TEKS SULUH


Rabu, 30 Maret 2016

PUISI PATIDUSA, Genre baru puisi karya cipta Kangmas Agung Wig Patidusa‎

PUISI PATIDUSA
( Empat Tiga Dua Satu )
Puisi format yang berbasis kosakata.
Pada 9 -8 -2015 adalah awal terciptanya sebuah puisi genre baru yang bertajuk Puisi Patidusa di media jejaring sosial Facebook. Dan diproklamirkan pada tanggal 27-8-2015.
Puisi ini adalah ciptaan saya pribadi hasil evolusi dari sebuah format lainnya yaitu Puisi Lipatdus. Dan salah seorang teman sesama pemuisi, yaitu saudara Agus Supriyadi menamakan puisi ini adalah Patidusa dikarenakan memiliki format 4 kata, 3 kata, 2 kata, dan 1 kata.
Format patidusa memiliki keindahan bentuk yang terdiri dari sayap dan kerucut. Kekhasan puisi ini bisa dibaca terbalik dari baris bawah ke atas pada baitnya tanpa mengubah makna.
Bentuk standar patidusa;
A A A A
B B B
C C
D
E
F F
G G G
H H H H
Puisi Patidusa terdiri minimal 2 bait dan 4 jenis formasi. Ketika seorang penulis merasa kurang cocok pada penggunaan salah satu format, maka bisa mengubah karyanya itu ke bentuk formasi lain sampai menemukan kecocokan dengan cara membalik formasi baris pada baitnya. Berdasar ketentuan estetika RASA RIMA RUNUT dan IMAJI sebuah puisi.
Ketentuan Format Patidusa;
1. Puisi Patidusa bukanlah puisi pemenggalan kalimat. Baris baitnya saling melengkapi satu sama lain seakan memiliki makna mandiri yang menjelaskan atau dijelaskan oleh baris sesudah atau sebelumnya.
2. Hindarilah kata hubung pada kalimat akhir baris karena akan menimbulkan konotasi pemenggalan kalimat yang menggantung makna. Misal
Contoh salah;
Aku
Renta yang
Hina dina antara
Sepanjang jalan lintas berliku
Kalimat puisi di atas adalah seolah dipaksakan untuk berformat patidusa dan bisa dipanjangkan menjadi "Aku renta yang hina dina antara sepanjang jalan lintas berliku".
3. Patidusa tidak menggunakan tanda elipsis pada puisinya dan digantikan dengan tanda koma ( , ) saja. Alasan tidak digunakannya karena akan disalahartikan dalam bentuk sebuah puisi yang kurang memiliki keindahan pada kalimat puisinya. Sebagai contoh salah;
.... .... ..... ....
.... .... ....
.... ....
....
Kau
Indah sekali
Mewarna pelangi diam
Tiada kekata terucap asa
Keterangan; bait 1 adalah elipsis.
4. Pada pengulangan kata sempurna dan atau yang berawalan depan, dihitung 1 kata majemuk. Sebagai contoh;
Awan-awan
Angin-angin
Orang-orang
Berbaris-baris
Meratap-ratap
Boleh juga ditulis tanpa tanda hubung atau sesuai ketertiban dan keindahan tulisan saja. Semisal;
Awanawan
Anginangin
Orangorang
Berbarisbaris
Meratapratap
Berbeda dengan pengulangan kata yang berubah bentuk, dan atau berawalan pada akhir kata karena dihitung 2 kata. Semisal;
Hilir mudik
Hitam putih
Macam ragam
Antah berantah
Puisi Patidusa ada 4 formasi bentuk.
1. PATIDUSA ASLI / ORIGINAL
4-3-2-1, 1-2-3-4, 4-3-2-1 dst
Dalam contoh;
JELITAKU
Cantik berlekuk halus sempurna
Jengkal indah wajahmu
Biarkan kuraba
Diamlah!
Bahagia
Siratkan makna
Kebisuan penuhi rongga
Menatapmu, desirkan relung dada
Sekuat janji terikat padu
Berpeluk erat menyatu
Arungi bahteraku
Jelita
2. PATIDUSA BIAS
1-2-3-4, 4-3-2-1, 1-2-3-4 dst
Diamlah!
Biarkan kuraba
Jengkal indah wajahmu
Cantik berlekuk halus sempurna
Menatapmu, desirkan relung dada
Kebisuan penuhi rongga
Siratkan makna
Bahagia
Jelita
Arungi bahteraku
Berpeluk erat menyatu
Sekuat janji terikat padu
3. PATIDUSA CEMARA
1-2-3-4, 1-2-3-4, 1-2-3-4 dst
Diamlah!
Biarkan kuraba
Jengkal indah wajahmu
Cantik berlekuk halus sempurna
Bahagia
Siratkan makna
Kebisuan penuhi rongga
Menatapmu, desirkan relung dada
Jelita
Arungi bahteraku
Berpeluk erat menyatu
Sekuat janji terikat padu
4. PATIDUSA TANGGA
4-3-2-1, 4-3-2-1, 4-3-2-1 dst.
Cantik berlekuk halus sempurna
Jengkal indah wajahmu
Biarkan kuraba
Diamlah!
Menatapmu, desirkan relung dada
Kebisuan penuhi rongga
Siratkan makna
Bahagia
Sekuat janji terikat padu
Berpeluk erat menyatu
Arungi bahteraku
Jelita
------------
Semoga dengan adanya puisi genre baru ini menambah wawasan literasi sastra Nusantara dan dipelajari oleh khalayak ramai menjadi bagian sebuah warna sastra kontemporer dunia.
Agung Wig
Semarang 9 Maret 2016.

