrawan Indonesia, dan lain-lain. webblog: www.budhisetyawan.wordpress.com; email: setyawan.budhi@gmail.com


Ali Syamsudin Arsi SUNGGUH BENAR-BENAR SAKAREP

Ali Syamsudin Arsi
SUNGGUH BENAR-BENAR SAKAREP
udelmu bertumbuhan sayap dari ujung daun telinga hingga bulu-bulu kaki merambat-rambat lesap ke seluruh jenis bulu di seluruh bagian tubuhmu memang sungguh benar-benar sa karep-karep tak terhitung berapa sayap sudah patah kelepak-kelepak oleh ulah sikap menyentak-nyentak sudah sakit miskin menderita tidak merata segila-gila lebih tambah gila sangat gila tak sembuh-sembuh dari gila sangat sungguh sangat gila di langit malam bintang jatuh seharusnya penuh pengharapan ternyata cau cau cua cau kedut di sudut mata bagian kanan atas selayaknya penuh pencerahan ternyata cau cau cua cau gila sungguh-sungguh gila melebihi sebenar-benar pasukan orang gila punya tanah tak mampu berpijak secara benar cau cau cua cau punya bukit hijau tak mampu menafkahkan perut-perut lapar cau cau cua cau mempunyai serba aneka jenis ikan aneka jenis tumbuhan aneka jenis burung aneka jenis batu aneka jenis daun aneka jenis pesona tak mampu berbagi dengan sepenuh rasa peduli benar-benar gila dan cau cau cua cau, penguasa rebahlah
/salam gumam asa, 2015


Ali Syamsudin Arsi
Ali Syamsudin Arsi lahir di Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalimantan Selatan. Kini tinggal di kota Banjarbaru, Prov. Kalsel. Pendiri dan Ketua Forum Taman Hati, diskusi sastra dan lingkungan, bersama M. Rifani Djamhari. Pendiri dan Pembina Sanggar Sastra Satu Satu Banjarbaru.
Menerbitkan 7 buku ‘Gumam Asa’ yang berjudul: 1. Negeri Benang Pada Sekeping Papan (Tahura Media, Banjarmasin, Januari 2009). 2. Tubuh di Hutan Hutan (Tahura Media, Banjarmasin, Desember 2009). 3. Istana Daun Retak (Framepublishing, Yogyakarta, April 2010). 4. Bungkam Mata Gergaji (Framepublishing, Yogyakarta, Februari 2011). 5. Gumam Desau (Scripta Cendekia, Desember 2013). 6. Cau Cau Cua Cau (2A Dream Publishing, Juni 2014). 7. Jejak Batu Sebelum Cahaya (Framepublishing, Yogyakarta, Oktober 2014).


Komunitas Oretan Liar Indonesia bekerjasama dengan Komunitas Tuna netra Peduli Bangsa


Sabtu, 21 November 2015

Kiriman puisi Sakarepmu Favoriet: Negeri Patpatgulipat karya Ary Sastra

Kiriman Favoriet:

Negeri Patpatgulipat

inilah negeri patpatgulipat
tempat orang bermain petak umpat
saling sikut dan sikat
paling jago lipat melipat
di negeri patpatgulipat
banyak yang mengaku bermartabat
pura pura pegang amanat
eh tak tahunya penjahat
di negeri patpatgulipat
penuh dengan kutu loncat
pura pura jadi sahabat
ternyata pengkhianat
di negeri patpatgulipat
pandai pandailah merapat
biar dikata penjilat
asal hidup selamat
di negeri patpatgulipat
semuanya mengaku atas nama rakyat
bergaya seperti ustad
uang rakyatpun disikat
di negeri patpatgulipat
banyak yang mengaku sudah bertobat
tapi ternyata hanya tipu muslihat
dasar keparat !!!

