TEKS SULUH


Minggu, 12 Oktober 2014

Sambut Antologi Nasional Memo untuk Presiden

Dunia sastra Indonesia kembali digebrak dengan segera diluncurkan Antologi Puisi yang diberinama Memo untuk Presiden. Siapa lagi kalau bukan Leak Sosiawan , sastrawan asal Solo yang pada 2013 sukses menggagas Puisi Menolak Korupsi. Memo untuk Presiden dimaksudkan untuk mencermati gonjang-ganjing dunia politik nasional serta suksesi kepemimpinan nasional yang banyak menyita perhatian. Leak tidak bermaksud untuk membawa sastrawan ke kancah politik, namun hanyalah mengajak sastrawan Indonesia memberi kontribusi dalam bidangnya (bersyair) sesuai dengan mementum tersebut. Lebih dari itu Memo untuk Presiden sebagai penyejuk masyarakat pembaca sastra di Tanah Air untuk mengapresiasi karya sastra dalam sorotan pada Presiden. Walau pun begitu tetap pada jati diri puisi itu yakni pembawaannya yang 'terselubung' makna disamping nilai seni.
Antologi puisi Memo untuk Presiden  disamping Leak Sosiawan sebagai penggeraknya juga didukung banyak tokoh sastrawan Indonesia saat ini seperti, Akhmad Sekhu dari Jakarta, Eka Pradhaning dari Magelang, Rg. Bagus warsono dari Indramayu, Dyah Kencono Puspito Dewi dari Bekasi, Acep Syahril dari Jambi, Fransisca Ambar Kristiani dari Semarang, Syarifudin Arifin dari Padang, Nurochman Sudibyo dari Tegal, Rini Ganefa, dari Jakarta, Ali Syamsudin Arsi dari Banjarmasin, Hasan Bisri Bfc dari Bogor, dan  penyair berbakat dari Cilegon, Muhamad Rois Rinaldi serta banyak lagi sastrawan dari berbagai daerah di Indonesia.
Lebih dari 200 puisi Memo untuk Presiden dari 196 penyair mengisi buku antologi tersebut. Kemungkinan banyak lagi 'memo' puisi yang akan mengisi buku selanjutnya mengingat banyak sastrawan ingin turut serta dalam kegiatan antologi bersama ini.
Peluncuran buku ini pertama kali akan dilaksanakan di Blitar di Taman Makam Pahlawan Proklamator Soekarno pada 1 Nofember 2014 yang akan datang.