Selasa, 29 Maret 2016

WANGSIT

 (07)

WANGSIT

haruskah terbit dari hati yang dicubit
hanya karena hidup yang terus dipirit-pirit
lihatlah jiwaku yang telah terjangkit
karena hasrat cinta yang sulit
nasibku pun serasa dililit-lilit
hingga kepala terasa sakit
mungkinkah itu semua kuungkit-ungkit?
dan membiarkan harga diriku jatuh pailit?
kau tulari aku semua jenis penyakit
sekarang aku terlanjur terjepit
padahal seharusnya hatiku kau rakit
biar kekasihmu jadi penuh spirit
bagaimana aku menulis puisi berbait-bait
agar cintaku dan cintamu saling berkait
dan aku dapat kembali bangkit
tanpa perlu memekik atau menjerit
berikanlah aku sedikit wangsit
hingga aku tak sekedar menulis puisi alit
sebab nanti kau bilang aku pelit
membuat perutku bisa jadi sembelit

Nunung Noor El Niel
DPS Maret 2016 -28613

PROTES KEPADA DIRI SAYA YANG BERMULUT SERIBU

(06)

PROTES KEPADA DIRI SAYA
YANG BERMULUT SERIBU

“Sekarung kodok, anda kumpulkan
dalam semalam
Seratus ember kosong, berbaris di kolong
Aha, saya tahu!
Maksud anda, mau pinjam suara kodok
dan mulut ember
Agar bisa cuap-cuap, sampai bibir ndower
Iya, ‘kan?
Kalau begitu, lunasi dong uang tunggakan gula kopi
Tanaman jagung sudah berganti empat kali
Ibu kios, kurang sabar apa lagi?
Atau, saya biarkan tenggorokan anda lengket
seperti permen karet tergencet ceret?
Pasti, anda akan bilang: ‘Jangan.’
Merasa keok?
Saya hanya bercanda, kok
Serupa isapan jempol anda, khayal saya tidak majal:
Dengan modal sepenggal bual
Bisa mendatangkan emas sebangsal
Sejuta bual, hutang kita lunas total
Membantu sesama, tidak susah
Untuk kelas bawah,
beras murah harga serupiah,
jemput bola dari rumah ke rumah
Untuk kelas menengah,
mobil irit bensin bisa dicicil sepuluh rupiah
selama empat puluh tahun setengah
Kalau lima ratus tahun lajunya masih lincah,
pemiliknya mendapat hadiah lima puluh rumah mewah
Untuk kelas atas,
yang merasa sayang tabungannya terkuras,
operasi jantung saya urus sampai tuntas
Bukan saya sedang jual kecap
atau asal ucap
Ditanyakan langsung silahkan pada mulut serabi
kaya kata tinggi, nihil bukti.” 


