TEKS SULUH


Sabtu, 21 Juni 2014

Bagaimana diskusi sastra : Puisi ?

“Puisi karya  penyair masa kini untuk pemahaman remaja tentang  korupsi”
Objek : Buku Puisi Menolak Korupsi (PMK) Jilid I dan II
Oleh : Rg Bagus Warsono
Diskusi Sastra 
Judul :
“Puisi karya  penyair masa kini untuk pemahaman remaja tentang korupsi”
Objek : Buku Puisi Menolak Korupsi (PMK) Jilid I dan II
Oleh : Rg Bagus Warsono

Batasan Diskusi :
No Uraian Batasan
1 Objek Buku Puisi Menolak Korupsi Jilid I dan II

2 Sub Objek Sebuah puisi karya penyair PMK

3 Usia peserta Bebas

4 Pendidikan peserta Bebas

5 Waktu diskusi 2  Jam pukul 9.30  - 11.30

6 Tempat Indramayu  

7 Peserta Diskusi
1………………………….
2………………………….
3………………………….
4………………………….
Banyak orang beranggapan :Tentu tidak menarik  jika tidak suka. Lagi pula untuk apa diskusi tentang korupsi , toh hasilnya tak berguna, puisi dan aktifitasnya berjalan namun korupsi semakin marak.
Yang suka dan tidak suka silahkan ambil pada posisi masing-masing, yang duduk mengikuti acara ini dapat dipastikan suka dan lebih dari suka.


Pada  diskusi kali ini sebagaimana tersebut di atas kita membatasi diskusi ini dengan panduan seperti  format di bawah ini : 
Judul Dampak Kreatifitas Pembelajaran di Sekolah
Indikator Sorotan 
/objek yang disorot sebagai bahan diskusi Dampak negative Dampak positif (Kepribadian) Daya Cipta Penyampaian Apresiasi Wawasan keilmuan
1 2 3 4 5 6 7
Puisi karya  penyair masa kini untuk pemahaman remaja  tentang korupsi
Salah tafsir
Penghujat
Memahami dan meniru
cara-cara korupsi 
Mencintai Tanah Air
Pembentukan budi pekerti anti korupsi
Memahami keadaannya
Rasa Tanggung Jawab Karangan 
Cipta puisi
Baca Puisi
Pidato
bercerita Membaca  Karya orang lain
Mendengarkan orang lain baca puisi

fksi
Prosa 







Diskusi Sastra Puisi karya  penyair masa kini untuk pemahaman remaja tentang korupsi dalam buku Pusi Menolak Korupsi dapat dilakukan dalam kelompok kesil atau dalam satu seminar. Jika dibuat kelompok kecil maka dapat didiskusikan beberapa karya puisi /cerpen jika  dalam sebuah pertemuan besar cukup satu karya sebagai bahan diskusi. 

Kreteria puisi bahan diskusi: Pada dasarnya semua puisi dapat didiskusikan sebagai bahan telaah bersama, namun hendaklah peserta  diskusi dapat memilih bahan diskusi yang pantas untuk diangkat sebagai materi diskusi. Karenanya peserta dapat menentukan puisi yang mana yang akan mendapat sorotan.
Penekanan sajian buku atau sajian pembacaan puisi yang diapresiasi tentu berbeda-beda oleh karena itu alangkah baiknya jika sajian teks dibarengi dengan sajian baca sehingga memperkaya kajian diskusi.
Berikut kita ambil satu bahan diskusi untuk pertemuan ini , sebuah pengglan dari puisi Acep Zamzam Noor berjudul “Ada Banyak Cara” (Puisi Menolak Korupsi Jilid II Forum sastra Surakarta 2013 jilid 2 hal 27-38).
Ada Banyak Cara
….

Ada banyak cara
Untuk mencuci uang korupsi 
Salah satunya
Dengan menambah jumlah istri

Ada banyak cara
Untuk turun jadi jabatan bupati
Salah satunya
Menceraikan istri lewat SMS

Ada banyak cara
Untuk tampil di televisi
Salah satunya
Menjadi buronan polisi

Ada banyak cara
Untuk bisa keliling dunia 
Salah satunya
Karena dikejar-kejar KPK

Ada banyak cara
Untuk menangkal tuduhan korupsi
Salah satunya
Bersedia digantung di Monas

Ada banyak cara
Untuk menjadi jurkam 
Salah satunya
Fasih mengutip ayat Qur’an

Ada banyak cara
Untuk disebut kiai
Salah satunya
Memakai jubah dan kopiah haji

Ada banyak cara
Untuk disebut da’i
Salah satunya
Sering cengengesan di telivisi

Ada banyak cara
Untuk disebut Islami
Salah satunya
Melakukan poligami

Ada banyak cara
Untuk dipanggil ulama 
Salah satunya
Rajin berjualan agama

Ada banyak cara
Untuk menjadi penyair 
Salah satunya
Banyak minum bir

Ada banyak cara
Mengehatkan bangsa
Salah satunya
Mendirikan rumah sakit jiwa

Ada banyak cara
Untuk mengindap sakit jiwa
Salah satunya
Menjadi warga Negara Indonesia

Ada banyak cara
Menyelamatkan Indonesia
Salah satunya
Membubarkan partai-partai yang ada.
Acep Zamzam Noor  1996-2013



Kelak Anda dapat memberikan laporan diskusi seperti contoh dibawah ini :
Judul Dampak Kreatifitas Pembelajaran di Sekolah
Indikator Sorotan 
/objek yang disorot sebagai bahan diskusi Dampak negative Dampak positif (Kepribadian) Daya Cipta Penyampaian Apresiasi Wawasan keilmuan
1 2 3 4 5 6 7
Puisi Karya Penyair Acep Zamzam Noor berjudul “Ada Banyak Cara”  dari buku antologi PMK Jilid 2A *Salah tafsir

*Bila dibacakan ada orang tersinggung

*Meniru membuat/membaca  puisi dengan gaya demikian 
Namun dengan pengembangan kata-kata lain 
Misalnya : Ada banyak cara , Menjadi sorotan pembicara , salah satunya pendapatku slalu beda Isi puisi memberikan contoh baik dan buruk. Menarik, memberi kesan, mudah diingat pembaca, Baca, diskusi dan dengar Membaca puisi 

Telaah buku pada karya sejenis ini . 
Pengulangan  kalimat atau kata banyak digunakan oleh penyair-penyair sebelumnya .







Asyik bukan? Anda dapat menelaah karya Anda sendiri dan karya orang lain sesuai batasan tersebut di atas.  Diluar permasyalahan yang ada dalam batasan dan format panduan serta format  laporan adalah diskusi diluar acara ini merupakan sajian terpisah.
Diskusi ini dapat juga ditampilkan baca puisi sebagai sorotan bahan bahan kajian, sebagaimana batasan kita ambil sebuah puisi berjudul …………………………………….,karya  penyair……………………………
Indramayu, 20 Mei 2014



Tentang penyaji diskusi:
Rg. Bagus Warsono, Tegal 29 Agustus 1965,
 tinggal di  jl.Alamanda Merah no. 6 Perumahan Cidhayu  
Kel. Margadadi Indramayu-45211, pengasuh  sanggar sastra
Meronte Jaring.  gus.warsono@gmail.com media public
www.ayokesekolah.com

