17.
Eko
Saputra Poceratu
Bibir
Merahmu
sekian kali aku meleburkan
diri di sekat bibirmu,
kubawa serta kepahitan
Bahkan rasa yang begitu manis
telah ku berikan hingga tumbuh
luka-luka rindu
tetapi aku suka, merahmu itu
purnamaku,
ia menyelamatkanku dari
kebutaan nafsu
Juga sentuhan-sentuhan bibirmu
selalu terasa nikmat
Nikmat yang paling dalam itu,
masih kurasa
aku dan hari-hari yang hitam
tak pernah bisa berjalan lebih
jauh dari belahan pandangmu
Buah dadamu selalu memanggilku
pulang
pada rimba-rimba yang
mengurungku dalam asmara
Karena bibir sepertimu yang
indah begitu
akan tumbuh tunas-tunas cinta
ya, engkaulah sore,
tempat paling dekat bagiku
menoleh dan merengek:
kuserahkan keresahan-keresahan
Dan jika hari kembali malam
bau merah bibirmu semakin
sedap seumpama bunga sedap malam yang sedang mekar
aku tertidur dalam keharuman
yang saban waktu menyerbak
Ambon, 13 Maret 2017
Eko Saputra Poceratu
Buka Bajumu
Buka bajumu,
tunjukkan padaku lautan biru dengan ombak-ombak liar itu
Karena nelayan macam aku ‘kan terus melaju
bergelora meski gelombang yang kau beri ingin membunuhku
tunjukkan padaku lautan biru dengan ombak-ombak liar itu
Karena nelayan macam aku ‘kan terus melaju
bergelora meski gelombang yang kau beri ingin membunuhku
Buka bajumu, tunjukkan padaku lembah yang berbunga
beserta sarang-sarang burung, yang sudah jadi satu perkotaan
Maka aku akan terus tidur pada kota yang begitu mekar
Lalu kusirami bunga dengan air yang mengalir dari kolam-kolam kesepian
beserta sarang-sarang burung, yang sudah jadi satu perkotaan
Maka aku akan terus tidur pada kota yang begitu mekar
Lalu kusirami bunga dengan air yang mengalir dari kolam-kolam kesepian
Air jatuh, di atas batu-batu, runtuhlah lutut,
bagaikan pohon roboh usai bertarung
Daun-daun kembali hijau, kurasai tubuh seumpama madu: lekas-lekas aku menelannya
manis, sungguh manis hingga menawarkan candu
bagaikan pohon roboh usai bertarung
Daun-daun kembali hijau, kurasai tubuh seumpama madu: lekas-lekas aku menelannya
manis, sungguh manis hingga menawarkan candu
Buka celanamu, tunjukkan padaku hutan itu
yang bisa kumasuki tanpa senapan dan peluru
supaya kita bisa berkebun
saling menggali dan menanam benih unggul
yang bisa kumasuki tanpa senapan dan peluru
supaya kita bisa berkebun
saling menggali dan menanam benih unggul
Bila benih yang kau harapkan,
maka mencintaimu tak hanya sebatas ranjang
aku mesti melebihi ketetapan
menyeberangi jalan-jalan yang panjang
maka mencintaimu tak hanya sebatas ranjang
aku mesti melebihi ketetapan
menyeberangi jalan-jalan yang panjang
Ambon, 20 Maret 2017
Eko Saputra Poceratu, penyair kelahiran Ambon tinggal
di Ambon