Osratus
Sausapor, 30 Maret 2016

TEMPE

 (05)

TEMPE

mendoan tempe biasa
musim dingin
butuh selimut
makan mendoan tempe
uenak
tidur nyenyak
lelah hilang

selimut tebal hangat
tempe hangat nikmat
tambah cengis
mringis
pedas
banyak makan sambel
mules
banyak makan tempe
hati-hati wuru tempe
waduh

Wanto Tirta
29032016

Penyair Ndeso IX



Hampir setiap kota/kabupaten memiliki penyair yang menasional. Sebut saja dari mulai Semarang, Banyumas, Kebumen , Magelang dan Tegal telah banyak memiliki penyair/sastrawan yang sudah bayak dikenal secara luas.

Di Semarang telah ada  beberapa komunitas sastra yang telah berjalan antara lain Lembah Kelewawar, Open Mind, KIAS, Cakra, Sipilis, Kumandang Sastra, dan Teater ASA.

Di Semarang juga terdapat beberapa sastrawan dari kalangan akademisi yang mewarnai berbagai buku kesusastraan Idonesia seperti Drs.Yudiono K.S., S.U. dari Universitas Diponegoro, Drs. Wijang J. Riyanto dari Taman Budaya Jawa Tengah dan Drs. Mukti Sutarman (Sastrawan).

Tampa membaca karyanya sulit untuk memberikan gambaran penyair terkini di Jawa Tengah yang merupakan daerah terbanyak memiliki penyair dibading daerah lainnya di Indonesia.

Nama-nama Triyanto Triwikromo, Gunoto Sapari, Eko Tunas, S. Prasetyo Utomo, Eko Sugiarto, Ghufron Hasyim, Sucipto Hadi Purnomo, Timur Suprabana, dan lain-lain. adalah tokoh yang tak asing lagi di Jawa Tengah. Seperti W Babahe Leksono , Ariesta Widya, dari Semarang , Ahmad Tohari dari Banyumas, Dorothea Rosa Herliany dari Magelang, Afifah Afra Amatullah , Leak Sosiawann, Solo. Turiyo Ragil Putro dari Kebumen

Kemudian disusul penyair/sastrawan yang dalam usia matang semaki dikenal luas bahkan nyaris melampaui kepopulaeran penyair yang telah dahulu dikenal. Ada baiknya kita mulai dari pantura Jawa Tengah seperti dari Semarang, Ungaran, Batang Pekalongan, kendal , Temanggung, Pati, Jepara, Rembang, dan Kudus. Kita sebut saja seperti Heru Mugiarso, Timur Sinar Suprabana, Kurniawan Juniato, Wardjitto Soeharso, artvelo Sugiarto, Wisnu Handoko, Arif Fitra Kurniawan, Vironika Sri Wahyuningsih, menyusul mereka yang tenar lebih dulu seperti: Gunoto saparie, Mukti Sutarman, dan Triyanto Triwikromo.
                      




Mukti Sutarman





Penyair-penyair muda berbakat juga mucul dari Semarang seperti
Wisnu Handoko yang bersinar berkat  ‘Buat Ren Aoyama. Kemudian Arif Fitra Kurniawan yang populair berkat “ Pepatah-pepatah yang Tak Mudah Menyerah”. Disusul peyair muda berbakat lain yang aktif sebagai penyair Indonesia terkini seperti Lukni Maulana , Widyanuari Eko Putra dan Fransiska Ambar Kristiani.



Widyanuari Eko Putra 

     Fransiska Ambar Kristiani


Arif Fitra Kurniawan


Lukni Maulana

  Semarang dalam sastra Indonesia ibarat telah ‘nangkring lama di puncak-puncak Semarang yang pabila memandang ke bawah beraburan nyala lilin bak bintang bertaburan.
(peyair ndeso menasional, rg bagus warsono).



