TEKS SULUH


Selasa, 27 April 2021

Tadarus Puisi V 1442 H/2021 , Puisi 41-50



41. Muhammad Levand


Kami Yang Lupa Kepada Luka

 

Kami yang lupa kepada luka

Akan mengingat selalu rahasia

Menjadi kenangan sepanjang usia

Ibarat menjadi sebuah penanda rasa

 

Yang abadi bukan luka

Adakah ingatan mendusta?

Nasib bukan untuk ditangisi mata

Gelisah hanya godaan yang fatamorgana

 

Lupa membuat kami dewasa

Usia memilih kehidupan bahagia

Padahal luka terus menyayat di dada

Air mata semakin khusuk mengucap doa

 

Kepada setiap luka

Erat kami dekap dada

Pandangan hati percaya

Akan harapan serupa cinta

Dan bencana yang penuh rupa

Akan membawa pergi setiap duka

 

Luka bukan suatu yang hina

Usah sesalkan ingatan melupa

Karena hidup sudah diatur oleh-Nya

Apapun yang terjadi, bahagia itu niscaya

Jember, 19 April 2021

 

 


Kami Yang Lupa Setiap Waktu

 

Kami yang lupa setiap waktu

Adalah hamba yang selalu rindu

Mengucap doa istighfar tiap waktu

Ingatan agar kembali menemu cumbu

 

Yang fana adalah kami

Akan kembali kepada Ilahi

Nasib lupa tak bisa dipungkiri

Gelisah ingatan menjelma sunyi

 

Lupa menjadikan kami luka

Usia menjadi banyak prasangka

Pada setiap kejadian yang kami lupa

Ada pelajaran hidup yang tak bisa didusta

 

Setiap luka jadi debar

Entah itu nyata atau kabar

Tak ada penafsiran yang benar

Isak tangis dan kegetiran terdengar 

Air mata membuat lupa semakin nanar

Pada kami ingatan masih meremang samar

 

Waktu memilih dzikir

Agar lupa tak lagi hadir

Kami yang percaya takdir

Tak putus asa sampai akhir

Untuk mendapat ingatan lahir

 

Jember, 7 Ramadan 2021

 

 

Muhammad Lefand, penulis yang lahir di Sumenep Madura dengan nama Muhammad, sekarang tinggal di Ledokombo Jember. Lulusan MA An-Nawari Seatengah Bluto Sumenep dan Universitas Islam Jember. Salah satu pendiri dan pegiat Forum Sastra Pendhalungan Jember, pendiri dan pegiat Forum Sastra Jember, pegiat Forum Sastra Timur Jawa, Malam Puisi Jember dan Penggerak Lesbumi Jember. Antologi puisi tunggal terbarunya “Penyair dan Orang-orang Kecil” (FAM Publishing: 2019) dan “Pesan Laut kepada Perahu” (Buku Inti: 2020).

 

Alamat tinggal: Jl. Pojok barat kecamatan no 03 rt02 rw02 Dusun Krajan Sumberlesung Ledokombo Jember 68196

 





















42. Eliviya Kusumawati


RENUNGAN 1

 

Tuhan

Doaku terbang

Entah kemana

Gerangan

Doaku terlalu serakah

Hingga hujan tak berkah

Menjadi api

Di dada ini

Dan kau beri

Pengingat diri

Muntah api

Dari perut bumi

 

Patutkah kita busungkan dada

Lupa pada catatan yang Tuhan berikan

Tuhan …

Maafkan negeri ini

Mojopahit, 26 April 2021

 

RENUNGAN 2

 

Tuhan

Puisiku terbang

Mengitari awan

Berputar-putar

Lalu hilang

Menjadi angin

Dan berang

Menjadi gelombang

Menghantam daratan

Dalam-dalam

 

Semua mengutuk diri

Tinggalkan luka sunyi

Penuh ratap

Menggetarkan bumi

Yang tertinggal hanya doa

Dari semua cerita yang terjadi

 

Semoga Tuhan selalu mengerti. Jadi pelarian saat kita sudah dikebiri, anehnya selalu mengulangi

Oh, Tuhan …

Mojopahit, 24 April 2021


Eliviya Kusumawati, Seorang Ibu rumah tangga yang suka tinggal di desa. Pernah menjadi seorang guru tapi tidak pernah Merdeka. Karya termaktub di Teras Putiba Indonesia Takziah Bulan Tujuh. Antologi Menunggu. Antologi Guru dan Corona. Serta beberapa antologi lainnya.

 














43. Gilang Teguh Pambudi


PUASAMU TELAH

 

puasamu telah 

memasang kacamatamu 

 

puasamu telah

mengikat tali sepatumu

 

puasamu telah

memakaikan jilbab dan topimu 

 

puasamu telah

menguatkan ikat pinggangmu

 

puasamu telah

mengancingkan kancing bajumu

 

puasamu telah

menyisir rambutmu 

 

puasamu telah

mengamankan kemanusiaanmu

 

puasamu telah

membelah beribu berjuta tubuhmu

 

Kemayoran, 04 2021 / Ramadan 1442 H

 

TIDAK BENAR

 

tidak benar Ramadan tenggelam

tidak benar Indonesia karam

 

tidak benar kapal selam ditikam dalam

tidak benar!

 

Ramadan hidup dalam kesemestaan

Indonesia berkabung dalam sangsaka kemenangan 

 

setiap pejuang ke dalam hati menyelam

setiap pejuang! 

