TEKS SULUH


Sabtu, 24 Februari 2018

Bincang-bincang Syair dan Penyair

Dunia sastrawan sangat menarik untuk disimak sebagai bagian dari masyarakat kita dengan kekhususannya tersendiri yang juga beraneka warna kesan dan keadaan. Sebuah heteronomia diblantika sastra Indonesia. Yang menarik untuk dipelajari.
Buku ini sedikit memberikan gambaran aktifitas sastra di masa setelah apa yang disebut Angkatan 66 sebagai bahan kajian kita semua terlebih bagi generasi muda yang menginginkan melihat perkembangan sastra dewasa ini.
Berisi seluk beluk sastra dan kegiatannya masa kini untuk dapat dipelajari bersama.

BIncang-Bincang Syair dan Penyair
Penulis : Rg Bagus Warsono Editor : Isa Desain : Edi
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini ke dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, tanpa izin tertulis dari penerbit atau penulis. All Rights Reserved
Diterbitkan oleh: Penebar Media Pustaka Alamat : Jl. Samas km 1, Palbapang, Bantul, Bantul, Yogyakarta, 55713. Hp. : 082327654950 E-mail : penebarcom@gmail.com
Katalog Dalam Terbitan (KDT) Rg Bagus Warsono, Bincang-Bincang Syair dan Penyair; Editor: Isa—Cetakan 1—Yogyakarta: Penebar Media Pustaka, 2018 144 hlm; 14 x 20 cm
ISBN: 978-602-5414-


Selasa, 20 Februari 2018

Tentang Mencipta Puisi,

Tentang Mencipta Puisi,
Kini mencipta puisi diantara jutaan manusia mencipta puisi. Anda jangan berfikir terlalu banyak orang mencipta puisi. Bisa-bisa puisi yang dicipta seperti daun daun-daun jati kering yang terbang di bawah pohon jati lain, di lahan lain, di hutan lain, dan terbakar hangus atau menjadi humus penyubur tanaman.
Sebetulnya apa pun bentuknya slalu ada manfaat. Hanya kita tidak atau belum menemukan cara, bagaimana agar apa yang kita buat itu bermanfaat.
Kadang berfikir bagaimana menjadi puisi pilihan yang dipilih dan dapat dibaca masyarakat? diantara jutaan-puisi itu. Agaknya disini membutuhkan kreatifitas untuk membidik sasaran pembaca.
Namun juga itu semua tergantung bagaimana si pencipta bertujuan dalam mencipta puisi itu. Hal yang lumrah apabila ada sebab akibat. Tentu yang diharapkan adalah karya itu dapat menuai apresiasi dari pembaca. Namun banyak orang mencipta puisi itu keliru dengan mengharap popularitas dan balasan jasa atau benda dari apa yang diperbuat itu. Kekeliruan ini patut dikikis sebab puisi kini menjadi bagian dari kehidupan yang tak lepas dari rasa seni. Sebab bukan penyair saja yang mencipta puisi, bahkan sejak doeloe, orang yang bukan berstatus peyair pun kini telah banyak mencipta puisi. Untuk apa? ya , untuk menoreh sedikit kalimat dalam kehidupannya.
(rg bagus warsono, 31-01-18)

Kini mencipta puisi diantara jutaan manusia mencipta puisi. Anda jangan berfikir terlalu banyak orang mencipta puisi. Bisa-bisa puisi yang dicipta seperti daun daun-daun jati kering yang terbang di bawah pohon jati lain, di lahan lain, di hutan lain, dan terbakar hangus atau menjadi humus penyubur tanaman.

Sebetulnya apa pun bentuknya slalu ada manfaat. Hanya kita tidak atau belum menemukan cara, bagaimana agar apa yang kita buat itu bermanfaat.

Kadang berfikir bagaimana menjadi puisi pilihan yang dipilih dan dapat dibaca masyarakat? diantara jutaan-puisi itu. Agaknya disini membutuhkan kreatifitas untuk membidik sasaran pembaca.