Senin, 28 Maret 2016

Sekolah Belut Kelas Dua

 (04)

Sekolah Belut Kelas Dua
.
Wismodar nangis di kolong space iklan,
tali kolornya hilang waktu dijemur emak
padahal itu kenangannya di Kalijodo,
ketika masih sering main sama Wynona
(Nama asli: Winarno)
Kata emak, mungkin digondol gendruwo artis,
untuk ajimat penglaris
.
Kenal dengan Wynona, eh ...Winarno
waktu dia lulus kuliah
di sekolah lapas kelas dua Cipinang
lulus cum laude, lalu turun ke lapas kelas satu
Lho, dunia ini aneh ya,
yang cum laude, kok bisa turun kelas?
.
Wismodar Wynona, jadi pasangan Bony Clyde,
boleh pilih, yang mana Bony, yang mana Clyde
pokoknya mereka asik tarik ulur belut licin
dengan tali kolor kenangan,
di aliran kalijodo
.
Lewat Bundaran Thamrin,
di depan gedung lembaga,
ternyata tali kolor Wismodar jadi tali pengerek bendera
Dia kenal banget,
karena ada belut mati di ujungnya
.
Itu belut,
sebagai piagam penghargaan dari kalapas,
karena dia licin memanjat gedung lembaga,
mencuri surat kuasa!
.
Ness Kartamihardja
29maret16

MENDADAK SELEBRITIS

 (03)

MENDADAK SELEBRITIS
Ini hidupku, kawan
Aku jatuh dan bangun
Apa pedulimu?
Engkau malah bertepuk tangan
Jika kuterpuruk dalam kesedihan

Kubegini dan begitu
Selalu jadi bahan gunjingan
Sungguh keterlaluan
Katanya teman ngomongin di belakang
Apa untungnya sich, ngegosipin orang
Sakkarepmu wae, kawan
Mulutmu itu harimau kamu
Mau mengaum
Atau ingin mengeong, terserah!
Asal jangan usik hidupku
Jombang, AggusChaeruddin 29032016

DAWET

 (02)

DAWET
misal uang memang tak terpakai
jangan lalu untuk pergi ke bar
atau di pakai tidak benar.
sayang kalau uang terbuang sia sia
Lebih baik untuk saya.
Saya belikan dawet sedapatnya
satu plastik tidak apa apa
atau se waduk cacaban* pun okelah
Biar nanti ramai ramai
kita menyedotnya
dengan paralon atau sedotan gajah.
Oke, setuju dengan ide saya?
Kalau tidak setuju jangan marah
saya cuma kasih saran bukan memaksa
tapi kalau setuju ya Alhamdulillah.


Faiz Saf'ani

Gadaikan Saja Emas Tugu Monas.

(01)
Gadaikan Saja Emas Tugu Monas.
buat ngobati presiden yang sakit telinga
karena dokter THT pada jadi anggota dewan
Monas kita puntung
biar saja dari pada kalah tinggi sama gedung samping
ya mau lah pakgadai terima barang
sebab yang masih bahan juga sudah tergadai
Nanti lambang jakarta gimana
terserah , rumah gue aja hilang di peta


rg bagus warsono, 28-03-16

Sakkarepmu II antologi "NGOMONG NDOPOK "



Sakkarepmu II antologi "NGOMONG NDOPOK "
buat rame-rame Sakkarepmu
kirim kapan saja , peluncuran tahun depan
aturan seperti sakkarepmu pertama.
Setuju monggo ... dengan puisi NGOMONG NDOPOK !
Tidak setuju jangan ikutan NGOMONG NDOPOK

puisi contoh ngomong ndopok :

Gadaikan Saja Emas Tugu Monas

Gadaikan Saja Emas Tugu Monas.
buat ngobati presiden yang sakit telinga
karena dokter THT pada jadi anggota dewan
Monas kita puntung
biar saja dari pada kalah tinggi sama gedung samping
ya mau lah pakgadai terima barang
sebab yang masih bahan juga sudah tergadai
Nanti lambang jakarta gimana
terserah , rumah gue aja hilang di peta
(Rg Bagus Warsono)

Kamis, 24 Maret 2016

Memandang gerhana, Sahadewa

Memandang gerhana
Kita memandang ke titik yang mulai memudarkan cahaya dan keyakinan akan kekekalan hukum sebab akibat. Tubuhmu terbungkus gelap yang menyilaukan. Aku ragu kapan pembebasan ini terjadi . Bagaimana menghentikan tumbuhnya putik jagung yang ditanam di tanah basah. Tanpa sinarmu. Tanpa terang yang mengeringkan segala air mata.
Di silang lintang dan bujur yang telah usai dihitung. Pertemuan tak terhindarkan dan doa yang gagal menggulung dirinya membentuk layar.
Bibir terkatup setelah menemukan sunyi. Dalam hitungan tahun- tahun purba. Sisa cahaya menerangi hati yang lama pecah. Menyatukannya sebagai awal untuk menentukan akhir.
Di sisimu semua menjadi kenangan.
Kupang
9 Maret 2016
Sahadewa