 

tak ada yang tenggelam kelam

juga Nanggala 402 

ia dukacita dan cinta mendalam

Kemayoran, 04 2021/ Ramadan 1442 H 


Gilang Teguh Pambudi, anak perkebunan dan orang radio yang seorang penyair (penulis). Saat ini tinggal di Kemayoran. Lahir di perkebunan kopi di Jawa Tengah, tetapi dari masa kanak-kanak domisili di perkebunan cengkeh Jawa Barat. Setelah meninggalkan kegiatan mengajar di kelas, dari tahun 1992 aktif sebagai Orang Radio Indonesia. Sebagai penyiar, jurnalis, programmer, kepala studio dan narasumber acara Apresiasi Sastra sampai menerbitkan buku tips sukses, Orang Radio. Puisi-puisi dan cerpennya termuat dalam berbagai buku antologi bersama selain antologi tunggal. Beberapa buku antologi puisi tunggalnya adalah, Syair Wangi, Jakarta Dalam Karung, Tarian Gapura, Zira, Mendaki Langit, Bumi Cintaku, dan Hari Kesaktian Kopi. Juga menulis buku catatan harian Dinding Puisi Indonesia (Serba-Serbi Dunia Puisi). Sebagai pembina komunitas banyak terlibat dalam berbagai kegiatan seni, termasuk Wisata Sastra Mingguan. Namanya termuat dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia (YHPI). 

44. Ence Sumirat


Ketika Alam Berbicara 


Banjir,longsor,gunung meletus dan gempa

Tiap kali datang manyapa kita

Bukanlah bencana apalagi petaka

Mereka hanya bahasa lain cinta

Yang dikirim kemurahan semesta

Ke setiap dada

Sebab kerinduan telah lenyap

Seiring kesombangan dan keserakahan menggeriap

Di sungai tercemar,di gunung gersang

Dan di ladang pengerukan kekayaan

Eksploitasi menjadi-jadi mengotori bumi

Tuhan, kini kami sadar

Atas segala kesalahan

Semoga kau tak bosan terus mengingatkan

Kepada kami yang sering melupakan

Amin

Cianjur 264021


Mengingat Lupa 


Kuingat 99 asma-Mu

Dari rupa kehilafanku

Lalu ku langitkan beribu cinta

Sebagai nyanyian syarat doa

Kuingat 99 asma-Mu

Dari lupa kealpaanku

Lalu ku rapalkan rindu pada semesta

Dzikir tak henti menggema

Kuingat 99 asma-Mu

Dari lupa kelalaianku

Lalu kurangkai menjadi sebuah jembatan

Penyabrangan orang-orang menuju keselamatan

Cianjur 264021


Ence Sumirat lahir tanggal 29 november 1971.menulis puisi secara otodidak.karyanya

dimuat dalam antologi bersama.antologi puisi tunggalnya “berjalan dalam kenyerian” kini

tinggal di perum kota baru blok c3 no 32 kecamatan cilaku kabupaten cianjur,jawa barat

























45.Selamat Said Sanib


Pada Jiwa-jiwa



Tuhan memanggilmu

Datanglah !

Dengan lumuran dosa

Bersimpuh meski dengan hati yang kotor


Mendekatlah !

Dengan ampunan dari segala dosa seluas langit dan bumi


Wahai Jiwa jiwa rapuh

temui TuhanMu 

Pagi dan petang

Siang dan malam

Menggapai cahaya Ilahi


Pada jiwa jiwa kering kerontang

Mengpa engkau menjauh ? 

Mencari perlindungan pada hujan yang jatuh ke bumi menyuburkan tanah-Nya


Pada  buliran airmatamu melalaikan perintah 

menyuburkan hati dari mengingat Titah-Nya


Tadarus Sabda alam ayat ayat Kauniyah Agungkan Asma-Nya


Tarian bumi meluluhlantahkan peringatan Tuhan bukti Kuasa-Nya


Tiada tempat kau bersembunyi semua dalam Pengawasan-Nya


Pada ruang hati yang selalu merasa super

Pada lisan yang selalu ghibah

Fikiran yang berprasangka

Perbuatan yang lalim semua dalam catatan-Nya


Ramadhan mengingatkan jalan kembali pulang

Asalmu dari tanah agar kembali pada tanah jiwa jiwa yang fitri tatkala terpilih menghadap-Nya


Samarinda,25 April 2021






















46. Che Aldo Kelana


Masih pantaskah kau sebut

dirimu hamba ?

Sementara cintamu masih

mendua.

Bahkan dalam setiap perjalanan pun

kau harus memilih arah dan tujuan ?

Ambigu menyesatkanmu dalam

keraguan.

Jika kau benar-benar hamba,

pastikanlah cintamu untuk siapa !


Atambua, NTT 2021


 

PERJALANAN


Di seberang sana

Di kaki bukit

Di sebelah sungai

Rintihan itu tergerus hujan,

tertimbun lumpur,

tersisih di ruang sepi.


Hingga waktu mempertemukan kita

Saling berjabat tangan

Membasuh luka yang basah

Memeluk erat cinta yang tulus

atas nama kemanusiaan.


Atambua NTT 2021



47. Sugeng Joko Utomo


Jerat Lupa Belantara Kota

 

Di kota ini, kawan

Gedung-gedung nyaris mirip belantara hutan

Saban hari tumbuh tiada patuh aturan

Sesubur cendawan berspora di musim hujan

Menjulang tinggi tanpa dedaun

Kokoh besar tapi tak rimbun

 

Di kota ini, sahabat

Langitnya sesak berjaring kawat

Kabel listrik dan telepon melilit rapat

Terjulur dari atap ke atap

Mencekik jiwa-jiwa berpesta umpat

Menghimpit dada bernafas pengap

Tersuruk-suruk memintal pilinan laknat

Menenggelamkan benih ribuan harap

 

Di kota ini, sayang

Jalan-jalan aspal bak sungai kerontang

Mengalirkan pusaran debu roda-roda jalang

Bersicepat berebut nyalang

Menyemaikan geriap saling menghadang

Padat bergilir mengubur pandang

Dengus-dengus birahi para kurcaci

Digerus syahwat tanpa penetrasi

 