Jumat, 20 Juni 2014

PUISI MENOLAK KORUPSI (PMK) ANTOLOGI PUISI TERDASYAT

PUISI MENOLAK KORUPSI (PMK)
ANTOLOGI PUISI TERDASYAT
oleh Rg Bagus Warsono
Disampaikan dalam Road Show PMK di KKec. Sukra Indramayu 20 Juni 2014
Pemberantasan korupsi setengah hati
Adalah Indonesia di 2013 ini. Sebuah negeri yang mendambakan bebas dari korup tetapi cita-cita itu digarap dengan setengah hati. Sejak masalah korupsi dimasukan dalam ketetapan MPR di awal reformasi, garapan pemerintah yang berkuasa sepenjang era ini sampai sekarang dapat diambil kesimpulan hanyalah dagelan dan suguhan tontonan yang klasik bagi bangsa ini. Karena hasil dari kerja pemerintah yang berkuasa dari mulai pemerintahan BJ Habibie, Abdurrachman Wahid, Megawati, sampai SBY tak ada prestasi yang cukup dinilai baik dalam ukuran nasional tentang garapan pemberantasan korupsi.
Semua hanya omong kosong/ bualan , slogan verbalis, dan program ngambang yang bertujuan untuk membodohi rakyat. Berapa trilyun uang negara yang dikorupsi dan berapa uang yang kembali, serta berapa oknum yang menjadi tersangka dan berapa orang yang korup dijebloskan penjara masih belum mencapai prosentase yang dapat dinilai baik.
Harapan rakyat kepada penegak hukum akan pemberantasan korupsi sebetulnya sudah dipercayakan pada penyelenggara penegakan hukum itu seperti Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, sampai KPK, namun rakyat hanya menaruh harapan terus menerus tanpa melihat hasil yang berdampak pada perubahan karakter bangsa ini. Malah justru perilaku korup semakin menjadi-jadi. Akhirnya tumpuan harapan kepercayaan itu makin tak jelas dan akhirnya menjadi masa-bodoh dan akhirnya terserah saja pada yang menyelenggarakan pemerintah ini.
Bermula
Dunia sastra Indonesia 2013 dikejutkan dengan adanya karya puisi menolak korupsi yang ditulis oleh sastrawan se Nusantara. Seperti tersiram hujan semua rumput “nglilir” bergerak dan serentak dalam satu keinginan untuk negerinya menolak korupsi di Tanah Air ini. Lebih dari 200 sastrawan dari seluruh penjuru Tanah air terlibat menulis dalam antologi puisi yang bertema Puisi Menolak Korupsi (PMK). Adalah Leak Sosiawan (47) sastrawan asal Solo yang memiliki gagasan yang pada mulanya merupakan kegiatan seni sastra dengan menerbitkan antologi puisi menolak korupsi kini telah menjadi sebuah gerakan nasional dari kalangan sastrawan yang merasa terpanggil untuk menyelamatkan Indonesia dari bahaya korupsi.
Sumbangsih penyair untuk negeri
Dunia menyoroti kita sebagai salah satu negeri terkorup. Negara-negara donatur sudah geram melihat tingkah pejabat kita yang korup. Media bingung memberitakan kasus korupsi yang mana yang harus di beritakan pagi hari, karena saking banyaknya kasus korupsi yang masuk di meja redaksi. Alim ulama tak henti-henti menggemborkan utuk menyelamatkan negeri ini.
Sesekali tokoh muncul anti korupsi hanya untuk meraih suara, sudah itu ia juga termasuk dan melakukan korupsi. Lalu yang berteriak lantang membasmi korupsi kemuadian terikan itu menjadi lagu nostalgia yang membikin orang kantuk. Pendek kata hanya isapan jempol semata.
Disinilah penyair dengan berbagai keberadaannya yang sama sekali tidak ada perhatian dari pemerintah, bahkan boleh jadi pada komunitasnya yang ‘terpinggirkan’ dan mungkin ‘terbuang’ ikut memberikan sumbangsih dalam menyelamatkan negeri ini dari acaman bahaya korupsi. Melalui karya Puisi Menolak Korupsi mereka suguhkan untuk khalayak masyarakat Indonesia untuk dapat memberikaa apresiasi terhadap karyanya. Diharapkan melalui karya ini dapat mengajak masyarakat untuk menolak korupsi di manapun tempat.
Kelihatannya seperti tak ada artinya puisi menolak korupsi atau penyair menolak korupsi. Penegak hokum yang memiliki tanggung jawab pemberantasan korupsi yang ada di Indonesia juga susah menghadapi masalah korupsi ini, apalagi penyair yang tak punya apa-apa. Ditilik dari tindakan mungkin belum ada arti, namun melalui puisi menolak korupsi yang dibaca jutaan manusia Indonesia akan dapat menyentuh hati. Ia tidak saja sebagai penyejuk atau siraman air untuk otak manusia, tatapi telah memberikan wacana mendasar bahwa penyair Indonesia telah berbuat untuk negerinya , sebagai sumbangsih karya untuk Tanah Air tercinta.
Jangan Sampai Korupsi Menjadi Budaya
Masalah korupsi bukankah sudah ada sejak negara ini berdiri? Namun sebelumnya hal korupsi belum marak seperti sekarang ini. Masalah korupsi hampir terjadi di setiap pelosok negeri. Pelakunya dari pangkat terendah sampai pucuk pimpinan, dari pegawai rendahan sampai mentri, dari pejabat tingkat RT sampai Presiden dan beraneka profesi yang melakukannya. Wabahnya bak penyakit menular yang juga menyerang mantri pembasmi penyakit itu. Berangkat dari merajalelanya masalah korupsi yang sudah menasional ini bagaikan sebuah budaya baru yang dilakukan masyarakat, para penyair merasa prihatin melihat kejadian wabah korupsi yang terjadi di mana-mana ini.
Mengapa gunakan puisi
Sebuah pertanyaan kenapa puisinya yang menolak korupsi tidak penyairnya? Jika ini sebuah gerakan para penyair kenapa bukan penyair yang harus di depan? Pertanyaan di atas tidaklah harus disamakan dengan profesi lain. Sebab menurut sejarah, lebih berani tulisannya ketimbang orangnya. Lebih tajam pena-nya ketimbang lidahnya, lebik kritis kalimatnya ketimbang pendapatnya. Oleh karena itu para penyair gunakan produknya sebagai senjata untuk melawan korupsi.
Lebih dari itu sebetulnya produk sastra sangat erat dengan penulisnya. Undang-undang hak cipta begitu memberi kekuatan yang tak terpisahkan antara penulis dan karyanya. Jadi sebetulnya produk sastra tersirat dibelakangnya sosok penulisnya. Jika demikian jelas pesan yang dituangkan dalam karya sastra sebetulnya adalah hasil pemikiran penulisnya.Puisi menolak korupsi ini otomatis penyair yang mencipta puisi itu juga menolak korupsi.
Dalam diri hati manusia ada sisi baik dan sisi buruk. Siap orang yang waras menginginkan kehidupan yang baik. Sisi buruk yang ada hanyalah pembatas utuk tidak melakukannya. Sisi baik dan buruk slalu seiring pada diri manusia yang memiliki nafsu. Ini tergantung neracanya. Karena itu sisi buruk manusia perlu diisi dengan agama, aturan, pendidikan dan norma hidup. Sehingga sisi buruk itu terbelenggu dan tidak akan keluar dari nafsu manusia. Puisi sebagai karya sastra memiliki nilai berbagai macam sentuhan hati. sebab puisi yang diciptakan oleh para penyair terkandung menitipkan pesan-pesan kebaikan yang beraneka. Ahlak, budi pekerti, budaya luhur, norma adat, peraturan, pantangan dan sebagainya terdapat dalam puisi. Hampir tiap puisi yang dibuat terkandung unsur intrinsik pesan-pesan tersebut dan intrinsik inklusif dalam Puisi Menolak Korupsi adalah masalah korupsi.
Antologi Puisi Terbesar
Penerbitan antologi bersama (PMK) merupakan sebuah karya buku bersama. Sejak Angkatan Pujangga Baru telah ada penyai-penyair yang menerbitakan antologi bersama. Isi bisa satu tema, namun juga bisa berbeda tema atau beraneka tema puisi. Ada berbagai tujuan untuk menbuat antologi bersama: 1. Memenuhi standar ketebalan buku, 2. mengetengahkan bahwa pemilik gagasan (tema) bukan oleh seorang penyair tetapi lebih dari seorang penyair dengan maksud pembaca untuk mengapresiasi lebih terhadap isi yang melekat dengan sosok penyairnya, 3. Memenuhi angkatan pujangga pada saat itu.4. Memberikan kekuatan pada buku bahwa buku itu kelak dapat dibaca oleh publik tidak saja fans seorang sastrawan tertentu, tetapi lebih dari satu sastrawan yang juga memiliki fans-nya.5. Semangat untuk sebuah gagasan dari isi sebuah pesan. Dan yang terakhir ini, pada buku PMK ini, saya melihat semangat para penyair untuk sebuah gagasan (menolak korupsi di Tanah Air) lewat sebuah pesan (isi puisi) lebih kuat tampaknya. Agaknya Leak Sosiawan tidak memandang siapa penyairnya, dari golongan apa penyairnya, atau dari mana asal penyairnya yang penting adalah sumbangsih karya puisi itu. Lebih dari itu Leak Sosiawan telah diterima oleh setiap pengirim puisi untuk memilah dan menentukan kelayakan sebuah puisi laik terbit. Namun ia senantiasa menghargai bobot karya dari siapa pun karena memang pertimbangan no. 2 dan 4 di atas dari tujuan membuat puisi bersama. Yang terakhir adalah, bahwa semua orang bisa melakukan seperti meniru, tetapi orang pertama yang mencetuskan/menciptakan/menggagas/menelorkan ide itu harus dihargai.