Namun juga itu semua tergantung bagaimana si pencipta bertujuan dalam mencipta puisi itu. Hal yang lumrah apabila ada sebab akibat. Tentu yang diharapkan adalah karya itu dapat menuai apresiasi dari pembaca. Namun banyak orang mencipta puisi itu keliru dengan mengharap popularitas dan balasan jasa atau benda dari apa yang diperbuat itu. Kekeliruan ini patut dikikis sebab puisi kini menjadi bagian dari kehidupan yang tak lepas dari rasa seni. Sebab bukan penyair saja yang mencipta puisi, bahkan sejak doeloe, orang yang bukan berstatus peyair pun kini telah banyak mencipta puisi. Untuk apa? ya , untuk menoreh sedikit kalimat dalam kehidupannya.
(rg bagus warsono, 31-01-18)

Menulis itu seperti membangun gedung.

Sarapan Pagi
Menulis itu seperti membangun gedung. Ada yang sekaligus langsung berdiri megah seperti monument. Ada yang kecil permanen. Ada yang kecil-kecil seperti perumahan burung. Ada yang semi permanen. Ada yang sekedar tenda bongkar pasang. Kemudian ada yang masih umpul-umpul material seperti batu, bata, kayu, pasir dan semen.

Untuk langsung megah seperti monumen tentu sangat jarang terjadi. Bagaimana mungkin hanya kau sendiri yang membangun itu. Ada baiknya betahap lebih dahulu sambil umpul-umpul material. Kelak akan menjadi kokoh dan kuat.

Jadi terus saja menulis, jangan hanya beberapa puisi kau menepuk dada, jangan hanya satu antologi kau memperlihatkan gedungmu. Sementara fisikmu belum permanen. Jadi kuatkan pondasimu dalam membangun namamu.

rasa berkecamuk dan kesabaran

Sarapan Pagi,
Ada yang berkecamuk dalam dada setiap insan dan ada AC pendingin untuk meredam. Keduanya bermanfaat. Namun tidak slalu keduanya bermanfaat bagi diri yang punya dada itu. Beda sekali dengan Jend. Soedirman dia menyimpan rasa berkecamuknya dengan AC pendingin tadi. Kesabarannyalah yang ia gunakan utuk berkecamuknya perasaan untuk menuju cita-citanya. Lain hanya dengan Chaerul Saleh pemuda yang bergelora untuk segera memerdekakan Indonesia sehingga ia menculik pemimpin besar Soekarno-Hatta. Apa yang berkecamuk dalam dadanya segera ia implementasikan, apa pun resikonya.
Agaknya keduanya itu (rasa berkecamuk dan kesabaran) sama-sama memiliki nilai plus dan minus. Jadi perlu saringan utuk keduanya itu. AC pendingin dalam dada kita bisa menjadi alat kontrol rasa berkecamuk itu, dan Rasa berkecamuk dapat menjadi pemacu untuk berani mencoba, berbuat. dan nyata.

'Sorotan Puisi Indonesia'

Aku tidak mengkritik tetapi memberi sorotan terhadap puisi-puisi Indonesia. Sebab tidak dibayar oleh siapapun dalam hal kritik sastra atau meminta dibayar, atau mengharapkan sesuatu pengakuan, dan atau untuk supaya terus ditemani. Karena menulis itu kemerdekaan, ya kemerdekaan seperti dalam buku 'Sorotan Puisi Indonesia' yang mencatat puisi-puisi spetakuler, puisi hetrick, tendangan yang memukau, atau menyebabkan orang bergerak urat-uratnya. Buku ini sebelum ditawarkan penerbit terus dibenahi dalam editing pribadi. Kelah buku dengan 100 sorotan hebat ini akan menjadi teman Anda.
Dari sahabatmu Rg Bagus warsono, Anda diajak berwisata membaca dengan ekspresi rupa-rupa : Geram, Gereget, Panik, Trenyuh, Tresna , Rindu, Membenci dan juga Gelak Tawa Terbahak-bahak. !
Jika Anda mau puisimu hadir dalam buku ini hadirkan yang terbaik .