Dunia Paranoia, Dedari Rsia

Dunia Paranoia
Melihat perempuan berrok mini
Itu sumber perkosaan kau yakini
Melihat kebaya kelihatan pundak
Kau takut nafsu bangsa meledak
Lalu kau kaburkan gambar indah di televisi
Kau beri penjelasan segala kecurigaan
seolah paling berjasa menjaga ahlak
anak anak
tapi sebenarnya kau sedang sakit
entah karena terkena virus
atau salah mengeja ayat
Aslinya, kau sendiri tak mampu menahan syahwat
kau jadi penguasa paranoia
mengajak semua saling curiga
Aduh kacamatamu apa
sehingga hampir semua terlihat nista
Ambang nafsu di bawah pusar
sesekali kau perlu ditampar
supaya sadar
dan otakmu bisa mekar.
Maret 2016
Dewa Putu Sahadewa

AHOK, A Slamet Widodo

AHOK
Ahok adalah anomali
politik mapan ia dekontruksi
diluar kelaziman seorang politisi
kalau politisi suka konsensus dan kompromi
ia jenis manusia yang tak menyukai
anehnya popolaritasnya naik elektabilitasnya tinggi
Ahok memang kasar
bicaranya tak enak didengar
meledak ledak menggelegar
ngomong tidak piawai
tapi maksudnya sampai
gampang bilang maling atau anjing
seakan mulutnya tak pernah sekolah
maka oleh musuh ia dicaci dan dibenci
Ahok bukan orang munafik
bicara dibumi kenyataan
ia pekerja keras dan nyata
keberanianya jangan ditanya
satunya kata dengan perbuatan
ia tegas menggusur
tapi siapkan rumah susun pengganti
ia memecat dan menggeser
bagi pejabat yang korup dan tak melayani
ia merubah wajah birokrasi
menjadi birokrasi yang mengayomi
Ia menghunus pedang anti korupsi
maka para koruptor tengkuknya berdiri
Ahok oleh rakyat dipuja dan disukai
Ahok memang sialan
tak mau disogok
tak mau bayar mahar
tak mau melamar
tak mau jadi petugas partai
tak mau bikin komitmen
tak mau dititipin ini itu
apalagi diminta ini itu
bikin ketua partai besar marah besar
Ahok tak mau dibebani
tak mau politik balas budi
tidak mau didekte partai
saatnya ia memberi bukti
gubernur tak harus lewat jalur partai
"Teman Ahok"jadi kendaraan tuk mengapai
Ahok orang yang cerdas
setiap masalah dihadapi dengan tangkas
ketika ditanya wakil rakyat
kenapa yang digusur Kalijodo bukan Alexis
" kalijodo itu jalur hijau harus kembali ke jalur hijau"
pelacuran itu ada sejak nabi adam tak bisa dihilangkan
ingat saya pendukung lokalisasi
semua yang tak ada izinya saya sikat
tapi ingat Alexis juga tempat wakil rakyat istirahat
surga sekarang tidak dibawah telapak kaki ibu
tapi surga ada dilantai ketujuh .....Alexis "
Ahok tak takut mati
mati baginya adalah keberuntungan
ketika ia perang membela kebenaran
ia ingin dimakamkan di Kalibata bukan di Kalijodo
Bila Ahok menang
bikin parpol kobol kobol
mesin partai ngadat
bensin nya habis
pelumasnya kering
maka mereka beramai ramai
dengan segala cara dipakai
menjegal Ahok bekompetisi
Save Ahok
Jakarta, 10 Maret 2016

Senin, 07 Maret 2016

"Pasar " antologi bersama arahan Bambang Widyatmoko.

