20.
Harmany
KALLISTE
sejak kepergianmu di petang hari itu,
kabut tipis bergerak dari napasmu
dengan berjalan tanpa pamit
tampak jelas, jejak bulan itu; dimatamu
seketika itu kau pun diam dalam cahaya
remang
kau terjatuh dan lemas, begitu lama
dalam pelukanku, kudengar gumpalan kabut
menderu
udara dingin landai, gorden gorden
melambai
tubuhmu memancarkan kelembutan pagi hari
apakah kau menangis, kalliste
mungkin aku tak akan bisa menyentuhmu
karena hanya bayang bayang matahari
di udara, dan cuaca cerah cukup untuk kita
aku memanggimu, kalliste
inilah kecupan musim panas,
ketika gerimis dan bau tanah kita rindukan
di pertengahan bulan sebelas
dan kita pergi bersama-sama melayang
tapi aku melihat keresahanmu, kalliste
di bawah akuarium, alas kayu putih
lampu telah redup, tapi
gelembung-gelembung udara
napasmu, semakin kencang
dan rengkuhanmu makin erat dan kuat
aku mencari tubuhmu, dan kutemukan getar
udara
bunyi kipas menderu bagai layar
kata-kata itu, mengingatkanku kembali
kemana petang itu pergi,
yang akan mengantarkan kesepianku
ke tanah lapang, daun-daun gugur
kau meronta, aku pun tergolek lemas
dalam cahaya bergoyang-goyang
dalam keremangan panjang, dari pinggir
jendela
hamburan bintang, angin menyerap tulang
hari-hari selalu petang, kau lepaskan
dekap aku kalliste, dekap aku
pelan-pelan matamu membuka
kau seperti berada di tanah asing
cahaya yang mengalir di kedua pipimu
telah lama redup kau bilang;
dunia telah lama mengutuk semua orang
untuk bahagia
Harmany, 2016
Harmany
Derai Derai
kau semakin ganteng saja, Latnov
senyummu membakar lampu kamar kita,
ruang seluas ini, bau sedap malam, remang
remang
dalam pelukan aroma chevignon, dalam derai
derai
belai lembut tubuhmu mengalirkan suasana
lembah arau
pada musim hujan, aku semakin bisu menatap
matahari dari tengkukmu
kegagahanmu semakin terlihat jelas;
berdiri tegak melewati batas lorong lorong
gelap
melintasi cuaca basah dan lembab, oh bunga
pualam
melepaskan pekik kucing malam
sedang senyummu, tak henti menjatuhkan
sorga
kau semakin gagah dan ganteng, Latnov
bahumu yang kekar mengalahkan luas kamar
tapi tunggu, ada yang tak asing dari gerak
gerikmu
menerobos hutan malam, segenap pancalang,
membusung, dan
melawan tiap desah angin yang berserakan
di lembah arau, pesonamu
wajah asri dan lugu
membuat aku makin pasrah atas keindahan
angin sejuk, burung walet yang lincah
bermain
ketika cuaca hujan mulai turun kembali
ah, kau ganteng sekali
Harmany, 2016
Harmany, lahir di Pamekasan, 29 Juni 1982,
puisi yang pernah terbit dan tergabung dalam antologi bersama, diantaranya
Bunga Rampai (Penerbit Sembilan Mutiara), Minduelle, Rumput Bunga, Kepada
Penari Izu (Stepa Pustaka), Perempuan Camar, (Antologi kompilasi Forsasindo),
Nantinya, Sajak Dandang, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia IV (HMGM), selain
itu, saya juga berprofesi sebagai guru honorer di Pamekasan