Multi Angkatan
Dalam kurun hapir setengah abad perjalanan negeri ini (sejak 1966) perjalanan sastrawan kita hanya membuat karya yang bagus serta kreatifitas karya kekinian (modern) namun sulit dibuat angkatan. Bolehlah pada kritikus sastra atau sastrawan membuat angkatan kesusastraan, dengan alasan yang berbeda-beda, Itu sah-sah saja. Angkatan Reformasi, Angkatan 2000 tak menjadi maslah sejauh referensinya dapat diterima. Di Antologi PMK terdapat beberapa nama penyair yang terkenal dan termasuk dalam angkatan-angkatan sastrawan sebelumnya. Seperti Ahmadun Yosi Herfanda, Tajuddin Noor Ganie , Isbedy Stiawan ZS, Gol A Gong, Acep Zamzam Noor, Jamal D Rahman dan lain lain yang termasuk dalam angkatan 80-an , angkatan 90-an, atau angkatan 2000 . Bahkan jika dilihat dari usia ada penyair PMK yang berusia 60 tahun dan juga yng masih dibawah usia 30. Meskipun gelombang reformasi mengganti orde baru, karya satra berikut sastrawannya tidak mengiringi perubahan bangsa ini. Hal demikian dikarenakan reformasi yang sampai sekarang masih berjalan tersendat-sendat.
Menembus 2,5 Juta Pembaca
Antologi Bersama dapat menjadi sebuah dokumen sastra yang bersifat nasional dan memenuhi banyak pembaca serta menjadi bahan rujukan. Sebagai contoh Antologi puisi yang ditulis oleh banyak penyair dari berbagai penjuru Tanah Air akan mampu menembus pembaca hingga jutaan manusia. Buku Antologi puisi Menolak Korupsi kurang lebih ditulis oleh 284 penyair Indonesia dan 291 karya peljar atu berjumlah 575 peserta pengisi antologi. Jika setiap penyair memiliki keluarga, teman, fans, dan anak asuh sastra di sanggar saja maka setiap penyair mambawa 200 pembaca buku tersebut. Maka buku antologi-bersama akan menembus ratusan ribu pembaca.
Sengaja penulis tidak menghitung buku yang dicetak. Menghitung pembaca dari buku yang dicetak akan sulit ditaksir. Kecuali buku tersebut telah terjual dan menjadi best seller. Ini juga dengan menggunakan prinsip buku yang terjual pasti dibaca pembelinya meskipun tidak semua pembeli buku membaca buku yang dibelinya sampai tamat.
Keunggulan buku antologi-bersama secara geografis terkadang memenuhi keterwakilan publik di suatu daerah. Hal demikian dikarenakan sastrawan biasanya merupakan tokoh masyarakat di daerahnya. Semakin banyak keterwakilan sastrawan dari berbagai daerah , bahkan daerah terpencil maka semakin banyak jumlah pembacanya.
Antologi bersama sangat menguntungkan nama penyairnya dikarenakan melalui buku itu masing-masing dikenalkan kepada penyair lainnya dalam buku itu. Yang sudah populair akan semakin dikenal masyarakat dan yang baru meniti tangga mulai dikenalkan lewat karya dalam buku itu.
Antologi yang demikian menjadi Antologi puisi yang berstandar nasional pada ukuran pembaca. Demikian karena ukuran kelayakan sebuah buku adalah layak dibaca dan pernah dibaca. Contoh saja misalnya dalam lomba perpustakaan, ukuran keberhasilan adalah pembaca. Terbiasa sekali juri lomba perpustakaan mengukur jumlah pengunjung sebagai faktor utama, bukan gedung dan bukan bukunya yang tebal-tebal dan mahal.
Antologi bersama memerlukan standar isi agar bermutu. Karenanya perlu menampilkan team penyeleksi puisi peserta antologi. Bukan penyair peserta pengisi antologi tetapi karya peserta itu yang diseleksi. Jadi dua hal penting antologi bersama yakni pembaca dan puisi peserta antologi.
Hal pembaca sastra Indonesia kebanyakan didominasi pelajar dan mahasiswa pada status sosial lain masih demikain rendah. Menempati uriutan kedua adalah pendidik. Pembaca sastra Indonesia banyak dimotori/digelorakan oleh para pendidik itu kepada siswa dan mahasiswanya. Andai saja mereka turut membatu karya sastrawan, maka pembaca sastra Indonesia akan meningkat, sebab sepertiga jumlah penduduk Indonesia adalah anak-anak dan remaja! Diantara para pengisi antologi ini terdapat banyak penyair yang juga berprofesi sebagai pendidik. Seringkali buku PMK dijadikan bahan ajar pelajaran sastra di sekolah-sekolah maka bukan mustahil buku yang dicetak terbatas diperuntukan untuk penulisnya ini banya dibaca siswa. Kemudian kegiatan-kegiatan peluncuran antologi PMK, bedah buku PMK, Lomb abaca PMK, serta road Show PMK menambah jumlah pembaca. Kini kegiatan road Show PMK telah lebih dari 20 tempat dilaksanakan di Tanah Air.
‘Road Show’ puisi denyut nadi PMK sepanjang tahun
Belum pernah sebelumnya ada buku antologi puisi di-‘roadswhow’-kan ke sejumlah kota untuk apa? Apakah belum cukup populair dengan sekali peluncuran? Apakah belum menyentuh sasaran? Atau ini merupakan roadshow-nya penyair PMK? Jawabnya adalah seperti dikatakan Sosiawan Leak yakni kemandirian yang menjadi dasar digulirkannya program Road Show Puisi Menolak Korupsi isi road show bisa dalam wujud pembacaan puisi, pentas seni, seminar, diskusi, orasi, lomba baca puisi, lomba cipta puisi dan lain-lain yang dilakukan secara otonom di berbagai kota, dikoordinir oleh penyair PMK yang mukim di kota tersebut. Ini artinya bahwa untuk melaksanakan gerakan PMK itu dilaksanakan tanpa paksaan dari siapa pun yang turut tergerak hatinya untuk berpartisipasi melawan korpsi dengan cara kegiatan sastra seperti disebutkan Sosiawan Leak sebagai gerakan sikap para penyair untuk melwan korupsi dengan caranya.
Bermula di wujudkan dengan road shownya di Makam Proklamator terus merambah ke kota-kota di seluruh Tanah Air dan pada 27 September 2013 road shownya VI di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta.
Peserta Pengisi Antologi Terbanyak dalam sejarah
Siapa-siapa saja mereka (penyair itu yang terlibat) adalah para penulis puisi dalam antologi Puisi Menolak Korupsi, mereka adalah :Penyair Indonesia yang ikut menulis di buku Antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Jilid I
:1. Abdurrahman El Husaini (Martapura)2. Acep Syahril (Indramayu)3. Agus R Sardjono (Jakarta)4. Agus Sri Danardana (Pekanbaru)5. Ahmad Daladi (Magelang)6. Ahmadun Y Herfanda (Jakarta)7. Akaha Taufan Aminudin (Batu, Malang)8. Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru)9. Aloysius Slamet Widodo (Jakarta)10. Aming Aminudin (Surabaya)11. Andreas Kristoko (Yogja)12. Andrias Edison (Blitar)13. Andrik Purwasito (Solo)14. Anggoro Suprapto (Semarang)15. Ardi Susanti (Tulungagung)16. Arsyad Indradi (Banjarbaru)17. Asyari Muhammad (Jepara)18. Ayu Cipta (Tangerang)19. Bagus Putu Parto (Blitar)20. Bambang Eka Prasetya (Magelang)21. Bambang Supranoto (Cepu)22. Bambang Widiatmoko (Bekasi)23. Beni Setia (Caruban)24. Bontot Sukandar (Tegal)25. Brigita Neny Anggraeni (Semarang)26. Budhi Setyawan (Bekasi)27. Dedet Setiadi (Magelang)28. Denni Meilizon (Padang)29. Dharmadi (Purwokerto)30. Didid Endro S (Jepara)31. Dimas Arika Mihardja (Jambi)32. Dona Anovita (Surabaya)33. Dwi Ery Santosa (Tegal)34. Dyah Setyawati (Tegal)35. Eka Pradhaning (Magelang)36. Eko Widianto (Jepara)37. Ekohm Abiyasa (Solo)38. Endang Setiyaningsih (Bogor)39. Endang Supriyadi (Depok)40. Gunawan Tri Admojo (Solo)41. Handry Tm (Semarang)42. Hardho Sayoko Spb (Ngawi)43. Heru Mugiarso (Semarang)44. Hilda Rumambi (Palu)45. Irma Yuliana (Kudusan, Jawa Tengah)46. Isbedy Stiawan ZS (Lampung)47. Jamal D Rahman (Jakarta)48. Jhon F.S. Pane (Kotabaru)49. Jumari HS (Kudus)50. Kidung Purnama (Ciamis, Jawa Barat)51. Kun Cahyono Ps (Wonosobo)52. Kuspriyanto Namma (Ngawi)53. Lailatul Kiptiyah (Blitar)54. Lennon Machali (Gresik)55. Lukni Maulana (Semarang)56. M. Enthieh Mudakir (Tegal)57. Mubaqi Abdullah (Semarang)58. Najibul Mahbub (Pekalongan)59. Nurngudiono (Tegal)60. Oscar Amran (Bogor)61. Puji Pistols (Pati)62. Puput Amiranti (Blitar)63. Puspita Ann (Solo)64. Radar Panca Dahana (Jakarta)65. Ribut Achwandi (Pekalongan)66. Ribut Basuki (Surabaya)67. Rohmat Djoko Prakosa (Surabaya)68. Saiful Bahri (Aceh)69. Sosiawan Leak (Solo)70. Sudarmono (Bekasi)71. Sulis Bambang (Semarang)72. Sumasno Hadi (Banjarmasin)73. Surya Hardi (Pekanbaru)74. Sus S Hardjono (Sragen)75. Suyitna Ethex (Mojokerto)76. Syam Chandra (Yogyakarta)77. Syarifuddin Arifin (Padang)78. Thomas Budi Santoso (Kudus)79. Thomas Haryanto Soekiran (Purworejo)80. Tri Lara Prasetya Rina (Bali)81. Udik Agus Dw (Jepara)82. W. Haryanto (Blitar)83. Wardjito Soeharso (Semarang)84. Yudhie Yarco (Jepara)85. Zainul Walid (Situbondo)