Adakah kau terselip di sana, kekasih

Di antara ribuan dendang lagu risih

Lantang menyeru gubuk-gubuk kumuh letih

Tergencet aroma congkak pembangunan menindas perih

Adakah kau terselip di sana, adinda

Merentang jerat sepanjang cakrawala

Menabur lupa tanpa lika-liku kekata

Memasung nalar di kegagapan makna

Tasikmalaya, 19 April 2021

 

Nanggala Empat Kosong Dua

 

Entah siapa yang telah lupa

Bahwa paus besi itu kian renta

Walau ternampak perkasa bak dewa Baruna

Atau seperti siluman buaya

Namun yang biasanya menyelam ke dasar samudera

Kini tenggelam tiada daya

 

Entah siapa yang salah

Hingga paus tua hancur sudah

Kepingan-kepingan yang muncul ke permukaan

Pertanda nyata satu kealpaan

Walau dikerahkan segala usaha

Berbagai alat canggih berebut upaya

Namun telah menyadi kehendak Ilahi

Lima puluh tiga patriot berpulang ke pangkuan bumi

 

Entah siapa yang lupa

Entah siapa yang salah

Mari tunduk sejenak menghaturkan khidmat do'a

Untuk 53 syuhada Nanggala yang berpulang ke pangkuan Allah

 

Sebaiknya kita sadarkan diri

Bahwa samudera angkasa bumi matahari milik Ilahi

Jangan pula saling melempar salah

Kita semua khilaf atas peringatan Allah

Tugas hidup harus segera diselesaikan

Mengharap pengampunan dari Tuhan

Tasikmalaya 26 April 2021

 

Sugeng Joko Utomo, kelahiran Gombong Kebumen, saat ini menjadi guru Biologi di SMA Bina Insan Mandiri Bantarkalong, juga guru Kimia, Fisika dan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK Riyadul Ulum Cisempur Tasikmalaya



























48. Amini


Kami Lupa Ada Kedalaman Cinta


Kami tak pernah tahu ada hujan yang turun

Jika tidak pada musimnya


Kami tak pernah tahu kalau ada aniaya di sekitar kota

Jika tak ada berita yang terhembus dari sudut-sudutnya


Entah karena kami yang tak tahu

Ataukah kami yang tak mau tahu


Di tengah gelimang sibuk beragam perkara

Selalu menyelipkan senandung lupa

Bahwa di sana ada kedalaman cinta

Yang belum mampu kami selami

Ada berjuta nikmat yang justru kami tangisi


Satu persatu nikmat di bumi ini Kau ambil kembali

Dengan cara yang hanya Engkau yang bisa

Semeronta apapun kami

Hujan tetap turun di awal dan akhir Januari


Inilah yang membuat kami sering lupa

Bahwa selalu ada cinta-Mu di setiap lini perkara

Tercabik-cabiknya kami adalah bukti cinta-Mu

Agar kami tak lupa untuk kembali

Nganjuk, 27/04/2021






Kami Lupa Ramadan


Kata orang bulan Ramadan adalah penuh berkah

Banyak orang menuliskan bahwa setiap kata jadi ibadah

Setiap tarikan napas jadi indah

Namun kami lupa kalau hari ini adalah bulan mulia itu


Dari jatah waktu yang diberikan

Semua mendapat bagian yang sama

Dari ujung sini sampai sana

Tak peduli hewan tumbuhan dan manusia

Sungguh Allah maha kaya


Namun kami sering lupa

Jatah waktu yang kami terima tak bisa kami isi dengan yang semestinya

Masih ada yang menggunakannya dengan asyik bercanda

Dengan kawan lama maupun kawan baru lewat WA

Masih ada yang nikmat dengan berbagai link adegan yang tersedia

Beragam game yang merajalela

Barang-barang konsumtif lainnya yang tak boleh terlewatkan sebentar saja

Kata hati semakin jauh dari menyebut indah nama-Nya


Ampuni kami yang telah lupa

Bahwa Ramadan adalah bulan termulia

Nganjuk, 27/04/2021






Amini, S.S. adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Nganjuk. Kesukaannya pada tulis-menulis dia abadikan dalam karya. Sudah beberapa buku yang dia hasilkan baik buku tunggal maupun antologi  ersama penulis yang lain. Untuk bisa mengenalnya lebih jauh bisa melalui alamat email aminiparwoto76@gmail.com.




























49.Nur Khofifah 

Tafakur


Subuh menjala

Melangit doa

Tangan-tangan bergumul resah

Membuka tabir sembunyi entah

 

Titah

 

Lembar-lembar Titah terdengar patah

Pantaskah diri ini menengadah

Sementara berhala-berhala menumpuk di hati

Bersembunyi atas nama Tuhan Suci

 

Bagaimana Engkau menilai islam kami ya Rabb

 

Setiap waktu pintu Kau buka

Setiap waktu  pula kami alpa

Lebih terbuai pada malam gemerlap

tapi beraroma nikmat

 

Ya Tuhan

Tercecer dosa kami di setiap sela

Hilang terhanyut

Bersujud pada Engkau yang Maujud

BWI, 270421

      

 

 

 

 



Viefa

Duka Lautan

 

Kuiring kepergianmu wahai duka mendalam

Nanggala 402

Duka ramadan membelah lautan

Menambah deret panjang luka Nusantara

 

Di bawah kedalaman 850

Pusara gelombang menyerap

Lintas perjalanan

Banyuwangi - Bali mengunci

Lelaki setangkas alun menggelung 

Tunaikan janji

 

72 jam saja kau hirup tanpa berita

Tersengal di batas napas

Berlari di alam samudera

Terseret

Tergulung

Tergerus

Tenggelam

 

Karam

 

Ramadan kali ini duka Lautan

Pecah gelombang sedahsyat tangis bocah

Tangannya memeluk pundak

"Ayah, jangan pergi!"

