2.
Abu Ma’mur MF
Panduan Bercinta ala Santri
mengulang
percintaan sakral abah yai adam bu nyai hawa menikmati tiap jengkal ladang
menanam bijih berunsur getar dan makna melampaui diksi dan bahasa-bahasa
sebab
percintaan adalah kerjap ilahiyah maka mulailah dengan menghadirkanNya dalam
kepala, dada, menyebar ke tiap pori-pori di sekujur diri. biarkan air suci mengalir
bersama percikan-percikan doa melenyapkan daki jiwa
“bismillahi
allohumma jannibnas syaithona
wa
jannibisyaithona maa rozaqtana“*
bercakap-cakap
dengan bahasa mawar membangkitkan nuansa perlahan dan mengilaukan mestika, lalu
segala yang melekat di badan disingkapkan hingga tiada aral
bersenyawa
dalam satu selimut adalah sejenis kemuliaan pembeda antara manusia dengan
binatang yang tak kenal susunan benang apalagi rajutan peradaban
gemetar
gerak sakral berpendaran, segalanya menyatu dalam puncak rasa melampaui kekata
dan definisi kebahagiaan membuncah dalam
ruang dada juga doa-doa cahaya
Brebes,
2017
Abu Ma’mur MF
Seni Bercinta ala Tao
(1)
perihal
utama dalam hidup adalah kehidupan
menjalani
dengan pemahaman menjadi kunci
merawat
kesehatan menjadi jalan keniscayaan
dan
keseimbangan memancarkan keselarasan
jing (esensi), chi
(energi), shen (spririt) dalam
jagad
mikrokosmos bersinergi menggerakkan
kehidupan
diri, bertaut dengan makrokosmos
(2)
bercinta
bukan melulu menaklukkan lenguh demi lenguh
bercinta
tak sekedar petualangan menuntaskan debur
bercinta
tak pula hanya menyelesaikan lahar di atas kasur
bercinta:
gerak transendental selaraskan energi bumi-langit
dualitas
yin-yang bersenyawa. chi ching* menyebar ke seluruh
atom-atom
tubuh. hormon cinta berpendaran
memancarkan
kesunyian yang mencerahkan
(3)
kenikmatan
dan pencapaian bukan lantaran ukuran
teknik
dan pemahaman yang menyatu adalah penentu
(4)
membersihkan
comberan di kepala dan dada menjadi langkah
pertama.
selanjutnya menumbuhkan bijih api perlahan-lahan.
perlahan-lahan.
meremas kaki dan tangan memicu nyala tungku
terus
merambat ke atas sampai liuk gemulai menghadirkan tanda
(5)
bidadari
bumi menggelinjang sampai ke awan terbaca melalui
lima
tanda: pertama, wajah merona. maka saatnya pria
memainkan
tongkat giok di sekitar area rahasia.
kedua, sepasang gunung
menggelembung, dan bulir-bulir embun
rembes
di sekitar hidung. pria mesti perlahan membenamkan
sesuatu
ke dalam gerbang permata. ketiga, ada kemarau menerpa
bibir
dan tenggorokan, sukar menelan. pria, mainkan ritme dalam
memainkan
batang giok, antara tangguh menyelamkan dan
menarik
sepenuh kelembutan. keempat, ada air dan kilap
di
gerbang permata. inilah saatnya menuju puncak nirwana.
mainkan.
mainkan. ciptakan orkestrasi paling menghanyutkan.
kelima,
gerbang
permata menjadi rawa-rawa. ritual paling
spiritual
telah purna. sudah waktunya batang giok diambil
dan
diletakkan dalam peti seperti semula.
Ketanggungan,
2017