Penyair Indonesia yang ikut menulis di buku antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Jilid II (IIa dan IIb)
Antologi PMK Jilid 2: 1. A. Ganjar Sudibyo (Semarang)2. A’yat Khalili (Sumenep)3. Aan Setiawan (Banjarbaru)4. Abah Yoyok (Tangerang)5. Abdul Aziz H. M. El Basyroh (Indramayu)6. Abdurrahman El Husaini (Martapura)7. Acep Zamzam Noor (Tasikmalaya)8. Ade Ubaidil (Cilegon)9. Adi Rosadi (Cianjur)10. Agus R. Subagyo (Nganjuk)11. Agus Sighro Budiono (Bojonegoro)12. Agus Sri Danardana (Pekanbaru)13. Agus Warsono (Indramayu)14. Agustav Triono (Purwokerto)15. Agustinus (Purbalingga)16. Ahlul Hukmi (Dumai)17. Ahmad Ardian (Pangkep)18. Ahmad Daladi (Magelang)19. Ahmad Samuel Jogawi (Pekalongan)20. Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta)21. Akaha Taufan Aminudin (Batu)22. Akhmad Nurhadi Moekri (Sumenep)23. Alex R. Nainggolan (Tangerang)24. Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru)25. Allief Zam Billah (Rembang)26. Aloeth Pathi (Pati)27. Alya Salaisha-Sinta (Cikarang)28. Aming Aminudin (Mojokerto)29. Andreas Kristoko (Yogjakarta)30. Andrias Edison (Blitar)31. Anggoro Suprapto (Semarang)32. Anna Mariyana (Banjarmasin)33. Ansar Basuki Balasikh (Cilacap)34. Arba’ Karomaini (Pati)35. Ardi Susanti (Tulungagung)36. Ardian Je (Serang)37. Arsyad Indradi (Banjarbaru)38. Asdar Muis R. M. S.(Makassar)39. Asmoro Al Fahrabi (Pasuruan)40. Asril Koto (Padang)41. Asyari Muhammad (Jepara)42. Autar Abdillah (Sidoarjo)43. Ayu Cipta (Tangerang)44. Badaruddin Amir (Barru)45. Bambang Eka Prasetya (Magelang)46. Bambang Karno (Wonogiri)47. Barlean Bagus S. A. (Jember)48. Bontot Sukandar (Tegal)49. Budhi Setyawan (Bekasi)50. Chafidh Nugroho (Kudus)51. D. G. Kumarsana (Lombok Barat)52. Darman D. Hoeri (Malang)53. Daryat Arya (Cilacap)54. Denni Melizon (Padang)55. Denny Mizhar (Malang)56. Diah Rofika (Berlin)57. Diah Setyawati (Tegal)58. Diana Roosetindaro (Solo)59. Didid Endro S. (Jepara)60. Dimas Arika Mihardja (Jambi)61. Dimas Indiana Senja (Brebes)62. Dini S. Setyowati (Amsterdam)63. Dinullah Rayes (Sumbawa Besar)64. Dulrohim (Purworejo)65. Dwi Ery Santoso (Tegal)66. Dwi Haryanta (Jakarta)67. Dyah Kencono Puspito Dewi (Bekasi)68. Dyah Narang Huth (Hamburg)69. Eddie MNS-Soemanto (Padang)70. Edy Saputra (Blitar)71. Efendi Saleh (Blitar)72. Eka Pradhaning (Magelang)73. Emha Jayabrata (Pekalongan)74. Endang Setiyaningsih (Bogor)75. Endang Supriyadi (Depok)76. Euis Herni Ismail (Subang)77. Fahrurraji Asmuni (Amuntai)78. Faizy Mahmoed Haly (Semarang)79. Fakrunnas M. A. Jabbar (Pekanbaru)80. Fatah Rastafara (Pekalongan)81. Felix Nesi (Nusa Tenggara Timur)82. Fendy A. Bura Raja (Sumenep)83. Ferdi Afrar (Sidoarjo)84. Fikar W. Eda (Aceh)85. Fransiska Ambar Kristyani (Semarang)86. Gia Setiawati Mokobela (Kotamobagu)87. Gol A Gong (Serang)88. Habibullah Hamim (Pasuruan)89. Hadikawa (Banjarbaru)90. Haidar Hafeez (Pasuruan)91. Hardho Sayoko Spb. (Ngawi)92. Haryono Soekiran (Purbalingga)93. Hasan B. Saidi (Batam)94. Hasan Bisri B. F. C. (Jakarta)95. Hasta Indriyana (Bandung)96. Heny Gunanto (Pemalang)97. Herman Syahara (Jakarta)98. Heru Mugiarso (Semarang)99. Hidayat Raharja (Sumenep)100. Husnu Abadi (Pekanbaru)101. Iberamsayah Barbary (Banjarbaru)102. Ibramsyah Amandit (Barito Kuala)103. Isbedy Stiawan Z.S. (Lampung)104. Jefri Widodo (Ngawi)105. Jhon F. Pane (Kotabaru)106. Johan Bhimo (Sragen)107. Joko Wahono (Sragen)108. Jose Rizal Manua (Jakarta)109. Joshua Igho (Tegal)110. Jumari H. S. (Kudus)111. Juperta Panji Utama (Lampung)112. Kalsum Belgis (Martapura)113. Ken Hanggara (Pasuruan)114. Kidung Purnama (Ciamis)115. Kusdaryoko (Banjarnegara)116. Lara Prasetya Rina (Denpasar)117. Linda Ramsita Nasir (Bekasi)118. Lukman Mahbubi (Sumenep)119. M. Amin Mustika Muda (Barito Kuala)120. M. Andi Virman (Purwokerto)121. M. Enthieh Mudakir (Tegal)122. M. Faizi (Sumenep, Madura)123. M. Syarifuddin (Jember)124. M. L. Budi Agung (Temanggung)125. Maria Roeslie (Samarinda)126. Marlin Dinamikanto (Jakarta)127. Melur Seruni (Singapura)128. Memed Gunawan (Jakarta)129. Micha Adiatma (Solo)130. Mubaqi Abdullah (Semarang)131. Muhammad Rain (Langsa)132. Muhammad Rois Rinaldi (Cilegon)133. Muhammad Zaini Ratuloli (Bekasi)134. Muhary Wahyu Nurba (Makassar)135. Muhtar S. Hidayat (Blora)136. Mustofa W. Hasyim (Yogjakarta)137. Nabilla Nailur Rohmah (Malang)138. Najibul Mahbub (Pekalongan)139. Nike Aditya Putri (Cilacap)140. Novy Noorhayati Syahfida (Tangerang)141. Nurochman Sudibyo Y. S. (Indramayu)142. Pekik Sat Siswonirmolo (Kebumen)143. Priyo Pambudi Utomo (Trenggalek)144. R. B. Edi Pramono (Yogyakarta)145. R. Giryadi (Sidoarjo)146. R. Valentina Sagala (Bandung)147. Rezqie Muhammad Al Fajar (Banjarmasin)148. Ribut Achwandi (Pekalongan)149. Ribut Basuki (Surabaya)150. Rini Ganefa (Semarang)151. Rivai Adi (Jakarta)152. Riyanto (Purwokerto)153. Rohseno Aji Affandi (Solo)154. Rosiana Putri (Banjarbaru)155. Rudi Yesus (Yogjakarta)156. S. A. Susilowati (Semarang)157. Sabahuddin Senin (Kinabalu)158. Saiful Bahri (Aceh)159. Saiful Hadjar (Surabaya)160. Samsuni Sarman (Banjarmasin)161. Sayyid Fahmi Alathas (Lampung)162. Serunie (Solo)163. Soekoso D. M. (Purworejo)164. Soetan Radjo Pamoentjak (Batusangkar)165. Sri Wahyuni (Gresik)166. Sulis Bambang (Semarang)167. Sumanang Tirtasujana (Purworejo)168. Sumasno Hadi (Banjarbaru)169. Sunaryo Broto (Kaltim)170. Suroto S. Toto (Purworejo)171. Surya Hardi (Riau)172. Sus S. Hardjono (Sragen)173. Sutardji Calzoum Bahcri (Jakarta)174. Suyitno Ethexs (Mojokerto)175. Syafrizal Sahrun (Medan)176. Tajuddin Noor Ganie (Banjarmasin)177. Tan Tjin Siong (Surabaya)178. Tarmizi Rumahitam (Batam)179. Tarni Kasanpawiro (Bekasi)180. Tengsoe Tjahjono (Surabaya)181. Thomas Haryanto Soekiran (Purworejo)182. Titik Kartitiani (Tangerang)183. Toto St. Radik (Serang)184. Turiyo Ragilputra (Kebumen)185. Udik Agus Dhewe (Jepara)186. Udo Z. Karzi (Lampung)187. Wahyu Prihantoro (Ngawi)188. Wahyu Subakdiono (Bojonegoro)189. Wanto Tirta (Ajibarang)190. Wardjito Soeharso (Semarang)191. Wawan Hamzah Arfan (Cirebon)192. Wawan Kurn (Makassar)193. Wijaya Heru Santosa (Kutoarjo)194. Wyaz Ibn Sinentang (Ketapang)195. Yanusa Nugroho (Tangerang)196. Yatim Ahmad (Kinabalu)197. Yogira Yogaswara (Bandung)198. Yudhie Yarcho (Jepara)199. Zubaidah Djohar (Aceh). Disamping para penyair tersebut diatas juga memunculkan Penerbitan Buku Puisi Menolak Korupsi Jilid 3 karya pelajar Indonesia , mereka adalah :1. A. Habiburrahman (Sumenep)2. A. Kafi Febrian (Sumenep)3. Abdul Azis Pane (Deli Serdang)4. Abi Ortega (Pangkalan Kerinci, Riau)5. Aeni Krismonika (Purbalingga)6. Afifatus Sa’diah (Jember)7. Agil Vina Febriana (Salatiga)8. Agri Satrio Adi Nugroho (Sukoharjo)9. Ahmad Alfi (Surakarta)10. Ahmad Khoirur Roziq (Kediri)11. Ahmad Latief Ansory (Palembang)12. Ahmad Saugi Andrian P. (Tangerang)13. Ahnafudin Toha (Semarang)14. Ahshalia Ayu Aghnia (Pekalongan)15. Aida Kurniasih (Banyumas)16. Aisyah Rachma (Surabaya)17. Aji Rahmat Imanudin (Bojonegoro)18. Aji Tanda19. Alanwari (Bogor)20. Alfianingsih (Purbalingga)21. Alimatus Saadiyah (Ngawi)22. Amalia Nurus Syifa (Banyumas)23. Amazona Mega Ramadhanty (Cilacap)24. Amir F. A. (Sumenep)25. Anastasia Sita Wulandari (Gunung Kidul)26. Andi Wijaksono (Purbalingga)27. Andika (Banyumas)28. Andrian Eka Saputra (Boyolali)29. Andy Putra Ramadhan (Semarang)30. Angga Anggriawan (Ciamis)31. Angga Tri Andriyono (Banyumas)32. Anis Ilahy Nafsi (Ngawi)33. Anisa Wulansari (Balikpapan)34. Annas Tunggal (Ngawi)35. Anurul Islami (Banyumas)36. Ardiyah (Banjarnegara)37. Arif Budiman (Lamongan)38. Arifah Hasin Haluqi (Banyumas)39. Arina Sabila Najah (Pasuruan)40. Asmoro Al-fahrabi (Pasuruan)41. Assa Levina (Banyumas)42. Astiwi Safitri (Pinrang, Sulsel)43. Audi Ariaji Harahap (Medan)44. Aulia Nur Fadilah (Banyumas)45. Aulia Qurrotu Aini (Karanganyar)46. Aulia Widyanagara (Bojonegoro)47. Avivatus Sa'diyah (Jember)48. Ayu Ana Widiastutik (Sumenep)49. Ayunda Bilqish Alfiatussyifa (Bojonegoro)50. Badruz Zaman (Sumenep). Bella Fitriana Handayani (Bekasi)52. Bima Sarutobi53. Catur Hari Mukti (Sragen)54. Chaoril Imam (Surakarta)55. Chandra Adhi Susanto (Ngawi)56. Charis (Banyumas)57. Chatarina Dewi Anggraeni (Purworejo)58. Daniswari Anggadewi (Surakarta). Daviatul Umam el-S (Sumenep)60. David Rizaldi (Sragen)61. Dedy Yusuf Evendi (Pasuruan). Della Oktaviani Sorongan (Bekasi)63. Desiya Nailil Muna (Kudus)64. Deva Lili Fiana (Banyumas)65. Devi Anggereni (Purbalingga)66. Dewi Lestari (Kudus)67. Dewi Munfachiroh (Pasuruan)68. Dewi Nafiah (Banyumas)69. Dewi R. (Banyumas)70. Dewi Retno Putri Pradana (Jember)71. Dewi Sulistyowati (Salatiga)72. Dewinta P. (Banyumas)73. Dhia Asa Imtinan (Pekalongan)74. Diah Pratiwi (Banyumas)75. Dian Ilmi (Pekalongan)76. Dian Novita Arum Sari (Nganjuk)77. Diana Khasna Nisrina (Batang)78. Diantini79. Dika Bhakti (Bojonegoro)80. Dina (Banyumas)81. Dwi Ari Sulistiyani (Banyumas)82. Dwi Ayu Wandirah (Purbalingga)83. Dwi Roro Asih (Banyumas)84. Dwiana Nur Rizki Hanifah (Banyumas)85. Eka Ervina Ari Ardana (Nganjuk)86. Ela Fuji Lestari (Semarang)87. Elis Alvirawati (Sragen)88. Elisabeth Sabrina P.S. (Banyumas)89. Ervina Ruth Priya Sambada (Boyolali)90. Estri Tirta Titis Pinasthi (Ngawi)91. Evadatul Khusnah92. Evi Oktaviani (Banyumas)93. Fahri (Banyumas)94. Faiqotul Himmah (Pasuruan)95. Faiza Ainia (Banyumas)96. Fajar Aji Pamungkas (Banyumas)97. Fathan Dikha Muttaqin (Tulungagung)98. Fatimatul Chabibah (Pasuruan)99. Febri Yani Rustanti100. Filujeng Nur Rochma (Ngawi)101. Firdha Avivia P. K. (Sragen)102. Fitri Kurniawati (Ngawi)103. Fitri Riyanti (Banyumas)104. Fridolfna Nahong (Manggarai, NTT)105. Galuh Prima Sabarina (Banyumas)106. Galuh Rahma (Ngawi)107. Garita Esa M. (Banyumas)108. Gilbertus Luki Targau (Manggarai, NTT)109. Hafid Rois Al Ahsan (Sragen)
110. Hanida Salsabila (Banyumas)111. Hanifah Annuru Masruroh (Nganjuk)112. Hansen Sunaryangga (Brebes)113. Hanu Neda Septian (Banyumas)114. Harrits Rizqi Budiman (Malang)115. Hasna Rosikhatun Nasika (Kediri)116. Helda Kristi Seimahuira (Ambon)117. Hendi Aryo Bastian (Banyumas)118. Heni Puspitasari (Gunung Kidul)119. Hestina PH (Banyumas)120. Hidayah Sumiyani (Tuban)121. Hilmun Al Ghumaydha (Ngawi)122. Husein (Banyumas)123. Ibnu Akthailan (Banyumas)124. Ifa Nur Cahyani (Banyumas)125. Iffah Mahiratun Nisa (Sragen)126. Iin Yulita Sari (Ngawi)127. Ike Silviaranchi (Banyumas)128. Irma Oktiyar Diani (Banyumas)129. Irma Yusianti (Banyumas)130. Ismailia (Pasuruan)131. Ismiyatul Faizah (Ngawi)132. Istiqlal Fauzan Hidayat (Tegal)133. Itsna Agustin Nur R. (Banyumas)134. Izra (Banyumas)135. Jauharie Maulidie (Sumenep)136. Kartika Rahmarani (Banjarnegara). Kartika Rochmawati (Ngawi)138. Khansa Salsabilla A. (Banyuwangi)139. Khollatul Jalilah (Sumenep)
140. Khusnul Ihda Muslikah (Trenggalek)141. Kiki Novitasari (Pasuruan)142. Kuni Zakiyah Rahmadhani (Banyuwangi) 143. Laila Nailu Rahmatika (Ngawi)144. Laila Nur Ainiyah (Nganjuk)145. Laila Nur Azizah (Banyumas)
146. Legita (Banyumas)147. Lina Alfiani (Ciamis)148. Linda Purwanti (Purbalingga)149. Linda Puspita Dewi (Sragen)
150. Lisa Aryati (Banjarnegara)151. Livia Arizka (Banjarnegara)152. Lucky Windya Mawarni (Ngawi)153. Lukiyati Ningsih (Mojokerto)154. Lum'atun Nikmah (Pati)155. Lusi Sukmawati (Pekalongan)156. Luthfiyah Amani (Banyumas)157. M. Ridho Ilahi (Palembang)158. M. Rofil Zainuri (Sumenep)159. M. Sirojuddin (Pasuruan)160. Ma’ruf Wahyudin (Blora)161. Malik Susanto (Pekalongan)162. Marisa Nurhayati (Magelang)163. Martinus Tundu (Manggarai, NTT)164. Matahari Adi. S. B. (Jombang)165. Maulida Solekhah (Nganjuk)166. Maulina Fikriyah (Pasuruan)167. Mega Fitria Trisnasari (Ngawi)168. Mentari Cesari Pangestika (Purbalingga)169. Mey Nur Hikmah (Banyumas)170. Miftahul Khoiriyah (Nganjuk)171. Minati Dwi Vinasih (Sragen)172. Mirna Nuraisyah (Ciamis)173. Mirnawati (Banyumas)174. Moh. Syarif Muzammil (Sumenep)175. Moh. Yasid (Sumenep)176. Mohammad Ahlisil Haq (Gresik)177. Mohammad Kholili (Sumenep)178. Mufti Aji Panuntun (Banyumas)179. Muhamad Fathan Mubin (Serang)180. Muhammad As’ad (Pasuruan)181. Muhammad Baghiz Arom-rom (Banyumas). Muhammad Habibullah (Pasuruan). Muhammad Hafeedz Amar Rishka (Indramayu)184. Muhammad Irfan Aziz (Pasuruan)
185. Muhammad Juroimi (Pasuruan)186. Muhammad Rifqi Saifudin (Barito Kuala, Kalsel)187. Muhammad Zha’farudin Pudya Wardana (Malang)188. Muliyana Nurjanah (Purbalingga)189. Nabila (Martapura)190. Nabila Bunga Ratu Piara Dicinta (Banyumas)191. Nabila Ramadhani Zain (Banyumas)192. Nahdliyah Furri Utami (Tegal)193. Naila Salsabila (Sragen)194. Nailil (Banyumas)195. Nara Latif (Banjarnegara)196. Nely Rosyalina Agustin (Banyumas)197. Nida Nurunnisa (Ciamis)198. Nisrina Yusha S. (Banyumas)199. Niswatul Badiah (Pasuruan)200. Nita Kamila (Jepara)201. Nofika Rahmayani (Nganjuk)202. Novalia Meta F (Purbalingga)203. Novi Justika Harini (Ngawi)204. Novi Setyowati (Wonosobo)205. Nur Lailatul Rahni (Deli Serdang)206. Nur Laili Indah Sari (Banyumas)207. Nur Silvi Nafsila (Banyumas)208. Nur Widowati (Cirebon)209. Nurfita Dwi Lestari (Jepara)210. Nursandrawali Gosul (Bantaeng, Sulsel)211. Nurul Fajariyana (Banyumas)212. Nurul Fajri Khoirunnisa (Magelang)213. Nurul Hayati (Banyumas)214. Nurul Hidayah (Sragen)215. Nurul Miftah Awaliyah (Banyumas)216. Nurul Rahmawati (Ngawi)217. Pandi Zakaria (Brebes)218. Penti Aprianti (Ciamis)219. Pradiana Setianingrum (Semarang)220. Puri Elviana (Bandung)221. Putri Ageng Pinareng222. Putri Agus Yuli Yanti (Nganjuk)223. Putri Dikha Syahirah (Tulungagung)224. Putri Handika (Banyumas)225. Putri Kartika Sari (Kediri)226. Qistia Ummah Khasanah (Tuban)227. Rahma Mamlu’atul Maula (Kediri)228. Rahmawatun S. (Sukoharjo)229. Ratna Ulfa Artati (Pekalongan)230. Recha Melia (Purworejo)231. Restu Ade Kurniawan (Pati)232. Reza Siskana Lia (Jepara)233. Reza Sulkhaerah A. Semmagga (Barru)234. Ririn D. U.235. Rischa Setyaningrum (Ngawi)236. Riski Mei Yana Suci (Purbalingga)237. Risqiana Imarotul Ainiyah (Nganjuk)238. Rizka Melyana (Purbalingga)239. Rizka Novita Wardani (Ngawi)240. Rizki Dwi Utami (Bogor)241. Robi Husnimubaroq (Sumedang)242. Robiyatun (Sragen)243. Roro Ajeng Olga Dewi Wulan (Ngawi)244. Rosyidatul Auliya (Pasuruan)245. Sari Nurfatwa Hakim (Ciamis)246. Satrio Dwi Sanjaya (Malang)247. Sausan Syah Muz’shofiyya (Nganjuk)248. Septi Tri R. (Banyumas)249. Shella (Jepara)250. Shielvia (Banyumas)251. Sigit Nur Pratama (Banyumas)252. Silvy Damayanti (Ciamis)253. Sindi Violinda (Medan). Siti Mazroatul H. (Rembang)255. Siti Nailah (Sumenep)256. Siti Nur Afifah (Ngawi)257. Sonya Novisca Wijaya (Palembang)258. Sri Bulan Cahya Hartati Ningsih (Kediri)259. Suci Triana Putri (Bantaeng, Sulsel). Sucirahmawati (Banyumas)261. Sufyan Tsauri (Sumenep)262. Sugiati Surya Dewi (Pasuruan)263. Sukma Ningrum Dian Anggraeni (Purworejo)264. Sulaiman Alfian (Pasuruan)265. Syaiful Azhar (Sragen)266. Syaiful Bachri (Sumenep)267. Syifa Mutiara Salsabila (Banyumas)268. Tarisa Fika Rahayu (Banyumas)269. Taufik Ardiansyah (Ciamis)270. Thania (Salatiga)271. Titin Trianti (Bojonegoro)272. Tri Widya Putri Lestari (Purbalingga)273. Ulfah Nurul Hidayah (Banyumas)274. Umi Nafisah (Banjarnegara)275. Ummamul Fatina (Ngawi). Uuli Kufita Imtikhana (Kudus)277. Vivi Yantri Halimatus Sa'diyah (Banyumas)278. Wahyu Tri S (Ngawi)279. Wida Marliana (Banjarnegara)280. Widad T. A. (Banyumas)281. Winda Nursita (Banyumas)282. Windani Afni Nurlaeli (Banyumas)283. Wisma Nantha (Purworejo)284. Wiwit Prihatini (Banyumas)285. Yuli Setiawati (Jakarta Timur)286. Yunisma Sulala (Banyuwangi)287. YunitaLuthfiani (Kudus)288. Yusrina Nur (Pekalongan)289. Yutik Ayatun Khasanah (Sragen)290. Yutri Linoku Liyu (Bandung)291. Zain Rochmatiningsih (Tulungagung)
Rujukan :1. "Sastrawan Angkatan 2000". Korrie Layun Rampan Gramedia Jakarta2000;2. Antologi PMK jilis 1, 2a, 2b , Karya Pelajar Forum Sastra Surakarta. 2013/2014.

