TEKS SULUH


Selasa, 28 Juni 2016

AKU BURUNG INGIN BICARA h. shobir poer

AKU BURUNG INGIN BICARA
                                                                                                          h. shobir poer

                        Aku burung ingin bicara:
                        di rumah miniatur rimbun, kami tinggal
                        mengalir gemericik air, temani senandung
                        di setiap pagi,siang, malam sambil mengepakkan sayap
                        ku menari bersamamu
                        kau dan aku, ciptaanMu yang saling berbagi
                        kau datang,  tengok kawankawan ku yang mengaum,
                        membagi makanan anakanakku yang  mencicit,
                        menderit, berkokok, menyiulkan suara indah ke telingamu
                     
                        di rumahku,  hutan belantara miniatur yang kau buat
                        aku sumringah betapa syukur ucap padamu
                        yang bertandang dan membagi cinta
                        dengan menaburkan senyum, tangan yang kau ulurkan
                        dan makanan makanan yang kau tebar di manamana

                        namun sayang, aku tak sanggung mematuk lagi
                        harimau terkatup mulutnya,  tak sanggup mengaum
                        kawankawanku mulai kehilangan cinta
                        rumah miniatur menjadi kandang neraka
                        banyak yang mati siasia


                                                                                              Tangsel, 17 April 2016

Rabu, 08 Juni 2016

Rumahku di Tepi Rel Kereta Api , puisi-puisi Rg Bagus Warsono





1.Kereta Api Tua


            Rg Bagus Warsono
Kereta Api Tua

Kereta api tua berjalan perlahan  
Meniti rel  panjang melingkar desa
Membelah pesawahan
Menembus hutan
Menyusuri lereng gunung
Menyebrang sungai
Hingga ke kota tujuan
Kereta api tua setia
Mengantar rakyat sampai tujuan.
Kereta api tua melengking peluit panjang
Suaranya nyaring mengagetkan gembala di padang
Gemuruh gemerincing besi beradu
menggetarkan
Kau masih keras besi baja
Bilakah kereta api tua lelah
Karena perjalanan panjangmu
Semoga tetap sehat selalu
Agar kami slalu bersamamu
Sepanjang usiamu.

Stasiun Jatibarang, 15-01-2006

2.Balapan


Rg Bagus Warsono

Balapan

Balap kereta api kita menerjang angin
jauh kereta medekat cepat dan menjauh kencang
lalu menghilang
dibalik desa
di serong relmu panjang
Balap kereta sekencang angin
Angin diterjang lokomotif buta
Angin berlari di  jedela kereta
Roda berputar menggilas rel
Batu bergetar menyapa kereta.

Stasiun Jatibarang , 15-01-2006





3.Lori Tua


Rg Bagus Warsono

Lori Tua

Ada lori tua dijadikan monumen
Bahwa kita pernah gagah dulu    
Mengangkut jerami, kayu, tebu dan gula
Ada lori tua ditengah kota
Menatap ibu pergi ke pasar
Menyuruh pedagang menuggu kereta
Lori tua menangis
Berpalinglah
Dulu aku yang mengantarmu
Dulu aku yang bawa belanjaan itu
Lori tua sekedar mengingatkan
kita pernah berjaya dulu
dulu aku dinanti dan disayang.

Stasiun Parujakan, 15-01-2006



4.Raja Penjelajah


Rg Bagus Warsono

Raja Penjelajah

Desa , kota, dan ibukota
Jelajah kota Jawa
Kereta cepat kebanggan bangsa
Gagah perkasa dan berjasa
Raja penjelajah
Puluhan Roda keras menggilas besi       
Rel menangis menahan beban , Kadang menyayat pilu
menahan panas percik api besi beradu
Raja penjelajah tak peduli
Siang ataukah gelap
Menapak rel menyapa kota.
             Raja penjelajah datang dan pergi secepat waktu.

Stasiun Jatibarang, 15-01-2006




5. Aku di Hanggar  Menunggu


Rg Bagus Warsono

Aku di Hanggar  Menunggu

Aku di Hanggar  Menunggu
Perintah Masinis bekerja
Menarik gerbong-gerbongmu yang panjang
Aku masih kuat berjalan
Kapan masinis memanggilku bekerja
Rodaku sudah tak sabar berputar
Per berkarat kaku
Sudah lama tak berderit
Dan kapan meniup peluit.

Stasiun Jatibarang , 15-01-2006




           



6. Tiba di Stasiun Tepat Waktu
                                                                                                               

Rg Bagus Warsono

Tiba di Stasiun Tepat Waktu

Tiba di Stasiun Tugu tepat waktu
Ibu menunggu
Aku pulang dari Jakarta kekotamu
Bersama kereta malam
Dan pagi menjelang
Ibu menanti di Stasiun Tugu
Mengharap ananda selamat segera tiba
tak perlu kecewa keretamu prosesional
Datang tetap waktu dan pergi dijarum jam itu
Ketika pintu gerbong terbuka
Ibu di depan mata.

