TEKS SULUH


Senin, 15 Agustus 2016

Penumbuhan Sikap Anti Korupsi Pada Perilaku Korupsi yang Disorot Masyarakat Melalui Puisi Menolak Korupsi Oleh : Rg Bagus Warsono



   Penyair sebagai bagian dari anggota  masyarakat  turut  merasakan dampak yang ditimbulkan dari perbuatan korupsi yang merugikan rakyat. Semakin buruknya korupsi yang terjadi di Indonesia dikhawatirkan membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.

   Pelajaran telah dipetik beberapa negara di dunia, bahkan negara besar, hancur begitu saja akibat perbuatan korupsi yang dilakukan oleh bangsa itu sendiri. Berangkat dari itulah penyair tergerak hatinya untuk ambil bagian memberikan upaya pencegahan korupsi agar tidak semakin luas dan menjadi budaya yang membahayakan. Melalui bidangnya sendiri dalam sastra yang digelutinya penyair memberikan sumbangsih untuk negeri ini berupa Puisi Menolak Korupsi (PMK).

   Lewat kesertaan para penyair dari berbagai kabupaten/kota dalam buku sekumpulan Puisi Anti Korupsi adalah bukti keterlibatan masyarakat dalam kepedulian menolak korupsi di Indonesia.

   Gerakan masyarakat itu terdengar dari pelosok Tanah Air melalui berbagai pemberitaan dengan aneka kegiatannya dari mulai peluncuran buku, bedah buku, lomba sampai roadshow PMK yang terakhir. Berbagai pemberitaan yang selalu hangat dibicarakan dikarenakan ada sesuatu yang aneh dirasa bangsa ini. Mengapa? Jawabnya adalah karena datang dari hati penyair. Mengapa bukan dari pemerintah atau penegak hukum. Inilah keistimewaan puisi para penyair PMK.

   Tidak hanya berhenti sampai menulis dan dibukukan saja tetapi penyair PMK telah mampu berbuat untuk mengadakan roadshow puisi menolak korupsi di sejumlah kota di nusantara ini. Dengung kegiatan roadshow menggema dimana-mana (kini telah 38 kali dilaksanakan di berbagai kota di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi , Madura sampai Kepelauan Riau)  dan mampu mengajak masyarakat di kota-kota yang disinggahi roadshow PMK untuk mengajak bersama memiliki jiwa anti korupsi. Terbukti pada setiap penyelenggaraan roadshow PMK selalu dibanjiri penonton dan menyita perhatian masyarakat di kota itu.  Kehadiran warga masyarakat di roadshow yang diselenggarakan di kota-kota yang tersebar di wilayah Indonesia ini  adalah bukti bahwa bangsa ini masih memiliki hati mencintai Tanah Airnya.   

   Di tempat lain puisi PMK juga dibedah di perguruan tinggi, di sekolah menengah sebagai pembelajaran sastra yang memiliki muatan pesan yang sangat berarti bagi masyarakat. Dan oleh komunitas profesional seperti dosen, guru, praktisi hukum juga turut memberi apresiasi positif akan buku Puisi Menolak Korupsi ini.

   Sesuatu yang tidak disangka puisi dapat menyatukan pandang kepada segenap penyair dari Sabang sampai Merauke. Sebuah bukti bahwa puisi itu menyimpan sesuatu yang dasyat. Ia mampu berbicara mengajak, berbuat dan mampu mempertemukan pandangan pemikiran. Bahkan puisi mampu mengumpulkan pandangan pandangan itu dalam satu kesatuan yang diikat dalam sebuah buku. Dan bukunya  mampu mengikat penulisnya dari seluruh Tanah Air. Seperti penyelenggaraan Rundown Konferensi Nasional ,Refleksi dan Evaluasi Gerakan Puisi Menolak Korupsi seperti sekarang ini.

Tak Sekadar Simbolis Keinginan Rakyat
   Dari contoh-contoh diatas gerakan PMK bukanlah sekadar simbolis rakyat yang disampaikan oleh penyair pengisi antologi PMK tetapi merupakan perwujudan nyata bahwa rakyat Indonesia telah jenuh atas perilaku korupsi yang dilakukan justru oleh bangsa sendiri. Dari berbagai sambutan roadshow PMK di berbagai daerah tampak jelas bahwa Gerakan PMK telah menjadi milik rakyat Indonesia.
Keterlibatan berbagai unsur atas gerakan PMK seperti dari kalangan pendidikan, pesantren, ulama,  profesional, aparat penegak hukum hingga kalangan militer memberikan gambaran pengakuan bahwa PMK merupakan gerakan yang telah menjadi Gerakan Anti Korupsi rakyat Indonesia.