Berbuat jujur itu sulit

Berbuat jujur itu sulit

Sebagai seorang penyair sekaligus kurator di HMGM, aku berbuat jujur atas karya-karya Denny JA. Ia memang seorang penyair. Aku tak membencinya bahkan memuji puisi-puisinya . Tetapi bukan genre puisi esai yang diributkan, Buktinya salah satu puisinya sangat bagus. Ia menulis puisi mementum seorang tokoh dan menulisnya pada hari itu juga . Maka aku tak segan menulisnya ia memang seorang penyair. Ini puisinya:
Kepada Buyung Nasution
Karya Denny JA

Bung, bukan kepergianmu benar yang membuat kami sedih, karena semangat juangmu tetap hidup bersama kami
Bukan kepergianmu benar yang membuat kami terpaku, karena gagasanmu dan gagasan kami sudah menyatu
Kami sedih karena negeri yang kau tinggalkan belum sepenuhnya tercerahkan
Kami sedih karena korupsi masih meraja lela, diskriminasi masih kentara, kemiskinan masih banyak di desa dan di kota
Sementara banyak lembaga negara masih tak amanah mengelola kuasa
Demikianlah para aktivis berpidato mengenang si Abang yang hero, sementara Nina duduk termangu, baginya di Abang bukan semua itu
Baginya, si Abang adalah guru yang membimbingnya selalu sejak ia masih lugu hingga kini ia tumbuh sebagai suhu
Dari si Abang ia belajar berani bersuara, dari si Abang ia belajar berpihak
Nina terus memandang wajah si Abang yang sudah kaku terdiam sambil dibisikkannya salam "Selamat jalan Bang Buyung, kami teruskan perjuanganmu yang belum selesai".

Inilah Penyair Jawa Barat Angkatan 2000

Inilah Penyair Jawa Barat Angkatan 2000
Kis WS, Olla S Sumarnaputra, Tini Kartini, Hasan wahyu Atmakusumah, Sayudi, Yus Rusamsi, Surachman RM, Ajip Rosidi, Kusnaedi (Edi) Prawirasumantri, Wahyu Wibisana, Eddy Tarmidi, Apip Mustopa, Ayatrohaedi, Karna Yudibrata, Habibum Wangsaatmaja, Odji Setiadji AR, Tiarsa R, Rachmat M, sas. Karana, Sayudin Natadisastra, Agus Sur, ESon Sumardi Abdullah Mustafa, Kartadibrata, Yous Hamdan, Beni Setia, Yoseph Iskandar, Iyas Heriyana, Hadi AKS, Dadan Bahtera, Dedy Widyagiri, Etti RS, Usep Romli HM, Nita Widiati Efsa, Us Tiarsa R, Acep Zamzam Noor, Godi Suwarna, Abddullah Mustofa, Eddy D Iskandar, Juniarso Ridwan , Gody Suwarna, Rosyid E Abby, Ade Kosmaya, Tatang Sumarsono, Taufik Fathurachman, Soni Farid Maulana,

Lumbung Puisi dan Sejarah Mataram

Lumbung Puisi dan Sejarah Mataram

Kenapa Lumbung Puisi di Indramayu? Seperti juga prajurit-prajurit Mataram yang tak berani pulang ke Metaram. Indramayu juga milik Mataram. Karena itu dari pada pulang dengan ketakutan hukuman karena kalah perang, atau karena Sultan tidak tahu medan perang. Lebih baik di Indramayu memelihara lumbung-lumbung padi dan bercocok tanam di Indramayu.
Rd. Aria Wiralodra putra Kepala Perdikan daerah Kedu Bagelen adalah utusan dan mandat langsung Sultan Agung Mataram untuk membabad alas muara Cimanuk dan sekitarnya sebagai daerah bawahan Mataram sekaligus pada saat Penyerangan Batavia daerah ini dijadikan Lumbung Padi.
Jadi Lumbung Puisi layak dan memiliki nilai sajarah berkaitan dengan sejarah Mataram. Kenapa? Karena Lumbung Puisi juga sebaian ikut menjadi nafas sejarah sastra Mataram (Indonesia pada saat itu) dimana kebudayaan Mataram dibawa ke daerah indramayu yang sampai saat ini masih digunakan. Seperti acara-acara adat Sedekah Bumi, Nadran, Mapag Sri dll.
Kok Lumbung Puisi dengan penyerbuan Mataram ke Batavia terkait. Ya jelas karena Lumbung puisi diinspirasi oleh Lumbung di daerah ini. (rg bagus warsono)

