TEKS SULUH


Rabu, 12 April 2017

Puisi-puisi karya Harmany di Lumbung Puisi Jilid V



20.
Harmany
KALLISTE

sejak kepergianmu di petang hari itu,
kabut tipis bergerak dari napasmu
dengan berjalan tanpa pamit
tampak jelas, jejak bulan itu; dimatamu

seketika itu kau pun diam dalam cahaya remang
kau terjatuh dan lemas, begitu lama
dalam pelukanku, kudengar gumpalan kabut menderu
udara dingin landai, gorden gorden melambai
tubuhmu memancarkan kelembutan pagi hari
apakah kau menangis, kalliste

mungkin aku tak akan bisa menyentuhmu
karena hanya bayang bayang matahari
di udara, dan cuaca cerah cukup untuk kita
aku memanggimu, kalliste
inilah kecupan musim panas,
ketika gerimis dan bau tanah kita rindukan
di pertengahan bulan sebelas 
dan kita pergi bersama-sama melayang

tapi aku melihat keresahanmu, kalliste
di bawah akuarium, alas kayu putih
lampu telah redup, tapi gelembung-gelembung udara
napasmu, semakin kencang

dan rengkuhanmu makin erat dan kuat
aku mencari tubuhmu, dan kutemukan getar udara
bunyi kipas menderu bagai layar
kata-kata itu, mengingatkanku kembali
kemana petang itu pergi,
yang akan mengantarkan kesepianku

ke tanah lapang, daun-daun gugur
kau meronta, aku pun tergolek lemas

dalam cahaya bergoyang-goyang
dalam keremangan panjang, dari pinggir jendela
hamburan bintang, angin menyerap tulang
hari-hari selalu petang, kau lepaskan
dekap aku kalliste, dekap aku

pelan-pelan matamu membuka
kau seperti berada di tanah asing
cahaya yang mengalir di kedua pipimu
telah lama redup kau bilang;

dunia telah lama mengutuk semua orang untuk bahagia
Harmany, 2016










Harmany
Derai Derai

kau semakin ganteng saja, Latnov
senyummu membakar lampu kamar kita,
ruang seluas ini, bau sedap malam, remang remang
dalam pelukan aroma chevignon, dalam derai derai 
belai lembut tubuhmu mengalirkan suasana lembah arau
pada musim hujan, aku semakin bisu menatap matahari dari tengkukmu

kegagahanmu semakin terlihat jelas;
berdiri tegak melewati batas lorong lorong gelap
melintasi cuaca basah dan lembab, oh bunga pualam
melepaskan pekik kucing malam
sedang senyummu, tak henti menjatuhkan sorga

kau semakin gagah dan ganteng, Latnov
bahumu yang kekar mengalahkan luas kamar
tapi tunggu, ada yang tak asing dari gerak gerikmu
menerobos hutan malam, segenap pancalang, membusung, dan
melawan tiap desah angin yang berserakan

di lembah arau, pesonamu
wajah asri dan lugu
membuat aku makin pasrah atas keindahan
angin sejuk, burung walet yang lincah bermain
ketika cuaca hujan mulai turun kembali
ah, kau ganteng sekali
Harmany, 2016
Harmany, lahir di Pamekasan, 29 Juni 1982, puisi yang pernah terbit dan tergabung dalam antologi bersama, diantaranya Bunga Rampai (Penerbit Sembilan Mutiara), Minduelle, Rumput Bunga, Kepada Penari Izu (Stepa Pustaka), Perempuan Camar, (Antologi kompilasi Forsasindo), Nantinya, Sajak Dandang, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia IV (HMGM), selain itu, saya juga berprofesi sebagai guru honorer di Pamekasan