Pendidikan Karakter Bangsa
   Puisi sebagai bacaan sastra juga sangat memberi arti bagi pendidikan karakter bangsa dimana saat ini ada kecenderungan miskinnya karakter bangsa dewasa ini. Hal demkian ketika perkembangan budaya serta masuknya pengaruh global  sangat terasa, seperti pemujaan terhadap produk luar negeri, sikap acuh terhadap keutuhan NKRI, serta sikap masa bodoh rakyat atas kebijakan pemerintah.

   Karakter bangsa bertambah buruk ketika jual beli suara dalam pemilihan Kepala Daerah seperti dihalakan.  Penyaluran pendapat dengan sendirinya dibatasi oleh siapa yang mampu membayar suara, dan ini terlihat pada saat pemilihan kepala daerah yang dipilih secara langsung. Bukti lainnya setelah terjadi pemilihan banyak menimba protes dan kritik atas jalannya pemilihan langsung kepala daerah yang berujung kasus terjadi dimana-mana.

   Melalui PMK dengan keterlibatan berbagai penyair dari seluruh tanah air jelas memberikan rasa persatuan dan kesatuan melalui etikad yang sama yakni menolak korupsi dimana-mana secara nasional. Sebuah kesamaan pandang luar biasa hebatnya yang ditarik dari jiwa penyair yang bersih, mengingat penyair-penyair tersebut berada tersebar di berbagai pelosok desa dan kota di nusantara ini.

   PMK juga memberi dampak nasional pendidikan budi pekerti dalam rangka penumbuhan budi pekerti sejak usia dini dan pelajar . Sentuhan puisi anti korupsi yang disampaikan oleh penyair yang  memberikan sentuhan budi pekerti terhadap  anak usia dini, pelajar merupakan penanaman sikap agar generasi selanjutnya tertanam jiwa anti korupsi. Sambutan peserta penulis puisi dari kalangan pelajar se Indonesia yang dibukukan  dalam puisi pelajar menolak korupsi adalah betapa generasi ini tidak menginginkan korupsi terjadi di negeri ini.

Gema Nasional Gerakan Anti Korupsi
   Gema anti korupsi yang justru datangnya dari rakyat ini dan dipopulairkan oleh pelaku sastra itu sendiri sangat membantu menekan angka korupsi di Indonesia.       Sangat mustahil apa bila penyair yang kebanyakan berada diluar pemerintahan itu melakukan korupsi. Oleh karena itu semakin banyak yang terlibat dalam gerakan PMK ini maka gerakan anti korupsi pun semakin luas. Mereka yang bukan penulis PMK dan mau  terlibat dalam PMK pasti akan terlibat pula dalam Gerakan Anti Korupsi. Dan besar kemungkinan adalah pribadi pribadi yang memiliki sesamaan tujuan yakni menyuarakan Gerakan Anti Korupsi di masyarakat. Bahkan ada pula yang memberikan contoh sebagai pemimpin atau warga masyarakat yang bertingkah laku anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari. Semakin banyak warga masyarakat  terlibat dalam gerakan PMK maka jelas semakin banyak rakyat Indonesia yang anti korupsi. Bahkan pernah dalam roadshow PMK, bertempat di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Jogyakarta, terdapat warga binaan lapas yang turut membacakan puisi, ini berarti PMK telah menyentuh sampai pada pelaku korupsi, sebab mungkin diantara warga binaan itu terdapat ex pelaku korupsi.

   PMK ternyata memberikan dapak positif di masyarakat. Peran keterlibatan masyarakat melalui rekrutmen puisi PMK sedikitnya telah memberi ajakan kepada warga masyarakat dan disambut masyarakan dengan nyata menyuarakan anti korupsi melalui puisi. Seperti keterlibatan pelajar dalam menulis PMK (ada 286 pelajar se Indonesia) adalah penanaman karakteristik bangsa dan penumbuhan budi pekerti sebagai pribadi yang memiliki jiwa anti korupsi. Selanjutnyan  keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan roadshow di sejumlah daerah di Indonesia baik sebagai coordinator , pemprakarsa kegiatan roadshow, atau partisipan serta mereka yang turut melihat dan menyaksikan jalannya roadshow sudah merupakan kepedulian masyarakat yang dipastikan memiliki hati yang sama yaitu anti korupsi.