Rengekan manja kekasih

Langkah tak surut dihenti

 

Kusuma bangsa

Kukirim puja puji  gending Kamboj

Pulanglah pulang

Berkawan angin buritan

Lelaki setangkas alun menerjang

 

Tidurlah berselimut relung karang

Bertabur ganggang dan bunga-bunga impian

Jiwa tenang menuju Zat keheningan

 

Tuhan

 

Ramadan duka Lautan

Lelaki pujaan hilang tenggelam

Berkeping rindu mencacah

Kau ksatria

Lautmu pecah

Bwi, 250421

 

       Nur Khofifah dengan nama pena Viefa kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur. Menembus padang kata dengan menuangkan pengalaman dalam bingkai kalimat mengolah rasa. Viefa aktif dalam berbagai komunitas penulis untuk mengembangkan diri. Memandang Lumbung Puisi bukan saja tempat unjuk kreasi, tetapi lebih menjadi tempat belajar dan bersilaturrahmi. Terakhir mengikuti antologi Gembok bersama penyair nusantara dari Lumbung Puisi, antologi Puisi ke VII Para Penuai Makna dari Dapur Sastra Jakarta, dan antologi puisi lainnya yang masih dalam proses penerbitan.

 






50. Iwang nirwana



Iblis menjadi peluk

Gemuruh bermain di sela bayang

Mentari memoles gincu di bibir hari

Menikmati belaian angin diatas kapal usang

Sementar takbir sibuk mengais jiwa datang

Manusia manusia lain merias takwa

Manusia lain diam saja

Manusia ini duduk manis menikmati merahnya senja pada ronanya

Yang asik mencumbu riak dalam geliat ombak

Orang orang lain sibuk mencari baik

Menamai ikhlas dengan pahala

Orang yang lain ramai mencari angka dan lupa pada nyata

Orang ini hadir dalam ribuan dosa untuk Kau balur dalam gincu senja

Ini hari begitu sepoi

Manusia manusia lupa menjadi srigala

Iblis iblis lupa menjadi peluk

Pemalang.jawa tengah


Minggu, 25 April 2021

Daftar Penyair Tadarus Puisi III 1440 H / 2019

 1.Firman Wally kelahiran Tahoku, 03 April 1995. Puisi-puisinya sudah termuat di berbagai antologi bersama. Tergabung dalam komunitas "Alenea Baru dan Kintal Sapanggal".


2.Sugeng Joko Utomo, Guru mapel Fisika dan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK TI Riyadul Ulum Cibalong Tasikmalaya. Dan guru mapel Biologi di SMA BoardingSchool Bina Insan Mandiri Bantarkalong Tasikmalaya. Pencetus dan admin grup penulis sastra Kebumen di FB, "Prosa Kita Puisi Kita". Rajin menulis puisi bertema jatuh cinta dan patah hati dan geguritan Jawa Ngapak. Penyair ini telah menerbitkan 200 puisi yang tergabung dalam 2 buku kumpulan puisi. Asal dari Gombong tinggal di Tasikmalaya. Sekarang juga tengah bergiat di Lingkar Sastra Gombong (LISONG)

3.Moh Zaini Ratuloli (zaeniboli)

Tempat tgl lahir: Flores,29-08-1982

No tlp 081380724588

Belajar membaca puisi sejak 1989 ,belajar menulis puisi sejak 2002 biasa menulis dihalaman facebook ,tapi beberapa karyanya juga pernah ikut di Antologi Puisi menolak korupsi (Jilid 2b dan jilid 4),Memandang Bekasi 2015,Sakarepmu 2015,Capruk Soul jilid 2,Antologi Puisi Klukung 2016,Memo Anti Kekerasan terhadap anak,Lumbung Puisi jiid 5 “Rasa Sejati”(antologi) 2017 dan Koran maupun bulletin lokal di Bekasi .sejak 2013 –sekarang tergabung dalam komunitas Sastra Kalimalang(Bekasi) .

Juga aktif bergiat di literasi dan teater.


4.Agustav Triono Lahir di Banyumas, 26 Agustus 1980 Bergiat di Teater Tubuh Purwokerto, Komunitas Teater dan Sastra Perwira (KATASAPA) Purbalingga, komunitas Pena Mas Banyumas, komunitas HTKP Purwokerto dan Majalah ANCAS. Menulis puisi, cerpen, dan naskah drama. Karya-karyanya pernah termuat di beberapa media massa dan dibuku antologi.


5.Agus Mursalin, lahir bukan di bulan Agustus, tahun 1971. Lulus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1998, Koordinator Pendamping Desa Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Bergiat sastra di LISONG (Lingkar Sastra Gombong). Tinggal di Murtirejo Kebumen.

6.Muhammad Lefand, penulis yang lahir di Sumenep Madura dengan nama Muhammad, sekarang tinggal di Ledokombo Jember. Adalah seorang perantauan yang senang menulis puisi. Lulusan MA An-Nawari Seratengah Bluto Sumenep dan Universitas Islam Jember. Naskah puisinya pernah menjadi juara 3 pada Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan PUSKURBUK Kemendikbud. Biografinya dimuat di buku “Enseklopedi Penulis Indonesia” (FAM Publishing: 2014). Sering mengikuti pertemuan sastra baik tingkat nasional maupun Internasional di antaranya: Temu Penyair Asia Tenggara di Cilegon dan Singapura. Antologi puisi tunggalnya yang terbaru berjudul “Jangan Panggil Aku Penyair” (2015) “Khotbah Renungan tak Utuh Jarak dan Jagung”(2016).