Tanjungpinang, 12 Desember 2014




Ary Sastra, lahir di Padang 7 April 1970. Saat ini bermastautin di Kota Tanjungpinang. Menyelesaikan pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Andalas 1996. Setelah itu melanjutkan dunia tulis menulis di bidang jurnalistik. Pernah menjadi wartawan Tribun Batam, Harian Sijori Mandiri, Manager Green Radio di Tanjungpinang, kemudian redaktur pelaksana di Koran Trans Bogor. Sejak kuliah, kerap menjadi penulis dan penyutradaraan pementasan teater. Beberapa naskah drama yang pernah ditulisnya adalah, "Siti Nurbuaya" dipentaskan pada Lustrum Unand, 1994, "Nyanyian Rakyat Kecil" dan "Reportase Sang Maestro". Beberapa puisinya juga termuat dalam antologi puisi Lingua Franca, Temu Sastrawan Indonesia 3, 2010, dan Taman Para Penyair, kumpulan puisi penyair se-Kepulauan Riau, 2010. Novel Atan (Budak Pulau) merupakan novel perdananya. Selain itu ia juga menulis skenario film "Laskar Anak Pulau" Produksi Komunitas Film Batam, dan kisah nyata, “Kau Antar Nyeri di Dadaku (Kisah Penderita Jantung Koroner). Pernah juga menyutradarai film, Mak Joyah tahun 2015. Email: arysastra@gmail.com atau ary_sastra@yahoo.co.id.