   Dampak negative pun tak terhindarkan ketika puisi baik dibacakan melalui roadshow maupun disampaikan dalam buku tak menjadi sentuhan hati pada warga masyarakat yang terbiasa melakukan tindak korupsi. Mereka mengangap PMK sebagai hiburan semata, sebuah tontonan atau bacaan hiburan. Pesan-pesan yang disampaikan oleh puisi tak menyentuh hatinya yang telah tebal oleh kebohongan dan kebohongan. Ibarat ‘anjing mengonggong khalifah berlalu mereka malah menjadi-jadi melakukan korupsi dan berulang-ulang. Bahkan ada yang hantinya tak bisa membedakan mana ini yang disebut korupsi dan mana yang halal semua menjadi satu karena telah menjadi abu-abu . Apresiasi membaca PMK yang demikian itu perlu mendapat sentuhan lebih mendalam sehingga indicator yang diharapakan dapat tepat sasaran.

    Bahayanya manakala tindak korupsi menjadi pada tingkat yang dianggap wajar dan dimaklumi oleh masyarakat. Seperti suap ketika sesorang masuk sekolah , masuk perguruan tinggi, masuk kerja atau ketika pemborong  mendapatkan tender proyek. Suap semacam ini seperti hal biasa terjadi dan dianggap lumrah. Bahkan system ‘lelang jabatan diartikan lain yakni membeli jabatan pada penentu kebijakan, ini sudah luar biasa buruknya tetapi jarang disentuh ranah hukum.

   Korupsi ‘kecil-kecilan atau berjumlah besar dalam nominal rupiah sama saja adalah korupsi. Jumlah nominal rupiah yang dikorupsi memiliki relative pandangan masyarakat. Jumlah kecil bagi orang tertentu belum tentu dianggap kecil bagi masyarakat kecil yang dirugikan. Disinilah letak peran PMK untuk mendapatkan apresiasi dari perilaku korup yang dianggap wajar itu .

   Sorotan masyarakat pada tindak korupsi yang banyak dilakukan di lembaga-lembaga tertentu merupakan sasaran PMK dalam rangka membantu masyarakat yang dirugikan. Dengan ‘membaca PMK diharapkan memunculkan apresiasi positif yang diharapkan kita semua.

Harapan dan Strategi Masa Datang
   Begitu banyak masyarakat bersedia memfasilitasi kegiatan roadshow PMK di daerah. Dukungan ini tidak saja dari warga masyarakat perorangan yang peduli akan nasib bangsa ini tetapi banyak juga dari pejabat di daerah yang dengan sukarela membantu terlaksananya sebuah kegiatan dalam rangka gerakan anti korupsi melalui sastra yakni puisi.

   PMK juga diharapkan mendapat kepedulian dari berbagai stake holder pada keinginan anti korupsi di Indonesia ini. Lebih banyak terselenggaranya roadshow di berbagai daerah atas dukungan dan partisipasi masyarakat yang menginginkan kehidupan di Indonesia itu bersih dari korupsi.

Manfaat
   Sebuah gerakan memiliki tujuannya tersendiri bahwa ada sesuatu faedah yang dapat dipetik dari gerakan PMK ini. Beberapa manfaat dari gerakan PMK ini adalah:

-Pertama, puisi sebagai bagian kesusastraan Indonesia telah memiliki makna pengembangan sastra, pembelajaran, serta nilai apresiatif yang mampu menggerakan jiwa bangsa.

-Kedua, keterlibatan penyair dari berbagai daerah dengan warna budaya di tempat tinggal mereka yang berbeda-beda telah dapat disatukan pandang menjadi ‘corong pemersatu bangsa dalam rangka turut berpartisipasi dalam pencegahan perilaku korupsi dengan cara-cara lebih halus tetapi mengena sasaran.