7.Pensil Kajoe, lahir di Banyumas, 27 Januari 1983. Beberapa tulisannya baik cerpen atau puisi pernah dimuat di berbagai koran lokal dan regional. Selain itu puisi-puisinya juga sudah dibukukan menjadi 11 antologi tunggal dan 11 antologi bersama. Saat ini laki-laki berkacamat minus ini menjadi penjaga gawang rubric Banyumasan di Majalah berbahasa jawa, Djaka Lodang, Yogyakarta.


Gilang Teguh Pambudi, lahir di Curug Sewu, Kendal, Jawa Tengah. Tetapi sejak usia anak-anak sudah domisili di Sukabumi, Jawa Barat. Lalu setelah meninggalkan bangku mengajar di kelas, sebagai Orang Radio Indonesia pindah ke Bandung, Purwakarta, dan Jakarta. Penyair yang jurnalis radio di LPS PRSSNI Jawa Barat dan beberapa radio ini juga dikenal sebagai narasumber acara Apresiasi Seni dan Apresiasi Sastra di radio-radio. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA/SPG. Puisi-puisinya telah terbit dalam beberapa buku, baik dalam antologi bersama maupun antologi sendiri. Selain aktif sebagai penyelenggara berbagai event seni, juga aktif membina Komunitas Seni Aula Radio, Yayasan Seni Cannadrama, Wisata Sastra, Teater, dan Sanggar Gambar Minggu Anak Berwarna. Putra dari alm. Soetoyo Madyo Saputro yang biasa menyebut dirinya Orang Hutan atau Wong Alas karena bekerja di perkebunan kopi dan cengkeh (Kendal-Sukabumi), dan aktivis dakwah DDII Pusat, Ustajah Hj. Dra. Siti Djalaliyah (Jogja-Jakarta). Ayah dari Nurulita Canna Pambudi (Lita, yang dua kali juara lomba puisi Kuntum Mekar Surat Kabar Pikiran Rakyat) dan Findra Adirama Pambudi (Kevin), buah cintanya dengan Wihelmina Mangkang, wanita Bandung asal Manado. Data diri kepenyairannya juga bisa dibaca dalam buku Apa Dan Siapa Penyair Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia.

9.Anisah, penyair ini lahir 19 Agustus. Pendidikan, SDN Ngrajek, Magelang, MTsN Borobudur, MAN 2 Yogyakarta, IKIP Yogyakarta, UII Yogyakarta. Menulis laporan dan berita di Majalah Rindang(2009 - 2010) menulis puisi di buku antologi Di Titik Nol(2009).


10.Dyah Setyawati (Tegal)


11.Winar Ramelan lahir di Malang 05 Juni, kini tinggal di Denpasar. Menulis kumpulan puisi tunggal dengan judul Narasi Sepasang Kaos Kaki. Puisinya pernah di muat harian Denpost, Bali Post, majalah Wartam, Dinamikanews, Tribun Bali, Pos Bali, konfrontasi.com, Sayap Kata, Dinding Aksara, detakpekanbaru.com. Kompasiana, Flores Sastra, Antologi bersama Palagan, Untuk Jantung Perempuan, Melankolia Surat Kematian, Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta, Tifa Nusantara 3, Puisi Kopi Penyair Dunia, Pengantin Langit 3, Seberkas Cinta, Madah Merdu Kamadhatu, Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata, Progo Temanggung Dalam Puisi, Rasa Sejati Lumbung Puisi, Perempuan Pemburu Cahaya, Mengunyah Geram Seratus Puisi Melawan Korupsi, Jejak Air Mata Dari Sittwe ke Kuala Langsa, Senja Bersastra di Malioboro, Meratus Hutan Hujan Tropis, Ketika Kata Berlipat Makna,Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit.


12.Muhammad Bayu Aji Anwari, penyair dan pengasuh pondok pesantren tinggal di Semarang. Ka. biro teknis di Forum kajian Suluk Cengkir Semarangan. Full timer di YAISNA (Yayasan Islam Nurril Anwar) Semarang. Volounter di Jagong Ndalu Institut. Karyanya banyak dimuat di antologi bersama regional atau pun nasional.


13.Wanto Tirta, Lahir dan besar di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Orang biasa saja, mengalir sampai jauh,... Menulis puisi maupun geguritan.

Menerima penghargaan bidang sastra dari Pemkab Banyumas (2015). Penerima Nomine penghargaan Prasidatama Balai Bahasa Jawa Tengah, sebagai Tokoh Penggiat Bahasa dan Sastra Jawa (2017). Bermain teater dan Kethoprak. Bergiat di Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI), teater Gethek, Paguyuban Kethoprak Kusuma Laras


14.Sarwo Darmono, lahir , Magetan 27 Oktober 1963 Pekerjaan Penyiar Radio. Dikenal sebagai penyair yang menulis geguritan, Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018,Sedekah Puisi Tadarus Puisi 2, Penebar Pustaka


15.Heru Mugiarso, lahir di Purwodadi Grobogan, 2 Juni 1961. Menulis puisi sejak masih duduk di bangku SMP. Karya-karya berupa puisi, esai dan cerpen serta artikel di muat di berbagai media lokal dan nasional. Sekitar hampir tujuh puluhan judul buku memuat karya-karyanya.Penghargaan yang diperoleh adalah Komunitas Sastra Indonesia Award 2003 sebagai penyair terbaik tahun 2003 Namanya tercantum dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017.) Pegiat gerakan sekaligus inisiator Puisi Menolak Korupsi ( 2013 - ). Membacakan karyanya di berbagai kota seperti : Tanjung Pinang, Jakarta, Bandung, Jogyakarta, ,Malang, Tegal, Banyuwangi, Kupang. Aktif sebagai nara sumber acara sastra pada program Bianglala sastra Semarang TV. Juga, Pembina Komunitas Lentera Sastra mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling Unnes.