Kamis, 19 November 2015

Selamat Jalan Korrie Layun Rampan


Korrie Layun Rampan dilahirkan di Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953 – 19 Nofember 2015  Ayahnya bernama Paulus Rampan dan ibunya bernama Martha Renihay- Edau Rampan. Korrie telah menikah dengan Hernawati K.L. Rampan, S.Pd. Dari pernikahannya itu Korrie dikarunia enam orang anak.
Alamat : Karang Rejo, RT III Kampung Sendawar Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur 75576 Kotak Pos 99 Barong Tongkok.
Telepon : 081520936757
Faksimile : (0545) 41278, 41501
Semasa muda, Korrie lama tinggal di Yogyakarta. Di kota itu pula ia berkuliah. Sambil kuliah, ia aktif dalam kegiatan sastra. Ia bergabung dengan Persada Studi Klub-- sebuah klub sastra-- yang diasuh penyair Umbu Landu Paranggi. Di dalam grup ini telah lahir sejumlah sastrawan ternama, seperti Emha Ainun Nadjib, Linus Suryadi A.G., Achmad Munif, Arwan Tuti Artha, Suyono Achmad Suhadi, R.S. Rudhatan, Ragil Suwarna Pragolapati, Teguh Ranusastra Asmara, Iman Budhi Santosa, Suminto A. Sayuti, Naning Indratni, Sri Setya Rahayu Suhardi, Slamet Riyadi, Sutirman Eka Ardhana, B. Priyono Sudiono, Saiff Bakham, Agus Dermawan T., Slamet Kuntohaditomo, Yudhistira A.N.M. Massardi, Darwis Khudori, Jabrohim, Sujarwanto, Gunoto Saparie, dan Joko S, Passandaran.
Pengalaman bekerja Korrie dimulai ketika pada 1978 ia bekerja di Jakarta sebagai wartawan dan editor buku untuk sejumlah penerbit. Kemudian, ia menjadi penyiar di RRI dan TVRI Studio Pusat, Jakarta, mengajar, dan menjabat Direktur Keuangan merangkap Redaktur Pelaksana Majalah Sarinah, Jakarta. Sejak Maret 2001 menjadi Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Koran Sentawar Pos yang terbit di Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Di samping itu, ia juga mengajar di Universitas Sendawar, Melak, Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Dalam Pemilu 2004 ia sempat duduk sebagai anggota Panwaslu Kabupaten Kutai Barat, tetapi kemudian mengundurkan diri karena mengikuti pencalegan. Oleh konstituen, ia dipercayakan mewakili rakyat di DPRD Kabupaten Kutai Barat periode 2004-2009. Di legeslatif itu Korrie menjabat sebagai Ketua Komisi I. Meskipun telah menjadi angota DPRD, Korrie tetap aktif menulis karena tugasnya sebagai jurnalis dan duta budaya. Pekerjaan itu pula yang menjadikan Korri kini bolak-balik Kutai Barat--Jakarta. Bahkan, ia sering berkeliling ke berbagai daerah di tanah air dan melawat ke berbagai negara di dunia.
Sebagai sastrawan, Korrie dikenal sebagai sastrawan yang kreatif. Berbagai karya telah ditulisnya, seperti novel, cerpen, puisi, cerita anak, dan esai. Ia juga menerjemahkan sekitar seratus judul buku cerita anak dan puluhan judul cerita pendek dari para cerpenis dunia, seperti Leo Tolstoy, Knut Hamsun, Anton Chekov, O'Henry, dan Luigi Pirandello.
Novelnya, antara lain, Upacara dan Api Awan Asap meraih hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta, 1976 dan 1998. Beberapa cerpen, esai, resensi buku, cerita film, dan karya jurnalistiknya mendapat hadiah dari berbagai sayembara. Beberapa cerita anak yang ditulisnya ada yang mendapat hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Cuaca di Atas Gunung dan Lembah (1985) dan Manusia Langit (1997). Selain itu, sejumlah bukunya dijadikan bacaan utama dan referensi di tingkat SD, SLTP, SMU, dan perguruan tinggi.
KARYA:
a. Novel
1. Upacara, Pustaka Jaya, 1976
2. Api Awan Asap, Grasindo, 1999
3. Wanita di Jantung Jakarta, Grasindo, 2000
4. Perawan, Balai Pustaka, 2000
5. Bunga, Grasindo, 2002
6. Lingkaran Kabut, Grasindo, 2002