-Ketiga, dengung kegiatan dari mulai penulisan, pembacaan, kegiatan ilmiah seperti bedah buku atau kritik sastra, dan roadshow PMK besar dan kecilnya memiliki pengaruh pencegahan perilaku korupsi di Indonesia.

-Keempat, bahwa bentuk partisipasi masyarakat dalam gerakan menolak korupsi telah memberi keuntungan terhadap negara Republik Indonesia lebih evisien dalam mengkampanyekan anti korupsi (bandingkan dengan negara lain yang menyisihkan untuk biaya kampanye anti korupsi pada setiap program pembangunan setiap tahunnya ).  Penyelenggaraan negara yang bersih dan berwibawa adalah amanat UUD 1945.

-Kelima, melalui antologi PMK di sekolah dan perguruan tinggi berarti penyair
telah turut berpartisipasi dalam gerakan literasi sekolah. Dimana perlu keterlibatan public (termasuk penyair/sastrawan) dalam peningkatan literasi di sekolah dan perguruan tinggi. Pada saat iniuji literasi membaca menunjukkan, kompetensi peserta didik Indonesia tergolong rendah. Dalam PIRLS 2011, Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 48 negara. Sementara itu, untuk uji literasi membaca dalam PISA2012, peserta didik Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara.

Kesimpulan
  Gerakan PMK yang telah berjalan sejak tahun 2013 dan telah  mendapat apresiasi masyarakat sudah selayaknya dipertahankan dan menjadi gerakan masyarakat (Gema) Nasional melalui puisi sebagai sarana interaksi dan komunikasi dalam rangka menolak berbagai tindak korupsi apa pun jenis dan macamnya dalam perjalanan bangsa ini.

   Gema Nasional PMK selanjutnya sebagai konsekwensi mempertahankan gerakan ini maka harus memiliki penekanan-penekanan pada indicator sasaran gerakan ini. Jika pada kesempatan lalu dalam buku PKM jilid 1, jilid 2 dan Jilid 3 lebih mengetengahkan sasaran umum dan memberi warna aneka peristiwa korupsi dan kritik serta sindirnya melalui puisi yang beragam maka sudah saatnya gerakan PMK memberi focus sasaran yang urgen untuk membantu masyarakat dalam pencegahan korupsi.

   Fokus sasaran selanjutnya penyelengaraan antologi dengan tema puisi yang terfokus. Sasaran apresiasi yang terfokus serta keterlibatan kalangan penyair tidak hanya pelajar tetapi juga mahasiswa dan masyarakat umum.

Saran
   Untuk terwujudnya  apa yang kita cita-citakan bersama sangat perlu mendapat berbagai dukungan dan keterlibatan Pemerintah dalam hal ini Presiden dan DPR/DPRD serta esekutif di daerah. Juga dukungan dari mereka yang memiliki relevansi pencegahan korupsi dari aparat penegak hukum dan lembaga swadaya masyarakat. Serta tokoh masyarakat dan seluruh rakyat Indonesia yang memiliki kemampuan berpartisipasi secara materi maupun mental terhadap gerakan Puisi Menolak Korupsi.

   Sedang bagi pelaku sastra (penyair/penulis) pengisi Buku Sekumpulan Puisi Menolak Korupsi diharapkan untuk terus berkiprah dalam rangka memelihara gerakan anti korupsi melalui puisi dengan berbagai aktifitas yang sekecil apa pun dapat dilakukan.
(penulis seorang penyair tinggal di Indramayu, 25 Juli 2015)

Description: C:\Users\User\Pictures\pictur penyair\Rg Bagus Warsono.jpg
Rg Bagus Warsono (Agus warsono) Lahir di Tegal , 29 Agustus 1965, pengasuh sanggar sastra Meronte Jaring dan coordinator Himpunan Masyarakat Gemar Membaca di Indramayu. Tinggal di Jl. Alamanda Merah No. 6 Perumahan Citra Dharma Ayu Kelurahan Margadadi Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu-45211 HP : 082126776000

Minggu, 14 Agustus 2016

Segera Hadir Kumpulan Puisi Bersama Bertema Margasatwa di Lumbung Puisi Jilid IV





   Banyak margasatwa kita yang punah. Ketika kapal kapal asing yang nyolong ikan ditembak ditenggelamkan, Anda tidak tahu berbagai jenis kera dari rumpun yang sama Sumatra/Kalimantan di colong juga. Apa yang ditembak apa yang ditenggelamkan. Sebab malingnya tidak kemana-mana masih berada di luar negeri. Orang kitalah yang memperkaya diri.