Siti Khodijah Nasution (Jakarta)

17.Suyitno Ethex, Lahir di Mojokerto, belajar menulis secara otdidak, puisi, cerpen da esainya tersebar di media masa regional dan nasional, mengisi berbagai antologi bersama nasional seperti, Puisi Menolak Korupsi, Lumbug Puisi , Tifa Nusantara , dan lain-lain, Aktif di Dewan Kesenia Mojokerto


18.Syahriannur Khaidir, lahir di Sampit tanggal 26/09/1975 Provinsi Kalimantan Tengah, mengenyam pendidikan terakhir di Universitas Islam Malang, lulus 1999. Menulis puisi baginya merupakan proses pembelajaran secara kontinyu dalam upaya menuangkan ide kreatif dan imajinatif, Di samping menulis, aktivitas sehari-hari sebagai tenaga pengajar di SMKN 1. Karyanya dimuat dalam antologi bersama:- Antologi Puisi Membaca Kartini oleh : Komunitas Joebawi 2016,- Antologi Arus Puisi Sungai oleh : Tuas Media, April 2016,- Antologi Puisi Peduli Hutan oleh : Tuas Media, Agustus 2016,- Antologi Puisi Rasa Sejati oleh : Lumbung Puisi Jilid V 2017 Penebar Media Pustaka - Antologi Puisi Kita Dijajah Lagi oleh : Lumbung Puisi/HMGM/Penebar Media Pustaka 2017, - Antologi Puisi Tadarus Puisi oleh : Lumbung Puisi/ Penebar Media Pustaka 2017,- Antologi Puisi Indonesia Masih ada Bulan yang akan Menyinari oleh : D3M KAIL 2017, - Kumpulan Puisi Mencari Ikan Sampai Papua oleh : Penebar Media Pustaka 2018.


Asro al Murthawy lahir di Temanggung 6 November. Aktif sebagai salah satu pegiat sastra provinsi Jambi, duduk sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Merangin Jambi. Buku puisinya antara lain : Sketsa (Sanggar Tapa, Jambi, 1990); Pasang-pasang (Sanggar Tapa, Jambi, 1991); Lagu Bocah Kubu(Imaji, tanpa tahun); Obsesi Gobang (Imaji,2001); Equalibrium Retak( Imaji, 2007) dan Syahadat Senggama (RKM 2016)). Satu dari belasan cerpennya termuat dalam Dari Kedondong Sampai Tauh (DKJ,1998), Suara Karya, Merdeka Minggu, Swadesi, Simponi dan Majalah Sastra Horison.

20.Suhendi RI, kelahiran Bekasi, 25 September 1986. Penulis iseng yang menyukai ias underground. Puisi-puisinya tergabung dalam beberapa buku antologi juga termuat diberbagai media. PODIUM (2015) kumpulan buku puisi tunggalnya.


21.Cuk Ardi (Indramayu)


22.FAHMI WAHID, lahir di Barabai pada 03 Agustus 1964. Antologi Puisi Tunggalnya: Suara Orang Pedalaman (2016) dan Perjalanan Debu (2018) dan karyanya termaktub dalam antologi bersama. Biodatanya tergabung dalam Apa dan Siapa Penyair Indonesia (ASPI 2017).


23.Rg Bagus Warsono, nama lainnya Agus Warsono lahir di Tegal 29 Agustus 1965. Ia dibesarkan dalam keluarga pendidik yang dekat dengan lingkungan buku dan membaca. Ayahnya bernama Rg Yoesoef Soegiono seorang guru di Tegal, Jawa Tengah. Rg Bagus warsono menikah dengan Rofiah Ross pada bulan Desember 1993. Dari pernikahan itu ia dikaruniai 2 orang anak. Ia mulai sekolah dasarnya di SDN Sindang II Indramayu dan tamat 1979, masuk SMP III Indramayu tamat tahun 1982, melanjutkan di SPGN Indramayu dan tamat 1985. Lalu ia melanjutkan kuliah di D2 UT UPBBJJ Bandung dan tamat tahun 1998, Kemudian kuliah di STAI di Salahuddin Jakarta dan tamat 2014 , pada tahun 2011 tamat S2 di STIA Jakarta. Setelah tamat SPG, Rg Bagus Warsono menjadi guru sekolah dasar, kemudian pada tahun 2004 menjadi kepala sekolah dasar, dan kemudian 2015 pengawas sekolah. Tahun 1992 menjadi koresponden di beberapa media pendidikan seperti Gentra Pramuka, Mingguan Pelajar dan rakyat Post. Pada 1999 mendirikan Himpunan Masyarakat Gemar Membaca di Indramayu. Menjadi anggota PWI Jawa Barat. Rg Bagus Warsomo juga menulis di berbagai surat kabar regional dan nasional seperti PR Edisi Cirebon, Pikiran rakyat, Suara karya dan berbagai majalah pendidikan regional maupun nasional,


23.Fatiha Vidya Islami. lahir di Bangko 27 Mei 2001. Baru saja menyelesaikan pendidikan SMU nya. Berkali-kali memenangkan lomba cipta puisi dan lomba baca puisi FL2SN tingkat Kabupaten Merangin. Tinggal di Bangko Jambi.


25.Yono DL Lahir di Bantul, Jogjakarta 26 Januari. Beberapa puisinya juga tergabung dalam antologi bersama diantaranya: Lacak Kenduri (SSIB 2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015), Pendaras Risau (RKM-SSIB, 2015) serta Memo Anti Terorisme ( Forum Sastra Surakarta, 2016)


26.Abay Viezcanzello. Nama pena dari Ahmad Subairi. Santri PP. Annuqayah Lubangsa dan Siswa SMA 1 Annuqayah asal Matanair Rubaru Sumenep yang menyukai Puisi sejak bergabung di Komunitas Ngaji Puisi. Buku Puisinya : Mengikat Tali Harapan (JSI:2019) . juga termasuk penikmat kopi Kantin Barokah Bersama salah satu sahabatnya yaitu Zen KR Halil.