Sabtu, 14 Juni 2014

Jalan Tak Berumah karya Bambang Widiatmoko 2014

Jalan Tak Berumah karya Bambang Widiatmoko 2014. Sebuah buku antologi di tahun 2014 ini di tengah hiruk-pikuknya suasana politik dimana tahun ini terdapat pemilu legeslatif dan presiden. Penyair ternyata komitment pada duinianya, namun bukan berarti tidak mengikuti sejarah dalam arti lain penyair tetap memberikan warnanya meski dalam suasana negara apa pun, Bahkan penyair dapat menjadi saksi atas peristiwa sejarah. Tetapi ini tidak disalah artikan dengan terlibat langsung kedalam politik praktis, jika ini terjadi maka akan abu-abu bahkan hilang jiwa kepenyairannya.
Bambang Widiatmoko ternyata tidak sama sekali terpengaruh akan suasana gonjang-ganjing negara, ia tetap memperlihatkan kepada dunianya bahwa dirinya tetaplah seorang pnyair yang komitment untuk berkarya. *
Bambang Widiatmoko, penyair kelahiran Yogyakarta ini telah memiliki kumpulan puisi tunggal Pertempuran (1980), Anak Panah (1996), Agama Jam (2002), Kota Tanpa Bunga (2008), Hikayat Kata (2011), danJalan Tak Berumah (2014).  Cerpennya terhimpun dalam antologi Bupati Pedro, Laki-laki Kota Rembulan (DKS, 2002), dan Elegi Gerimis Pagi (KSI, 2002). Sajak-sajaknya terhimpun dalam antologi bersama penyair lain Puisi Indonesia 1987 (DKJ, 1987), Tonggak IV (Gramedia, 1987), Antologi Puisi Indonesia (Angkasa, 1997), Antologi berbahasa Mandarin Penyair Kontemporer Indonesia (Yin Hua, 2008), Tanah Pilih (TSI I, 1998), Sajak Rindu Bagi Rasul (Pustaka Pelajar, 2010), Equator (edisi tiga bahasa, Indonesia, Inggris dan Jerman, 2011), Akulah Musi (PPN V, 2011), Tuah Tara No Ale (TSI IV, 2011), Deklarasi Puisi Indonesia (2012), Sauk Seloko (PPN VI, 2012), Penyair Menolak Korupsi (2013), Secangkir Kopi (antologi 6 negara, 2013), Lintang Panjer Wengi di Langit Yogyakarta (2014),  Jula Juli Asem Jakarta(2014), dan di lebih 60 kumpulan puisi yang lain. Karya-karyanya dibahas dalam buku kritik sastra  Puisi Indonesia Hari Ini: Sebuah Kritik (Korrie Layun Rampan, 1980),   Bahasa Puisi Penyair Bambang Widiatmoko (Fakultas Sastra UGM, 1987), Berburu Kata Mencari Tuhan (Gama Media, 2008), Perjumpaan dengan Banten (Kumpulan Esai Wan Anwar, Kubah Budaya, 2011). Bianglala  Perempuan dalam Sastra (Sugihastuti, Lembah Manah, 2012). Negeri Api Berlangit Puisi (KSI, 2013).  Oktober 2013 diundang mengikuti 33rd World Congress Of Poets di Ipoh Malaysia. Memenangi lomba menulis puisi Nusantara Melayu Raya (Numera) di Malaysia, Maret 2014. Kini sebagai redaktur majalah Sastra Pusat (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud RI), staf pengajar ilmu komunikasi pada beberapa universitas di Jakarta, dan Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Pusat. 

Kamis, 12 Juni 2014

KITA PUNYA BANYAK SASTRAWAN :


Muchlis Darma Putra lahir di Wadung Pal, Banyuwangi, Jawa Timur.
Beberapa karya yang sudah dipublikasikan: KADO DARI RANTAU (2011), SATU SAJAK MERAH MUDA ( 2013) merupakan dwi antologi puisi tunggalnya. Puisi-puisinya juga bisa ditemui dalam antologi puisi bersama, diantaranya BANGGA AKU JADI RAKYAT INDONESIA ( 2012), CARTA FARFALLA (2012), MERINDU RAMADHAN (2013), MEMELUK LUKA (2013), DARI NEGERI LANGIT: DARI NEGERI POCI 5 (2014).

Nyi Mas Rd Ade Titin Saskia Darmawan, terlahir di Bandung 31 Oktober 1981.
Wanita yang kesehariannya disibukkan sebagai Konsultan Akutansi ini tak luput menulis di sela-sela waktu luangnya, menulis cerpen, puisi yang sudah menjadi kebiasaann sejak bersekolah dulu. Selain sebagai Konsultan Akutansi di Biro Konsultan dan Interior Designt Nusa C di Denpasar Bali. Pernah bekerja di Jepang sebagai Konsultan Akutansi di Kawamoto Kenshushei. Pernah menjadi penyiar di beberapa radio swasta di Bali, menjadi MC dan nyanyi di beberapa acara yang masih digelutinya hingga kini.
Kehidupan pewartaan yang pernah dijalaninya:
Mengasuh Sastra dan Budaya di Korann Bali, Koran Patroli Pos, Koran Patroli Nusantara, Majalah Amertha, Majalah Stamina, Redaktur Majalah Ekspresi, Majalah Mesra Jogjakarta.
Berkesenian masih digelutinya hingga kini dari bernyanyi hingga berteater.
Buku Yang Sudah Terbit :
Antologi Puisi Bersama 50 Penyair Nusantara “ Negeri Sembian Matahari” ,
Antologi Puisi Sendiri “ Aksara Jiwa “
Buku Yang Akan Diterbitkan :
Antologi Puisi Bersama 10 Penyair Bali “ Irama Tanah Air “
Antologi Puisi Bersama 20 Penyair Nusantara “ Karena Itu Engkau Kusebut Ibu “
Antologi Bersama 15 Penyair Nusantara “ Dialog Ruang “
Antologi Puisi Bersama Fanny Jonathan Poyks “ Dua Sisi “
Antologi Puisi Bersama David Darmawan Siswandi “ Rendezvouse “
Antologi Puisi Sendir “ Aku Dan Kehadiranmu “
Antologi Puisi Sendiri “ Bianglala Kehidupan “
Tahun 2006 Bersama Bapak Puspayoga, Tata Rama Production dan Koran Bali menggelar Acara Lomba Baca Puisi Piala Wali Kota Denpasar tingkat SD, SMP,SMA dan Umum yang diikuti oleh 900 peserta.