    Beberapa tahun lalu ada bangkai kawanan gajah, tetapi gadingnya sudah tak menempel di kepalanya.
Lalu burung-burung luar negeri yang mungkin bawa penyakit datang dari celah-celah pagar negeri , mengisi sangkar-sangkar hobies burung berkicau.
Dan sungguh luar biasa lagi, ada orang pekerjaannya melawan maut, memburu buaya ganas di sungai-sungai buas. Ternyata mereka mengambil kulit buaya itu.



Penulis :

1.Abu Ma’mur MF (Brebes)
2.Agustav Triono (Purbalingga)
3.Alveng Subrata(Surabaya)
4.Amrin Moha (Cirebon)
5.Anggoro Suprapto(Semarang)
6.Anjrah Lelono Broto(Jombang/Mojokerto)
7.Arif Khilwa (pati)
8.Ari Witanto (Bekasi)
9.Arwinto Syamsunu Ajie(Kebumen)
10.Arya Setra (Jakarta Utara)
11.Bambang Widiatmoko(Jakarta)
12. Damar Angara (Demak)
13.Dedy Tri Riyadi (Tangerang)
14.Denting Kemuning(Surabaya)
15.Denis Hilmawati (Bekasi )
16.Dharmadi, DP (Purwokerto)
17.Daviatul Umam (Sumenep)
18.Eka Rs (Tasikmalaya)
19.Ersa Sasmita(Jakarta)
20.Eno El Fadjeri (Jakarta Barat)
21.Eri Sofratmin (Muara Bungo Jambi))
22.Faiz Saf'ani(Tegal)
23. Fitrah Anugerah(Bekasi)
24. H. Shobir Poer (Tangerang)
25. Hadi sastra(Tangerang)
26.Harmany (Pamekasan)
27.Hasan Maulana A. G( Serawak Malaysia)
28..Heru Mugiarso(Semarang)
29.Jen Kelana(Muara Angin Jambi)
30.Kurniawan Yunianto(Semarang)
31.Little Lite (Muara Bungo, Jambi)
32.Mike Dwi Setiawati(Cirebon)
33..Mohamad Firdaus (Banyumas)
34.Muakrim M Noer Soulisa (Maluku Tengah)
35.Mukti Sutarman Espe (Kudus)
36.Nanang Suryadi (Malang)
37.Navys Ahmad(Tangerang)
38. Ni Made Rai Sri Artini (Denpasar)
39.Novia Rika (Jakarta)
40.Rachmad Basuni (Solo)
41.Refa Kris Dwi Samanta (Banyumas)
42.Rere Desvada (Bandung)
43.Riswo Mulyadi (Banyumas)
44.Rg Bagus Warsono(Indramayu)
45.Sami’an Adib (Jember)
46.Shon Sweet's(Sidoarjo)
47.Sumrahhadi (Munadi Oke)(Jakarta)
48.Sri Subekti Handayani (Bandung)
49.Supi El-Bala (Tangerang)
50.Suyitno Ethex (Mojokerto)
51.Tajuddin Noor Ganie(Banjarmasin)
52..Thomas haryanto soekiran(Purworejo)
53.W Haryanto(Blitar)
54.Wadie Maharief (Jogyakarta)
55.Wahyudi Abdurrahman Zaenal (Ketapang Kalbar)
56. Wans Sabang(Jakarta)
57.Yuyun Ambarwanto(Wonogiri)




























   Ternyata margasatwa (binatang) kita penuh filosofi, kelakuan binatang kadang cermin buat filosofi hidup. Bukan berarti lebih baik binatang dari manusia, tetapi manusialah yang mirip perilaku binatang. Atau bisa juga binatang lebih baik perilakunya ketimbang segelintir manusia yang kadang tak memiliki norma. Tetapi pernyataan ini jangan ditafsirkan demikian sebab puisi adalah gambaran , sebuah gambaran yang memiliki ragam apresiasi. Boleh jadi apresiasi itu berbeda dari sebuah puisi. Makna yang sama arti pun berbeda bila dipadukan dengan kata lain, bukan. Nah kalau begitu puisi adalah permainan kata-kata.