27.M. Sapto Yuwono, lahir. 49 tahun yang lalu, tinggal.di Muara Bungo, Jambi.


28.Syaiful B. Harun nama lainnya Arie Png Adadua lahir di Palembang,16-06-1967 yang kini berdomisili di Palembang. Berprofesi sebagai salah seorang guru di Ma’had Al Islamiy Aqulu-el Muqoffa. Semasa kuliah telah tertarik pada puisi, terlebih sejak menjuarai “Lomba Cipta Puisi Provinsi Bengkulu”, dalam rangka memperingati Penyair Chairil Anwar pada tahun 1996. Buku yang pernah diterbitkan berupa kumpulan puisi tunggal Nyanyian Cerita Fajar (Palembang, 2004) dan buku teks Apresiasi dan Menulis Puisi (Palembang, 2018), serta beberapa buku antologi puisi, yaitu “Gerhana” Memperingati Peristiwa Gerhana Matahari Total di Sebagian Wilayah Indonesia – Rabu, 9 Maret 2016 (Jakarta, 2016), Celoteh di Bawah Bendera (2018), Nyanyian Sang Bayu (2018), Segenggam Kenangan Masa Lalu (2018), Marhaban ya Ramadhan (2018), Lumbung Puisi VI, Indonesia Lucu (2018), Antologi Puisi Perempuan “Rembulan Bermata Intan” (2018), Musafir Ilmu (2018), Kata Mutiara Pendidikan (2018), Sedekah Puisi (2018), Antologi Puisi Tulisan Tangan – Satria Piningit (2018), Puisi Mblekethek (2018), dan Antologi 6 Penyair Grup ASM “Dari Malam Sunyi Sampai Aku Sudah Tiada” (2019).


Lela Hayati lahir, di Surakarta, 03 Desember 1972 Tinggal di Jl Bojong Koneng 131 Cikutra - Bandung. Lela H adalah hanya perempuan biasa yang menyukai merangkai kata yang ada unsur seni sastranya. Sekarang aktif di beberapa grup sastra di dunia maya.Puisinya disertakan dalam antologi bersama Lumbung Puisi Sastrawan VII .

30.Muhammad Jayadi, lahir di desa Galumbang Kalsel 19 Juli 1986.

Tahun 1990 berpindah bersama orang tua ke Samarinda dan dibesarkan di sana.

Awal mula meminati sastra khususnya puisi ketika SMP berlanjut hingga sekarang. Beberapa kali mengikuti lomba baca puisi antar sekolah dan pernah mendapat juara ke 2 pada lomba baca puisi tingkat SMA sekotamadya Samarinda. Sekarang menetap di Halong kab.Balangan.


31.Sukma Putra Permana, lahir di Jakarta, 3 Februari 1971. Berproses kreatif di Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta. Beberapa buku antologi terbaru yang memuat karya-karyanya, antara lain: Negeri Bahari (2018), Satrio Piningit (2018), dan Mblekethek (2019).


32.Barokah, lahir di Tremas Pacitan 18-08-1954.

Bekerja di PT Telkom sejak th 1974 dan mengajukan pensiun dini th 2002. Antologi puisi tunggalnya Bunga bunga Semak - Pustaka Haikuku 2017. Antologi puisi bersama : Sedekah Puisi - Lumbung Puisi 2018, Satrio Piningit - Lumbung Puisi 2018, Negeri di Atas Awan - Rose book 2018. Penyair ini tinggal di Semarang.


33.Iwan Bonick, Penyair yang sehari-harinya Pedagang barang bekas di kampung Teluk Angsan Bekasi. Menulis di banyak Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, diantaranya antologi tulisan tangan penyair Satrio Piningit, Bersama 8 Penyair menulis antologi Mencari Ikan Sampai Papua 2018, Mbleketek 2019.


34.Zen KR. Halil adalah nama pena dari Zainul Kurama'. Santri PP. Annuqayah Lubangsa asal Batang-batang, Sumenep kelahiran 16 April 2001. Karyanya pernah dimuat di beberapa media seperti : Radar madura, kabar madura, majalah simalaba, tuban jogja, linikini, jejak publisher, takanta.id, nusantaranews.co, kawaca.com, suara merdeka, dll. Menulis puisi sejak bergabung dengan komunitas Persi . Kini juga aktif di beberapa komunitas : ngaji puisi dan RL community.


35.Sri Sunarti,M.Pd.,Lahir di Indramayu, 24 Mei 1965, Alumni Pascasarjana UPI Bandung. Mengikuti antologi bersama : Antologi Puisi Resital dari Negeri Minyak , (Dewan Kesenian Indramayu DKI, 2001), Perempuan di Persimpangan,(DKI,2003),Romantisme Negeri Minyak (DKI-Formasi,2013}, Cimanuk,Ketika Burung-burung Kini Telah Pergi, Antologi Puisi 100 Penyair Nusantara,(Lovz Rinz Publishing, Cirebon,2016), Tadarus Puisi, Penyair Indonesia Modern, Antologi Bersama, (CV Media Pustaka,Yogyakarta,2017) ,Negeriku Terjajah (CV Media Pustaka,Yogyakarta,2017), Menebar Karakter Sampai Papua. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (CV Mediaguru, Surabaya,2017).

Cerita pendeknya terdapat di Maaf Buku Ini Aku Simpan , Kumpulan Cerpen Guru Penulis Sagusabu (Ciayumajakuning,Yayasan Pelita Parahiyangan Goebok Senja Poestaka, Bandung,2018). Antologi Cerpen Matahari Retak di Atas Cimanuk (DKI,2010),

Menulis Karya ilmiah di Kumpulan Karya Ilmiah Riksa Bahasa II, Penyandingan Bangsa melalui Pengajaran Bahasa bagi Penutur Asing (Rizqi Press, Bandung,2010).