Stasiun Parujakan , 15-01-2006







7. Tunggu Aku Kembali


Rg Bagus Warsono

Tunggu Aku Kembali

Kutinggalkan satu stasiun kecil membawa dua penumpang
Taka ada penumpang lagi tertinggal
naiklah sepur lain
lebih cepat dari mesinku
Tapi kereta jalur ini cuma satu
Yang berhenti di stasiun kecil
Kecil stasiun berhenti karena jalur
Menurunkan menaikan ke tujuan
Bertambah atau mengurangi beban tak terasa
Besar kecil sama saja bagi sepur
Aku berangkat dulu menuruti masinisku
Kelak aku kembali singgah di stasiunmu
Stasiun kecil lain segan mampir
Karena stasiun terakhir menanti
langganan mium air haus keretamu.

Stasiun Krucuk, 15-01-2006


8. Kereta Cepat Secepat Angin


Rg Bagus Warsono

Kereta Cepat Secepat Angin

Kereta cepat secepat angin lewat
Hanya lewat di stasiun kecil
Di stasiun aku menunggu kereta kedua
Kereta cepat lewat lagi
Ketika banyak orang berdiri menanti
Kereta kedua datan lalu menanti penumpang
Kereta cepat lewat lagi
Kereta kami belum juga berlari
padahal sudah empat kereta cepat  lewat.

Stasiun Purwokerto, 15-01-2006










9. Sakit Kereta di Depo 5


Rg Bagus Warsono

Sakit Kereta di Depo 5

Sakit kereta di depo lima
Karna mesin tua kurang pelumas
Sehingga asap putih menebal
Batuk mesin menyeret lok
Menyegat hidung kepala stasiun
Kau sakit perlu opname
Menunggu mekanik
Yang merawat kereta dimana mana
Sehat kereta dipecut lagi.

Stasiun Haurgeulis, 15-01-2006







10.Itu Kereta Melitas Kebunku


Rg Bagus Warsono

Itu Kereta Melitas Kebunku

Burung prenjek yang kaget
Mengalah menyingklir cepat
Gemuruh besi menindih rel
Kau lewat memberi tanda diri
Pada pisang dan pohon jati
Yang tertiup angin keras jalanmu.
Semoga slalu selamat teman
Kutatap kereta makin jauh mengecil
Dan hilang dirimbunan pohon gunung.

Stasiun Haurgeulis, 15-01-2006










Rumahku di Tepi Rel Kereta Api

Rumahku di Tepi Rel Kereta Api, sebuah antologi puisi yang kaya makna filosofi diketengahkan oleh penyair kita Rg Bagus Warsono sebuah antologi yang memiliki kekhasan tersendiri. Penyair ini mengambil objek sepur sebagai bahan muatan antologi yang memang telah lama akrab bagi masyarakat Indonesia.

   Puisi-puisi Rumahku di Tepi Rel Kereta Api memberikan suguhan puisi yang dapat dinikmati bagi generasi muda khususnya juga semua yng mencintai sastra.

   Ternyata di ‘wilayah sepur terdapat banyak aneka peristiwa dengan pilihan kata yang menarik bagi puisi yang slalu mencari yang terbaru. Rg Bagus Warsono ternyata mampu memotret sepur-sepur Indonesia sebagai inspirasi terciptanya puisi.           Gambaran puisi kini dan masa lalu dirangkum dalam antologi yang mampu berkomunikasi dengan pembacanya.

   Naik kereta api kadang menjadi kerinduan, menyusuri desa-desa, lembah, hutan dan melintas sungai. Lalu singgah di stasiun dan melihat kota-kota kecil yang kini makin ramai. Namun demikian sepur tak pernah macet karena memiliki jalannya sendiri.

   Sepur itu istimewa , di persimpangan jalan raya atau jalan desa ia diberi hak melaju tampa hambatan sedang kendaraan lain di jalan raya atau jalan desa dipalang pintu. Jembatannya pun milik sendiri yang hanya khusus sepur.


Rumahku di Tepi Rel Kereta Api

Sekumpulan puisi Rg Bagus Warsono
Rumahku di Tepi Rel Kereta Api Sajak-sajak Kereta Api , Sekumpulan puisi Rg Bagus Warsono

Kereta Api adalah sahabat rakyat Indonesia sejak doeloe sampai sekarang. Ia yang setiap hari mengantar jutaan rakyat Indonesia ke suatu tujuan. Takada stasiun terakhir karena esok akan kembali ke stasiun menunggumu.
   Anak-anak kita perlu mahami kereta api agar mereka mengetahui pentingnya alat transportasi ini. Siapa saja , Bapak , Ibu, Paman , Bibi atau saudara pernah naik kereta api. Dan tentunya kelak semua anak-anak kita. Diantar keretamu yang gagah perkasa.
   Sengaja penulis berikan dengan sajian puisi-puisi agar dapat dengan mudah dimengrti mereka, disamping makna ilmu pengetahuan generasi muda dan kegemaran membaca.
   Semoga buku ini bermanfaat bagi semua.

Salam Kereta Api, tut tut tut.