Tentang Angkatan,

Tentang Angkatan, Sebagai seorang yang merdeka, dalam hati penulis tidak berurusan dengan nama angkatan, kecuali istilah Pujanggga Baru dan Lama. Bagiku berkarya agung (Hebat, indah, menawan, brillyan , monument, futuristik dan pujian lain) merupakan karya sastrawan Indonesia. Dalam hal ini penulis memandang dari sebelum dan sesudah merdeka sastrawan dalam posisi sejajar dalam angkatan karena dilihat dari karyanya. Bayangkan saja, bagaimana kita percaya pada kurator saat ini sepeninggal HB Jassin dan Khorie Layun Rampan. Baru dipercaya memegang majalah sastra saja sudah membuat keputusan keliru dan mengeluarkan statemen yang membuat sakit hati sastrawan Indonesia. Kemudian muncul beberapa kritikus juga begitu. Terakhir generasi muda yang semula awal terlihat bagus , malah ikut-ikutan tergoda dan membuat buku yang merepotkan tukang pos! Jadi menurut penulis, sebetulnya sastra Indonesia itu biarkan saja tumbuh semaunya. Toh nanti publik akan mengadili. Persoalannya justru status angkatan itu perlu dipandang kejujuran, sebab ketika terjadi Angkatan 90-an orang lain yang baru diketemukan karyanya pada saat itu ingin turut serta kenapa tidak boleh ? (bersambung , rg bagus warsono)

Sabtu, 17 Februari 2018

Mas Jose Rizal Manua telah dahulu membacakan puisi2 Taufiq Ismail lengkap ditahun 89

Jika kau hebat membaca puisi, Maka Mas Jose Rizal Manua telah dahulu membacakan puisi2 Taufiq Ismail lengkap ditahun 89 . Jose Rizal Manua adalah penyair ternama yang bermula seperti Anda menghargai yang lebih tua Taufiq Ismail. Ia mendapat restu membacakannya dengan sangat indah di Gelanggang Remaja Jakarta. Dialah pemilik Bengkel Deklamasi Jakarta. Dia Memang Ankatan Duaribu aseli.

Lanang Setiawan, dan Nurngudiono

Tegal memang banyak penyair, dan Mas Lanang Setiawan, dan Nurngudiono menorehnya dalam Syair-syair Perih. Tak tahu apa sebabnya mungkin pada 1996 masyarakat semakin perih. Ya mereka berdua Angkatan Dua Ribu