Tema  Puisi Homogenis Sajian Pilihan Lengkap Sejenis.
"Pasar " antologi bersama arahan Bambang Widyatmoko.
Ternyata kehidupan tak lepas dari pasar, di manusia modern pun. Justru di pasarlah kita menjual, bahkan diri caleg sampai calon presiden meyakini pasar memiliki kekuatan dasyat seperti orang ngidam buah cermai , pasarlah tempatnya . Atau di pasar jua tempat menampung 'tetek bengek keperluan dapur. Namun tak jua begitu di pasar justru banyak potret kehidupan lain. Ada sikaya dan si miskin, pengemis dan dermawan, pemilik mobil mewah dan tukang parkir, tauke dan kuli panggul artis atau pengamen, juga polisi atau preman 'tumplek blek. Seperti di puisi pasar , potret pasar di daerahmu dan dikampungku.
Sajian homogen tetapi tak membosankan dari setiap lembar demi lembar di pasar puisimu. Dan Anda harus berkunjung di pasar ini sambil memilih puisi puisi tentang pasar kita. Ramai

Sabtu, 05 Maret 2016

Satu Rumah 69 Puisi, Pindah Rumah 1000 Puisi Dedari Rsia

Sebuah kumpulan puisi seorang dokter teladan karena kalau tak ada pasien tetep bekerja mencipta puisi.
Tampilan awal yang bisa dikatakan profesional karena 69 puisi itu jauh ditulis sejak Rumah Dedari dipasang pondasi. Dewa Putu Sahadewa demikian ia menoreh sastra untuk kita semua, dari apa yang dilihat dan dirasakannya nun jauh di Kupang Nusatenggara. Ia bercerita tentang negeri republik ini, tentang kepatuhan wargannya, tentang alamnya, tentang ibu, tentang kehidupan dan juga cinta.
Lalu ia mengkritik apa yang dilihat padahal 'Seisi Rumah Telah Tahu Semua dan kemudia padukan dengan istilah dokter dengn puisi. Ada 'Anatomi kata, Ada 'Puisi Rumus Kimia. Suguhan enak dibaca, memperluas cakrawala pandang, menyelam laku hidup dunia yang kita tak akan mungkin sama merasakan.
Pendek kata di 69 Puisi di Rumah Dedari memberi kenangan tersendiri bila membacanya. Dan esok tak lagi 69 puisi.
....

rg Bagus Warsono 5-3-16

Kamus Gemuyu Ijab Kibul Kumpulan Puisi Glayengan A.SLAMET WIDODO yang jadi rebutan tertawa

Oleh Rg Bagus Warsono
Rugi bagi humoris yang kurang bahan buat mencandai pacar atau istri yang lagi ngambek bila tak pernah baca 'Ijab Kibul-nya A Slamet Widodo, seperti ‘kamus gemuyu. Pokoknya dijamin ngakak dan langsung dan sang istri ngekepi suaminya menahan tawa. Bertambah mesra dan membuat suasana bahagia sepanjang berumah tangga karena istri senang dikibulin dan terkadang minta dikibulin.
Ijab Kabul ini Antologi ke 7 penyair yang terkenal lewat ‘Kentut –nya itu.
......................

SELINGKUH Glayengan A Slamet Widodo.

Ternyata selingkuh ada di mana-mana karena hal yang satu ini slalu menjadi 'idaman semua. Seninya kalau tidak ketahuan, kalau ketahuan Selingkuh yang diselingkuhi. Perkara selingkuh bukan lantaran lirikan mata dan rambut panjangj saja atau perkara bosan tetapi juga hal lain di berbagai segi kehidupan yang kadang tak sadar bahwa itu Selingkuh. Benar kata Triyanto Triwikromo , A Slamet Widodo memberikan kesempatan kepada selain penyair untuk ambil bagian. Semua disoroti dengan gaya glayengan khasnya.
Buku Selingkuh bukan selingkuh judul tetapi sebuah buku sastra khas glayengan yang mendapat apresiasi seperti dari Sapardi Djoko Damono, Taufiq Ismail, Krisnina Akbar Tanjung, Ratih Sang, Archan E Banyusegoro, Erica Soeroto, Triyanto Triwikromo, Nugroho Suksmanto dan aku juga. Pokoknya buku ini 'oenakke pancen pol "
(rg bagus warsono 6-3-16)