Aulia Nur Inayah lahir di Tegal, 06 Oktober 1992. Kini tercatat sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto di Jurusan Syariah, Ekonomi Islam. Aktif di Sekolah Kepenulisan STAIN Purwokerto, dan Komunitas Sastra Santri “Pondok Pena”. Juara I Lomba Cipta Puisi Nasional (Komunitas Rumah Kata Medan, 2013), Juara II Lomba Cipta Puisi Nasional (Dewan Kesenian Balikpapan, 2013). Puisinya masuk dalam buku antologi Kosong = Ada (107 penyair Indonesia-Malaysia, Lesbumi NU, 2012), Bunga Rampai buku puisi Pilarisme (An najah Press, 2012), Ayat-Ayat Ramadhan (AG Publishing, 2012), Merawat Ingatan Rahim (KOMNAS PEREMPUAN dan Jejer Wadon, 2013), Creative Writing (StainPress, 2013), Dari Dam Sengon Ke Jembatan Panengel (Dewan Kesenian Kudus, 2013), Pilar Puisi (StainPress, 2013), Tifa Nusantara (Dewan Kesenian Kota Tangerang, 2013), Habituasi Wajah Semesta (Komunitas Rumah Kata, 2014), Mushaf Rindu (An Najah Press, 2014), Di Bawah Sadar, Di Atas Sadar (StainPress, 2014). Puisinya juga dimuat Di Majalah Horison, dan koran Satelit Post. Cerpennya di bukukan dalam Antologi Cerpen Nasional Sepucuk Surat Untuk Tuhan (An najah Press, 2012), Nominator Lomba Cerpen Nasional STAIN Purwokerto Cinta dan Sungai-sungai Kecil Sepanjang Usia (ObsesiPress, 2013), Ramadhan di Rantau (Harfeey, 2012), Cinta Pertama (Sahabat Kata, 2012), majalah Mayara dan Buletin Keris. Kini menjadi santri di Pesantren Mahasiswa Kepenulisan An-Najah Purwokerto. Alamat di Muncang Larang RT 01 RW 02 Kec. Bumijawa, Kab. Tegal, Jateng. Hp: 085747170134.
Email; aulia_sohibi@ymail.com dan
auliaayasohibi@gmail.com.

SRI WINTALA ACHMAD, Lahir di Yogyakarta. Pernah kuliah di Fak. Filsafat UGM Yogyakarta. Menulis dalam bahasa Inggris, Indonesia, dan Jawa. Karya-karya sastranya dipublikasikan baik media pusat dan lokal, al: Kompas, Republika, Suara Karya, Suara Pembaruan, Lampung Pos, Solo Pos, Surabaya Pos, Bangka Pos, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Merapi, Bernas, Majalah Gong, Artista, Suara Muhammadiyah, Adiluhung, Jayabaya, Mekarsari, Jaka Lodhang, Sempulur, Kliwonan, dll. Antologi puisi kolektifnya yang telah terbit, al: Zamrud Katulistiwa (Balai Bahasa Yogyakarta 1997), Sastra Kepulauan (Dewan Kesenian Sulawesi Selatan 1999), Embun Tajali (FKY 2000), Malioboro (Balai Bahasa Yogyakarta 2008), Sauk Seloko (Dewan Kesenian Jambi 2012), Tifa Nusantara (Dewan Kesenian Tangerang, 2013), dll. Selain kumpulan puisi, cerpen, dan esai; banyak menerbitkan karya prosa dan novel. Nama kesastrawanannya dicatat dalam Buku Pintar Sastra Indonesia (Pamusuk Eneste, Penerbit Kompas), Direktori Sastrawan, Seniman, dan Budayawan Yogyakarta (Taman Budaya Yogyakarta). Sekarang tinggal di Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.

Selasa, 10 Juni 2014

Segera berikan porsinya penerbitan buku-buku sastra pada pemerintah daerah yang ditulis oleh sastrawan setempat

Saudaraku para penyair teruslah berkarya, Jangan takut karena kultus individu tokoh sastra, Jangan takut tidak ada pengakuan karena kelompok dan golongan tokoh sastra tertentu, Anda bisa menjadi besar ! bahkan lebih hebat dari tokoh sastra sebelumnya yang tenar karena karbitan. Banyak tokoh pengamat yang tetap independen menilai karya sastra. Publik pembaca-lah yang akan mengadili semuanya. Publik akan tetap menghargai karya Anda yang menarik dibaca. Jangan takut karena monopoli penerbitan, monopoli penayangan/penampilan media. Jangan silau karena nama. Ini negara dengan 250 juta jiwa. Sastrawan daerah perlu diakses kehadirannya. Lawan terus kebijakan pencetakan buku sastra untuk sekolah di pusat oleh kemendikbud dan segera berikan porsinya penerbitan buku-buku sastra pada pemerintah daerah yang ditulis oleh sastrawan setempat . !
Rg Bagus Warsono 10 Juni 2014

Minggu, 08 Juni 2014

AKU INGIN PRESIDEN YANG PEDULI SASTRA

AKU INGIN PRSIDEN YANG PEDULI SASTRA

'Lalu kami dikirimi buku-buku perpustakaan, droping buku untuk sekolah, dua ribu judul sungguh luar biasa, tetapi setelah kardus dibuka, isinya bacaan yang membuat kita makin bodoh. Isinya tetang masak-memasak, merawat kesehatan, tanam-menanam bunga dan palawija, ternak-berternak ayam, rajin menabung, membuat kandang ayam!'

Demikian seklumit buku bacaan sekolah sampai dengan tahun 2000an . Sastrawan begitu banyak, namun tak dipedulikan pemrintah. Buku-buku bacaan sastra jarang disentuh. Pantas banyak sastrawan hidupnya pas-pasan . Aku ingin presiden yang peduli sastra agar aku dapatkan jobnya.

KITA PUNYA BANYAK SASTRAWAN :

KITA PUNYA BANYAK SASTRAWAN :
Muchlis Darma Putra lahir di Wadung Pal, Banyuwangi, Jawa Timur.
Beberapa karya yang sudah dipublikasikan: KADO DARI RANTAU (2011), SATU SAJAK MERAH MUDA ( 2013) merupakan dwi antologi puisi tunggalnya. Puisi-puisinya juga bisa ditemui dalam antologi puisi bersama, diantaranya BANGGA AKU JADI RAKYAT INDONESIA ( 2012), CARTA FARFALLA (2012), MERINDU RAMADHAN (2013), MEMELUK LUKA (2013), DARI NEGERI LANGIT: DARI NEGERI POCI 5 (2014).
Ekohm Abiyasa, Lahir tahun 1987 di Karanganyar, Jawa Tengah. Penikmat seni dan sastra terutama puisi. Karya-karyanya dipublikasikan di Indopos, Solopos, Joglosemar, Suara Merdeka, Suara Karya, Kendari Pos, Minggu Pagi, Koran Merapi, Frasa, Pawon Sastra, Buletin JEJAK, dan lain-lain.Puisi-puisinya termaktub dalam antologi puisi bersama: Requiem Bagi Rocker (2012), Wuyung Ketundhung (2012), Satu Kata: Istimewa (2012), Dari Sragen Memandang Indonesia (2012), Indonesia dalam Titik 13 (2013), Bangkitlah Pejuang Mimpi (2013), Merawat Ingatan Rahim (2013), Puisi Menolak Korupsi (Jilid I) (2013), Dari Dam Sengon ke Jembatan Panengel (2013), Habis Gelap Terbitlah Sajak (2013), Lentera Sastra II (2014), Solo dalam Puisi (2014), Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit (2014).
Antologi puisi tunggal, Malam Sekopi Sunyi (2013).

Budhi Setyawan, yang akrab dipanggil ’Buset’ dilahirkan di Dusun Kalongan, Desa Mudalrejo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada 9 Agustus 1969. Sekarang bekerja di Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan di Jakarta, berkegiatan di Sastra Reboan di Jakarta dan sebagai Ketua Forum Sastra Bekasi (FSB). Tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Beberapa tulisannya pernah dimuat media, antara lain di: Bali Post, Suara Merdeka, Republika, Jurnal Nasional, Majalah Horison, GONG, STORY, Jurnal The Sandour, Buletin Jejak, dll. Puisi dalam bahasa jawa (geguritan) dimuat di majalah Damarjati, Panjebar Semangat, Jayabaya. Puisi-puisinya ada dalam antologi bersama: Kemayaan dan Kenyataan (Fordisastra, 2007), Pedas Lada Pasir Kuarsa (TSI II Pangkalpinang, 2009), Akulah Musi (PPN V, 2011), Sekumpulan Sajak Matajaman (bersama Jumari Hs dan Sosiawan Leak, 2011), Meretas Karya Anak Bangsa (2012), Antologi Puisi Satu Kata Istimewa (2012), Sauk Seloko (PPN VI Jambi 2012), Kepada Bekasi (2013), dll. Buku antologi puisi tunggal: Kepak Sayap Jiwa (2006), Penyadaran (2006), Sukma Silam (2007).
Wong agung utomo, Namaku Kalah adalah antologi puisi pertamanya
Beberapa puisinya sempat singgah di beberapa antologi puisi
Tinggal di Jl.Garuda IV blok G no.263 rt/w 006/017 Pondok Timur Indah Bekasi Timur.