Kamis, 08 Februari 2018

pandai memilih kata bagus

Mari kita apresiasi puisi karya MI Firdaus, Bahasa puisi memang sebebas-bebasnya, sepintas maksud puisi adalah penyampaian pesan dari penciptanya. Nyata puisi dapat sebagai ungkapan hati dengan segala perasaannya (kerinduan, unek-unek, curahan hati, angan-anangan, cita, cita-cinta, cinta, nasehat dan lain sebagainya). Dalam puisi ini MI Firdaus lebih menandai ungkapan hati untuk dipesankan pada pembaca (bila mungkin terdapat kesamaan) Detik Waktu adalah detak Jantungku, bila mungkin pembaca menyadari isi dalam apresiasinya maka tercapailah apa maksud MI Firdaus. Di sisi pilihan kata penyair Indonesia tanpa 'pemberontakan bahasa pengunaannya adalah wajar dengan pilihan bahasa yang lazim digunakan. Diawal puisi sebetulnya MI Firdaus telah apik berbahasa seperti "Masih berbunyi meski mulai ragu tik tok tik tok . M I Firdaus sebetulnya telah pandai memilih kata bagus untuk memulai puisi ini,namun selanjutnya tampak datar iramanya, Sungguhpun demikian tak ada kritikus seberani aku ini menganalisa tetapi sesungguhnya MI Firdaus telah berhasil mengungkap isi hatinya tetang waktu bagi dirinya. Mari kita simak puisi itu : DETIK WAKTU ADALAH DETAK JANTUNGKU karya : M I Firdaus Detik waktu adalah detak jantungku. Masih berbunyi meski mulai ragu "Tik tok tik tok". Aku susuri jalan kelabu, bunyi itu temaniku. Langkah demi langkahku mulai tersedu ini kalbu. Mataku kaku, badan terpaku. Lihat jalan melika-liku di sisi jalan layu semua mawarku tinggal berjejer belukar dari bibit lakuku. Dan jalanku melahirkan banyak lubang-lubang baru. Detik waktu adalah detak jantungku Ia berbisik padaku: Tiada kau tanpa aku, mandirilah, perbaiki jalan ini, maka akan mudah kita lewat dan berlalu. Di ujung jalan adalah keabadian tanpa sendu, jangan sampai aku berhenti, dan jalan ini jadi buntu. Detik waktu adalah detak jantungku. Bogor, 07 Februari 2018

Puisi panjang tapi penek puisi pendek tapi panjang.

Puisi panjang tapi penek puisi pendek tapi panjang. Adalah Fitalis Koten penyair muda berbakat yang kali ini mengimbox puisinya untuk dicermati. Ada sesuatu yang menggelitik untuk disimak bahwa mencipta puisi itu gampang-gampang susah. Adalah bagaimana memulai menuliskan baris pertama. Agaknya keberanian perlu dipuji bahwa untuk menulis mulailah dari kata apa saja. Vitalis Koten termasuk kedalam apa yang disebutkan itu. Ia tampa ragu memulainya sekehendah apa ungkapan hati, pikir, dan jari-jarinya. Jiwa ini agaknya telah mengantarkan pikir menjadi bait-bait puisi. Sebetulnya dalam puisi Syukur Terbatas karya Vitalis Koten ini cukup bernas. Dan dalam tolok ukur bobot puisi tentu padat. Namun sedikit perlu pembenahan untuk materi kata yang tak perlu diungkap seperti pada baris pertama "Aku tidak tahu caranya mentari membakar langit hingga kemerahan" sebuah baris yang cukup panjang. Bagaimana jika kata 'çaranya,'yang, dan hingga tak perlu ditulis dalam baris pertama? Sehingga barisnya lebih puitis. Namun menulis adalah hak penulisnya, tetapi kritik kadang perlu untuk mengukur perasaan agar semakin teruji. Juga pada baris-baris lain. Namun juga Vitalis Koten perlu mendapat apresiasi tinggi , idenya terasa cemerlang, memuji dan bersyukur pada Tuhan dalam goresan puisi yang hebat. Selamat. Berikut Puisinya: SYUKURKU TERBATAS. . Aku tidak tahu caranya menghargai mentari yang membakar langit hingga kemerahan Aku tidak tahu caranya mencium wangi hujan yang membasahi bumi Aku lupa bahwa bintang pun bernyawa, hutan pun bernapas, dan kita diciptakan untuk melakukan hal-hal yang lebih besar dari sekadar rutinitas harian Aku tidak paham dimana indahnya kalimat yang termaktub dalam larik-larik puisi Bukankah itu repetisi membosankan? Aku juga lupa caranya menjadi manusia Mengapa Engkau ciptakan aku hampir setara dengan-Mu? Siapakah aku sehingga Engkau perhatikan? Memang syukurku terbatas Namun, kemudian Engkau datang Dengan cara termanis, Engkau memintaku untuk merasakan dan mensyukuri segala hal yang cepat atau lambat akan berakhir Engkau juga mengingatkanku bahwa senja pernah menjadi bait puisi dan hujan mengantarkan kerinduan Tuhan. . . Mungkin syukurku akan kukuak dalam jalur hayatku Puncak Scalabrini, 15 Oktober 2017.