Namaku Indonesia Hijau Rumahku Hijau Negeriku, A Slamet Widodo memberi kasih

Bila bermain ajak anak-anak kita membaca puisinya, puisi yang sesuai dengn dunianya. Dunia anak adalah dunia tersendiri yang masih penuh harapan. Ia masih bersih dan baru, apa pun dapat ditanam dalam masa itu, karenanya alangkah baik bila kita tanam bumi yang hijau itu dengan suatu yang baik dan bermanfaat bagi masa depannya.
A Slamet Widodo memberi kasih akan masa itu dengan puisi anak yang mampu mengerti dunianya. Akan keindahan negeri, budaya warisan agung, budi pekerti, keindahan dan cita rasa seni. Dalam Namaku Indonesia Hijau Rumahku Hijau Negeriku cocok bagi semua pecinta anak , guru dan Ibu Bapak semua. Sebuah karya kumpulan puisi yang sarat pilihan dan dapat dipergunakan saat bermain tampil atau sajak baca depan kelas atau teman dikala duka.
rg bagus warsono, 5-3-16

Mencari Jejak Menelusuri sejarah, sebuah potret budaya dari Riau hingga Ternate

Mencari Jejak Menelusuri sejarah, sebuah potret budaya dari Riau hingga Ternate sebagai referensi budaya daerah sebagai pemahaman bahwa Tanah Air kita punya banyak naskah kuno .Sebagai bagian sejarah Indonesia yang meninggalkan banyak warisan budaya sastra negeri tercinta ini. Dr Mu'jiah seorang penulis menuturkan dalam perjalanannya itu. sangat bermanfaat bagi referensi penelitian budaya. Penuturan yang gamblang memudahkan pembaca cepat menangkap pemahaman bahwa ternyata kita banyak diwarisi budaya dan sastra oleh pendahulu negeri ini yang menunjukkan bahwa sastra kita sudah tumbuh berkembang sejak lama sekali.
rgbagus warsono,4-3-1016

Kamis, 03 Maret 2016

Penyair Mbeling Luncurkan Antologi Puisi Sakkarepmu di Warrung Apresiasi Bulungan.

Majalah Suluh 2 Maret 2016
Sakkarepmu memcapai puncak disaat peluncuran bukunya Rabu 2 Maret 2016 di Warung Apresiasi Bulungan Jakarta tempat dimana Sastra Reboan bermarkas dibawah garapan tokoh penyair mbeling Indonesia Aloysius Slamet Widodo. Saat itu juga dihadiri beberapa penyair nasional seperti Sosiawan Leak ,RgBagus Warsono, Wardjito Soeharso, Samsuni Sarman, Ali Arsy, Dedari Rsia, Budhi Setyawan Penyair Purworejo, Wans Sabang, dan Bambang Widiatmoko yang terlibat dalam buku sastra yang sempat menggegerkan itu. Dan tampak pula beberapa penyair muda terkenal lain seperti Zaeni Boli, Fitrah Anugerah, Dan beberapa penyair muda lain pengisi antologi ini.

Dalam sambutannya Aloysius Slamet Widodo mengharap agar generasi muda memiliki keberanian menulis sebebas-bebasnya namun tetap memiliki kandungan sastra, sedang RgBagus Warsono menyampaikan bahwa Sakkarepmu yang banyak memperoleh sambutan ini digarap dengan keterbatasan yang serba 'kurang segala sesuatunya. Dan dua tokoh ini mengucapkan terima kasih pada semua yang dapat hadir .


Tampak diantaranya terdapat tokoh-tokoh penyair terkiniseperti Dyah Kencono Puspito Dewi , Salimi Ahmad, Harry Tjahjono, Herman Syahara, Fanny Jonathans, Nani Tanjung, Dedy Tri Riyadi, dan masih banyak pelaku sastra lainnya yang hadir di peluncuran buku puisi Sakkarepmu itu.



Pada deretan penyair muda tampak dua penyair yang menaik namanya saat seperti Damar Anggara dan Kidung Purnama dari Jawa Barat. Turut Hadir pula Agus Chaerudin dari Tangerang.

  Peluncuran Buku Sakkarepmu itu bertambah meriah saat Aloysius Slamet Widodo membacakan sajak-sajaknya yang membuat Warung Apresiasi Bulungan 'meledak tawa. Puisi-puisi berjudul Puisi Birahi dan puisi Asu karya pengarang mbeling ini menjadikan suasana puncak Sakkarepmu.
Acara yang dipandu Sosiawan Leak penyair populair Indonesia saat ini membuat hangatnya suasana malam Bulungan.