Thomas haryanto soekiran Lahir di Purbalingga 25 Desember 1961 Banyumas Jateng
Pendidikan Kesenian
1984 Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo Yogyakarta
1988 Sanggar Gelak Suka nya Agus Melasz Jakarta
1988 antologi RIAK BOGOWONTO kopisisa purworejo
1996 antologi ISTIRAH padepokan seni matahariku purworejo
1998 antologi JENTERA TERKASA taman budaya jateng, forum sastra surakarta
2000 antologi KIDUNG BULAN TERTIKAM kopisisa purworejo
2010 antologi PENYAIR INDONESIA ANGKATAN KOSONGKOSONG dewan kesenian tegal
2011 antologi PENYAIR JAWA TENGAH dewan kesenian jawa tengah
2012 antologi DARI SRAGEN MEMANDANG INDONESIA dewan kesenian sragen
2013 antologi PUISI MENOLAK KORUPSI JILID 1+2 forum sastra surakarta
2013 antologi HABIS GELAP TERBITLAH SAJAK dewan kesenian sragen
2014 antologi FLY OVER MERAH PUTIH teater kail jakarta
2014 antologi NEGERI POCI LIMA tegal
Puisinya juga sempat termuat dimediamedia cetak indonesia

DR. ESTI ISMAWATI, M.Pd. lahir di Palembang, 18 Oktober 1961. Lulus S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Negeri Yogyakarta Tahun 1986. Lulus S2 Pendidikan Bahasa IKIP Negeri Jakarta Tahun 1998. Lulus S3 Pendidikan Bahasa UNJ Tahun 2003. Sejak 1986 hingga sekarang bekerja sebagai dosen negeri dipekerjakan di Universitas Widya Dharma Klaten, berpangkat Lektor Kepala Golongan IV/C. Beberapa buku telah ditulisnya.
SRI WINTALA ACHMAD, Lahir di Yogyakarta. Pernah kuliah di Fak. Filsafat UGM Yogyakarta. Menulis dalam bahasa Inggris, Indonesia, dan Jawa. Karya-karya sastranya dipublikasikan baik media pusat dan lokal, al: Kompas, Republika, Suara Karya, Suara Pembaruan, Lampung Pos, Solo Pos, Surabaya Pos, Bangka Pos, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Merapi, Bernas, Majalah Gong, Artista, Suara Muhammadiyah, Adiluhung, Jayabaya, Mekarsari, Jaka Lodhang, Sempulur, Kliwonan, dll. Antologi puisi kolektifnya yang telah terbit, al: Zamrud Katulistiwa (Balai Bahasa Yogyakarta 1997), Sastra Kepulauan (Dewan Kesenian Sulawesi Selatan 1999), Embun Tajali (FKY 2000), Malioboro (Balai Bahasa Yogyakarta 2008), Sauk Seloko (Dewan Kesenian Jambi 2012), Tifa Nusantara (Dewan Kesenian Tangerang, 2013), dll. Selain kumpulan puisi, cerpen, dan esai; banyak menerbitkan karya prosa dan novel. Nama kesastrawanannya dicatat dalam Buku Pintar Sastra Indonesia (Pamusuk Eneste, Penerbit Kompas), Direktori Sastrawan, Seniman, dan Budayawan Yogyakarta (Taman Budaya Yogyakarta). Sekarang tinggal di Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.

Gampang Prawoto
Lahir Bojonegoro, 23 Oktober 1971. Sehari-harinya mengajar di sekolah terpencil tepatnya di SDN Napis 06 Tambakrejo Bojonegoro, Aktif di Sanggar Sastra ( PSJB ) Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro. Puisi dan guritnya yang pernah diterbitakan diantaranya Antologi tunggal (stensil) ”Babat Windu,1997” . Antologi bersama ”Luka Waktu” (Taman Budaya Jatim,1998), Prosaliris ”Perempuan Adalah Perempuan” (Kostela,2003). Antologi bersama ”Bulan Merayap” (Dewan Kesenian Lamongan, 2004). Karya pinilih Lomba Crita Cekak Jaya Baya 2004. Antologi geguritan Bojonegoro Ing Gurit (PSJB,2006). Karya pinilih Lomba Gurit Yayasan Karmel Malang, th. 2008 dan th. 2010. Karya Pinilih Sayembara Penulisan Puisi FLP-UM,2010. Antologi Penyair Jonegoro ”Serat Daun Jati ” (KSMB,2010). Antologi ”Perempuan Dengan Belati di Betisnya” (Taman Budaya Jateng, 2010), Kumpulan Crita Cekak ”Tunggak Jarak Mrajak” (PSJB,2010). Antologi Puisi “Purnama Majapahit” (DKK Mojokerto, 2010), Antologi Puisi “Angkatan Kosong-kosong” (DK Kota Tegal 2010). Antologi Puisi Merapi Gugat 2011. “Antologi 105 Penyair “ (DK Pekalongan 2011).
Antologi Puisi PPN-4 “Akulah Musi” (DK Sumsel, 2011). Antologi “Setia Tanpa Jeda” (Unsa Award 2012). Antologi ”Gurit Pasewakan” (KSJ III, 2011). Antologi ”Puisi Jawa Modern Jawa Timur 1981-2008” (Balai Bahasa Jatim, 2012). Antologi Puisi ”Indonesia Dalam Titik 13” (Antologi Penyair Lintas Daerah Indonesia,2013). Antologi Geguritan Tunggal ”puser bumi” PSJB 2013. Antologi Puisi Religi “Ziarah Batin” (Sanggar Kembang Langit 2013). Antologi Puisi “Buat Gus Dur” (DK Kudus, 2013). Antologi Puisi “Wakil Rakyat” (Sanggar Kembang Langit 2013). Antologi Puisi TKSN “Tifa Nusantara” (DK Tangerang 2013). Antologi Geguritan “Mlesat Bareng Ukara” (PPJS Surabaya, 2014). Antologi Puisi “Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2014” (HMGM, 2014). Karya-karyanya juga pernah kapacak di Majalah Sastra Indhupati, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Damar Jati, Pujangga Anom, Radar Bojonegoro, Jurnal Tempe Bosok Solo, Tabloit Serapo dan seperangan media cetak lainnya.

Bambang Widiatmoko, penyair kelahiran Yogyakarta ini telah memiliki kumpulan puisi tunggal Pertempuran (1980), Anak Panah (1996), Agama Jam (2002), Kota Tanpa Bunga (2008), Hikayat Kata (2011), danJalan Tak Berumah (2014). Cerpennya terhimpun dalam antologi Bupati Pedro, Laki-laki Kota Rembulan (DKS, 2002), dan Elegi Gerimis Pagi (KSI, 2002). Sajak-sajaknya terhimpun dalam antologi bersama penyair lain Puisi Indonesia 1987 (DKJ, 1987), Tonggak IV (Gramedia, 1987), Antologi Puisi Indonesia (Angkasa, 1997), Antologi berbahasa Mandarin Penyair Kontemporer Indonesia (Yin Hua, 2008), Tanah Pilih (TSI I, 1998), Sajak Rindu Bagi Rasul (Pustaka Pelajar, 2010), Equator (edisi tiga bahasa, Indonesia, Inggris dan Jerman, 2011), Akulah Musi (PPN V, 2011), Tuah Tara No Ale (TSI IV, 2011), Deklarasi Puisi Indonesia (2012), Sauk Seloko (PPN VI, 2012), Penyair Menolak Korupsi (2013), Secangkir Kopi (antologi 6 negara, 2013), Lintang Panjer Wengi di Langit Yogyakarta (2014), Jula Juli Asem Jakarta(2014), dan di lebih 60 kumpulan puisi yang lain. Karya-karyanya dibahas dalam buku kritik sastra Puisi Indonesia Hari Ini: Sebuah Kritik (Korrie Layun Rampan, 1980), Bahasa Puisi Penyair Bambang Widiatmoko (Fakultas Sastra UGM, 1987), Berburu Kata Mencari Tuhan (Gama Media, 2008), Perjumpaan dengan Banten (Kumpulan Esai Wan Anwar, Kubah Budaya, 2011). Bianglala Perempuan dalam Sastra (Sugihastuti, Lembah Manah, 2012). Negeri Api Berlangit Puisi (KSI, 2013). Oktober 2013 diundang mengikuti 33rd World Congress Of Poets di Ipoh Malaysia. Memenangi lomba menulis puisi Nusantara Melayu Raya (Numera) di Malaysia, Maret 2014. Kini sebagai redaktur majalah Sastra Pusat (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud RI), staf pengajar ilmu komunikasi pada beberapa universitas di Jakarta, dan Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Pusat.

Senin, 02 Juni 2014

SAMPAIKAN PADA CAPRES 2 KITA

ANDAI ADA CAPRES YANG PEDULI KEPADA PENYAIR DAN MAU MEMBIAYAI PERTEMUAN PENYAIR NASIONAL, 3 HARI DI HOTEL YANG LAYAK, GANTI TRASPORT PULANG PERGI, SANGU BALIK MASING-MASING 19 JT SERTA BINGKISAN LAINNYA MAKA TIADA KATA LAIN , TAK BELA MATI-MATIAN LEWAT PUISI !!!