7. Sendawar, diterbitkan sebagai cerber di Tabloid Nova, 2003
b.Cerpen
1. Malam Putih, PD Mataram, 1978, Balai Pustaka, 1981
2. Kekasih, Nusa Indah, 1982
3. Perjalanan Guru Sejarah, Bahtera, 1983
4. Matahari Makin Memanjang, Bahtera, 1985
5. Perhiasan Bumi, Bahtera, 1985
6. Perhiasan Bulan, Nusa Indah, 1988
7. Ratapan, Balai Pustaka, 1989
8. Perhiasan Matahari, Balai Pustaka, 1991
9. Hitam, Balai Pustaka, 1993
10. Tak Alang Kepalang, Balai Pustaka, 1993
11. Rawa, Indonesia Tera, 2000
12. Tarian Gantar, Indonesia Tera, 2002
13. Tamiang Layang, Lagu dari Negeri Cahaya, Balai Pustaka, 2002
14. Acuh Tak Acuh, Jendela, 2003
15. Wahai, Gramedia, 2003
16. Riam, Gita Nagari, 2003
17. Perjalanan ke Negeri Damai, Grasindo, 2003
18. Teluk Wengkay, Kompas, 2003
19. Percintaan Angin, Gramedia, 2003
20. Melintasi Malam, Gramedia, 2003
21. Sayu, Grasindo, 2004
22. Wanita Konglomerat, Balai Pustaka, 2005
23. Nyanyian Lara, Balai Pustaka, 2005
24. Rindu, Mahatari, 2005
25. Kayu Naga, Grasindo, 2005
26. Bentas Babay, Grasindo
27. Penari dari Rinding, Grasindo
28. Dongeng Angin Belalang, Grasindo
29. Kejam, Grasindo
30. Daun-Daun Bulan Mei, Kompas
31. Senyum yang Kekal, Kompas
c. Kumpulan Puisi
1. Matahari Pingsan di Ubun-Ubun, Walikota Samarinda, 1974
2. Putih! Putih! Putih! (bersama Gunoto Saparie) Yogyakarta, 1976
3. Sawan, Yayasan Indonesia, 1978
4. Suara Kesunyian, Budaya Jaya, 1981
5. Nyanyian Kekasih, Nur Cahaya, 1981
6. Nyanyian Ibadah, PD Lukman, 1985
7. Undangan Sahabat Rohani, Yogya, 1991
d. Esai dan Kritik Sastra
1. Puisi Indonesia Kini: Sebuah Perkenalan, Nur Cahaya, 1980
2. Cerita Pendek Indonesia Mutakhir: Sebuah Pembicaraan, Nur Cahaya, 1982
3. Perjalanan Sastra Indonesia, Gunung Jati, 1983
4. Suara Pancaran Sastra, Yayasan Arus, 1984
5. Kesusastraan Tanpa Kehadiran Sastra, Yayasan Arus, 1984
6. Puisi Indonesia Hari Ini: Sebuah Kritik, Yayasan Arus, 1984
7. Jejak Langkah Sastra Indonesia, Nusa Indah, 1986
8. Apresiasi Cerita Pendek 1, Cerpenis Wanita, Nusa Indah, 1991
9. Apresiasi Cerita Pendek 2, Cerpenis Pria, Nusa Indah, 1991
10. Wanita Penyair Indonesia, Balai Pustaka, 1997
11. Tokoh-Tokoh Cerita Pendek Dunia, Grasindo, 2005
e. Antologi yang memuat karya Korrie
1. Bulaksumur-Malioboro ( Halim HD, ed), Dema UGM, 1975
2. Laut Biru Langit Biru ( Ajip Rosidi, ed), Pustaka Jaya, 1977
3. Cerpen Indonesia Mutakhir ( Pamusuk Eneste, ed), Gramedia, 1983
4. Cerita Pendek Indonesia IV (Satyagraha Hoerip, ed), Gramedia, 1986
5. Tonggak 4 (Linus Suryadi A.G., ed), Gramedia, 1987
6. Cerpen-Cerpen Nusantara ( Suratman Markasan, ed) Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1992
7. Wanita Budaya Sastra (I.B. Putra Yadnya, ed), Udayana, 1992
8. Limau Walikota (M. Shoim Anwar, ed), Gaya Masa, 1993
9. Trisno Sumardjo Pejuang Kesenian Indonesia ( Korrie Layun Rampan,ed), Yayasan Arus, 1985
10. Iwan Simatupang Pembaharu Sastra Indonesia (Korrie Layun Rampan, ed), Yayasan Arus, 1985
11. Dari Negeri Poci 2 ( F. Rahardi), 1994
12. Trotoar (Wowok Hesti Prabowo, dkk., ed), KSI, 1996
13. Antologi Puisi Indonesia 1997(Slamet Sukirnanto, dkk., ed), Angkasa, 1997
14. Jakarta dalam Puisi Mutakhir (Korrie Layun Rampan, dkk., ed), Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 2000
15. Sumber Terpilih Sejarah Sastra Indonesia Abad XX ( E.Ulrich Kratz, ed), KPG, 2000
16. Nyanyian Integrasi Bangsa (Korrie Layun Rampan, ed), Balai Pustaka, 2000
17. Dari Fansuri ke Handayani (Taufiq Ismail, dkk., ed), Horison, 2001
18. Pembisik ( Ahmadun Yosi Herfanda, ed), Republika, 2002
19. Horison Sastra Indonesia 2 Kitab Cerita Pendek ( Taufiq Ismail, ed), Horison, 2002
20. Dua Kelamin bagi Midin ( Seno Gumira Ajidarma, ed), Kompas, 2003