Menurut Harry Tjahjono ketika dinobatkan untuk memberikan komentar menyatakan bahwa kreatifitas Sastra Mbeling akan dapat membuahkan berbagai karya baru yang dapat menasional seperti Antologi Sakkarepmu ini yang justru muncul dari daerah. 















Aloysius Slamet Widodo
 Sedangkan penyair-penyair muda dari daerah mengharap agar kesempatan itu harus diberikan dari para seniornya agar dapat mengisi khasanah kesusastraan Indonesia semakin maju. (ulasan 
rgbagus warsono 4-2-2016)

Mengenal Harry Tjahyono


Harry Tjahjono, seorang wartawan senior kenamaan (seangkatan dengan Areswendo Atmowiloto) yang sering liputan luar negeri , dan juga penulis skenario film terkenal lndonesia tempo doeloe, Harri Tjahyono itu menulis skenario 'Si Doel Anak Sekolahan yang mungkin sahabat Suluh  pernah nonton filmnya

Harry Tjahyono pon bertutur mengenang itu :

Tahun 1996 s/d 2002, saya pernah ngendon di perkampungan pemulung, dekat pemakaman Joglo, Jakbar. Lokasinya sekitar 500 meter dari rumah. Lebih dari 30 KK tinggal di gubuk-gubuk yg dibangun di tanah seluas 3.000-an M2 yg entah milik siapa.
Awalnya, saya sering mancing di kali dekat situ. Lalu kenal pak Astono, pemuka pemulung di situ. Berteman, sering nongkrong, dan akhirnya bikin gubuk bambu seluas 3X6 yg saya sebut sanggar.
Waktu itu, saya sedang nulis si Doel dan memang sengaja sering gaul dg orang kampung, dlm rangka observasi atau apalah namanya.
Waktu itu pula, maaf..., duit saya lagi banyak. Maklum, selain nulis si Doel, saya punya gaji dari tabloid Bintang, Fantasi dan terakhir ProTV. Juga nulis lagu, bikin musik dll. Sebagian besar saya setor istri, tapi ada yg saya umpetin utk senang-senang sendiri, misalnya melantik pak Astono jadi pimpro bikin pompa air, betulin gubuk-gubuk yg terlalu kumuh, nyicil bahan bangunan utk bangun mushala di depan sanggar.
Rupanya kesenangan saya itu menulari temen dekat seperti Rano, Yuni Shara, Mas Arswendo, Ayu Azhari, mbak Mien R Uno dan Nafa Urbach yg kebetulan masih terhitung ponakan. Dan mushala semipermanen seluas 6 X 6 itu lekas berdiri krn pak Marzuki Usman, saat itu Menparpostel, yg sering ngobrol dg saya dan mas Arswendo, juga ketularan. Bahkan ketika saya minta, pak mentri janji mau meresmikannya.
Akhirnya mushala beratap seng, berdinding triplek, berlantai keramik, dan supaya pak mentri senang saya kasih nama Al Khadijah, nama almh ibunya, berdiri di tengah kepungan gubuk pemulung.
Sesuai janjinya, jelang dzhuhur pak mentri datang. Orang pun berkerumun. Ajudan dan patwal sibuk. Wartawan meliput.
Usai meresmikan, pak mentri muji saya, "Wah, ternyata Anda seniman kaya ya..."
"Enggaklah, Pak. Seniman kok kaya."
"Lha tanah seluas ini punya siapa?"
"Nggak tau. Ini kan daripada sudah lama kosong trus saya kasih mushala."
Pak mentri kaget, "Anda ini gimana sih? Saya ini kan pejabat negara, masa meresmikan bangunan liar?"
"Wah.., sudah terlanjur, Pak."
Mushala itu juga pernah dikunjungi Ibu Sinta, istri Gus Dur, saat ibu negara itu bersafari sahur. Dan thn 2003, kampung pemulung itu digusur.
Selama 5 tahunan ngendon di situ, banyak banget beragam kejadian tak terlupakan. Tapi, yg paling berkesan adalah: di situ saya bisa lebih memahami apa yg sesungguhnya benar-benar membuat orang miskin menangis, dan apa yang benar-benar membuat mereka tertawa.... ‪#‎nostalgianologi‬