21. Matahari Sabana ( Korrie Layun Rampan, ed), Nur Cahaya
22. Angkatan Sastra Sesudah Angkatan 66 (Angkatan 70 Atawa Angkatan 80) dalam Sastra Indonesia
f. Antologi Sastra (Nonkarya)
1. Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, Grasindo, 2000
2. Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (Buku II), Grasindo
3. Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (Buku III), Grasindo
4. Kembang Mayang, Klub Cinta Baca Indonesia, 2000
5. Dunia Perempuan: Antologi Cerita Pendek Wanita Cerpenis Indonesia, Bentang, 2002
6. Ungu: Antologi Puisi Wanita Penyair Indonesia, Indonesia Tera
g. Buku Teks dan Kamus
1. Dasar-Dasar Penulisan Cerita Pendek, Nusa Indah, 1995
2. Aliran Jenis Cerita Pendek, Nusa Indah, 1995, Balai Pustaka, 1999
3. A.B.J. Tengker (biografi), Sinar Harapan, 1999
4. Leksikon Susastra Indonesia, Balai Pustaka, 2000
5. Sejarah Sentawar (studi sejarah lokal), Pemkab Kubar, 2002
6. Lamin Ditinjau dari Sudut Sosiologi dan Antropologi Budaya (kajian sosiologis dan antropologis), Pemkab Kubar, 2003
7. Sejarah Perjuangan Rakyat Kutai Barat, Pemkab Kubar
h. Cerita Anak (Prosa dan Puisi)
1. Pengembaraan Tonsa si Posa, Sinar Harapan, 1981
2. Nyanyian Tanah Air, Cypress, 1981
3. Nyanyian Nusantara, Bahtera Jaya,
4. Lagu Rumpun Bambu, Cypress, 1983
5. Sungai, Cypress, 1985
6. Pohon-Pohon Raksasa di Rimba Raya, Cypress, 1985
7. Cuaca di Atas Gunung dan Lembah, Cypress, 1985
8. Tokoh-Tokoh Terkemuka dari Kalimantan, 1994
9. Nyanyian Pohon Palma, 1994
10. Namaku Paku, 1994
11. Pohon-Pohon Raksasa di Rimba Nusantara, Balai Pustaka, 1995
12. Mulawarman dan 29 Tokoh Terkemuka Kalimantan, 1996
13. Aku untuk Hiasan, 1996
14. Keluarga Kura-Kura dan Penyu, 1996
15. Manusia Langit, Balai Pustaka, 1997
16. Namaku Kakatua, 1996
17. Namaku Ikan, 1996
18. Namaku Udang, 1996
19. Asal-Usul Api, Pusat Bahasa, 2002
20. Asal-Usul Pesut, Balai Pustaka, 2005
21. Kerapu dan 29 Jenis Ikan Laut Lainnya
22. Namaku Ular
23. Liur Emas
24. Lagu Semanis Madu
25. Namaku Rusa
26. Bertamasya ke Batavia
27. Namaku Burung
28. Namaku Ikan Hias
29. Namaku Durian
30. Durian Raja Segala Buah
31. Namaku Semangka,
32. Namaku Nangka dan Cempedak
33. Namaku Tumbuhan Langka
34. Arapaima Bersama 39 Ikan Cantik Air Tawar, 1997
35. Cenderawasih Emas, 1997
Penghargaan:
Karena kreatifitasnya dalam berkarya, Korrie Layun Rampan banyak memperoleh hadiah dan penghargaan. Berikut ini, antara lain, hadiah dan penghargaan yang telah diterima Korrie Layun Rampan.
1. Hadiah Lomba Penulisan Puisi IKIP Samarinda, 1969
2. Hadiah Penulisan Resensi Buku Tifa Sastra UI
3. Hadiah Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta untuk novel Upacara sebagai pemenang utama, 1976
4. Hadiah Mengarang Esai Mengenang 10 tahun Wafatnya Sastrawan Iwan Simatupang oleh BKKNI DKI Jakarta untuk esai yang berjudul Taman Iwan Simatupang, 1980
5. Hadiah Yayasan Buku Utama Depdikbud RI untuk kumpulan puisi anak-anak Cuaca di Atas Gunung dan Lembah, 1985
6. Hadiah Mengarang Esai dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1991
7. Hadiah Jurnalistik Pembangunan dari Departemen Penerangan atas Liputan di Perbatasan Kalimantan Indonesia dan Sarawak, Malaysia Timur, 1992
8. Hadiah Sayembara Cerita Film dari Departemen Penerangan RI atas cerita Wanita Konglomerat, 1996
9. Hadiah Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta atas novel Api Awan Asap, 1998
10. Hadiah Yayasan Buku Utama Depdikbud RI untuk cerita anak Manusia Langit, 1997
11. Hadiah Kaltim Post Award 2004 atas kesetiaan, dedikasi, dan prestasi di dunia sastra Indonesia selama lebih dari 30 tahun

Rabu, 18 November 2015

Sekumpulan puisi SAKAREPMU 100 PENYAIR INDONESIA

Sekumpulan puisi SAKAREPMU
100 PENYAIR INDONESIA
Sebuah antologi sebagai sekumpulan puisi yang tanggap akan perilaku ‘sakarepmu dewasa ini, sehingga membuat 100 penyair mbeling berbuat ‘sekarep-nya dalam memotret perkembangan Indonesia dewasa ini.
Menutup tahun 2015 sebagai tahun-tahun pancaroba negeri puisi-puisi Sakarepmu akan mewarnai khasanah sastra Indonesia.
Membaca Indonesia saat inilah 10 penyair yang mbeling lewat puisi-puisinya akan membidani sekumpulan puisi sakarepmu.
Didukung oleh :
Budhi Setyawan, Penyair Purworejo penyair mbeling Bekasi
Wardjito Soeharso, penyair mbeling Semarang.
Samsuni Sarman, penyair mbeling kraton Yogyakarta
Sofyan RH Zaid, penyair Sakarepmu Madura
Rg Bagus Warsono, Penyair Mbeling Indramayu
Dedari Rsia. Penyair NTT
Eddie Mns Soemano, Penyair Padang
Heru Mugiarso, Penyair Mbeling Semarag
Salimi Ahmad penyair Jakarta
Agus Chaerudin penyair Tangerang
Ardi Susanti perempuan penyair mbeling Tulungagung
Sakarepmu akan dibuka selama 15 hari dari 20 Nofember 2015 sampai (Deadline) 5 Desember 2015 dan diumumkan pada 15 Desember 2015
Seleksi Ketat
Panitia akan menunjuk penyair senior untuk menyeleksi 100 puisi mbeling dari 100 penyair mbeling.
Naskah bebas genre , tetapi tidak menunjukan unsur menyinggung pertentangan agama, ras , golongan, suku, serta unsur hujatan pada pribadi / lembaga , pendek kata kesemuanya harus masuk dalam koridor Pancasila dan UUD 1945.
Panitia hanya menerima 100 puisi terbaik dari 100 penyair mbeling.
Sakarepmu akan dikata-pengatari oleh tokoh mbeling Sosiawan Leak dan dikometari penyair yang ditunjuk oleh bidan Sakarepmu.
Bagaimana Cara Ikut?
Gratis tidak ada biaya pendaftaran.
Kirim satu puisi terbaik saja ke gus.warsono@gmail.com berikut biografi singkat dan alamat pengiriman buku bila dinyatakan lolos seleksi.
Tidak ada tanya jawab setelah pengumuman.
Wajib
Peserta yang dimuat dalam antologi Sekarepmu mendapat 1 buah buku gratis dan pengiriman bukunya dengan biaya dari peserta.
Apabila peserta lolos seleksi menginginkan buku lebih dari satu dapat dipesankan pada penerbit sesuai harga penerbit setelah buku diluncurkan. Panitia tidak menjual buku.
Hal hal lain berkenaan dengan Sekarepmu dapat ditanyakan Sakarepmu .
Terima kasih
Salam Sakarepmu