36.Riswo Mulyadi, lahir dengan nama Riswo anak seorang petani bernama Mulyadi yang lahir di Banyumas tanggal 06 Juli 1968, mulai aktif menulis puisi tahun 2012.

Beberapa puisinya terhimpun dalam beberapa antologi bersama : Mendaras Cahaya (2014), Jalan Terjal Berliku Menuju-Mu (2014), Nayanyian Kafilah (2014), Memo Untuk Presiden (2014), Metamorfosis (2014). 1000 Haiku Indonesia (2015), Beberapa puisinya dalam bahasa Jawa dialek Banyumasan (geguritan) beberapa kali dimuat di Majalah Ancas Banyumas. Kini tinggal di Desa Cihonje Kecamatan Gumelar, pinggiran Barat kabupaten Banyumas Jawa Tengah.


37.Kaliktus Ure Maran, lahir di bumi lamaholot (Flores Timur), Waiklibang 17 Februari 1999, saat ini kuliah di IKTL Waibalun semester II.


38.Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Alumni Fakultas Sastra Unej. Karya-karya tersebar di beberapa media massa. Antologi puisi bersama antara lain: Requiem Buat Gaza (Gempita Biostory, Medan, 2013), Ziarah Batin (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Cinta Rindu dan Kematian (Coretan Dinding Kita, Jakarta, 2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi Menolak Korupsi 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015), Kata Cookies pada Musim (Rumah Budaya Kalimasada Blitar, 2015), Merupa Tanah di Ujung Timur Jawa (Universitas Jember, Jember, 2015), Kalimantan Rinduku yang Abadi (Disbudparpora Kota Banjarbaru-Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2015), Lumbung Puisi IV: Margasatwa Indonesia (2016), Memo Anti Kekerasan terhadap Anak (Forum Sastra Surakarta, 2016), Ije Jela Tifa Nusantara 3 (2016), Requiem Tiada Henti (Dema IAIN Purwokerto, 2017), Negeri Awan (DNP 7, 2017), Lumbung Puisi V: Rasa Sejati (2017), PMK 6 (2017), Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata (2017), Menderas Sampai Siak (2017), Timur Jawa: Balada Tanah Takat (2017), Hikayat Secangkir Robusta (Krakatau Awards 2017), Perjalanan Sunyi (Jurnal Poetry Prairie 2017), Negeri Bahari (DNP 8, 2018), Lumbung Puisi VI:Indonesia Lucu (2018), Kepada Toean Dekker (2018).. Aktivitas sekarang sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember.


39.Arya Setra, penyair sekaliguis seniman ini telah menulis di beberapa antologi bersama nasional dan tingal di Pasar Seni Jakarta. Puisi–puisinya terdokumenytasi dalam Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia. Menulis di antologi Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit 2018, Mblekethek 2019.

40.Mim A. Mursyid, santri pecinta seni kelahiran Pulau Sapudi, Sumenep. Menulis Puisi sejak 2014, karyanya ada di beberapa media. Bergiat di Komunitas Dhamar, Lingkar Puisi Taneyan Lanjheng, Sanggar Wiro Sapudi, PERSI dan Komunitas Ngaji Puisi.


41.Supianoor, dilahirkan di Kusan Hulu, Kab. Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Mengenyam pendidikan SD dan SMP di tanah kelahiran, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri Pagatan, Kec. Kusan Hilir. Dalam Perjalanan Hidup, pernah mengajar di berbagai sekolah, baik negeri maupun swasta. Mulai mengabdi sebagai PNS pada tahun 2013. Sekarang dipercaya sebagai Kepala SMPN 4 Kusan Hulu, Kab. Tanah Bumbu. Puisinya terdapat dalam Antologi bersama Buitenzorg, Bogor Dalam Puisi Penyair Indonesia.

Tadarus Puisi V 1442h /2021 , 31-39

 31.Arya Setra

MURKAMU...KASIHMU

Menunggu Cinta

Menanti kasih

Berharap pada mentari yang selalu mengasihi dan tak pernah ingkar janji.


Ketulusan angin

Kejujuran bumi dan rendah hatinya air yg selalu bisa beradaftasi

mengisi celah kosong dalam lembah sampai alur ter bawah.


Setiap langkah yang penuh dengan harap akan diri

Berusaha mengikuti jejak jejak pudar dan samar

Namun semerbak wanginya menusuk  sampai ke ulu hati.


Betapa besar cinta kasihmu

Api....Air.... Angin... dan Tanah

Namun kami sering lupa

Sehingga engkau murka untuk menyadarkan kami atas kealfaan diri.....


Keangkuhan kesombongan

Ke Aku-an

Yang menutupi nurani 

Untuk menjamah kelestarian dan keindahan bumi

MurkaMU ... adalah KasihMU

Jakarta, 24 April 2021


32.Yus Harris

Ramadhan Bukan Toko Busana

Ramadhan bukan toko busana yang setiap tahun dipadati pembeli baju dan celana. Orang berpuasa menahan lapar tapi tak sanggup menahan dahaga untuk berbelanja. Memborong baju model terbaru meski harga setinggi tiang lampu.


Di etalase toko 

manekin-manekin berwajah kelabu tak tahu diri

berpose layaknya peragawati

Menawarkan harga diri 

berbaju bergaya gamis nan sexi


Tak kau lihatkah di luar etalase kaca

bocah-bocah korban bencana kelaparan dan bertelanjang dada

Mereka bukan manekin seperti yang terpajang di toko busana

Bukan pula tontonan topeng monyet yang dipermainkan layaknya hewan melata


Apakah ini roti pahit

Sebagai santapan saat berbuka puasa

Yang kau tawarkan gratisan di tepi-tepi jalan

Mereka menerima pahitnya dan kalian y…



Yus Harris


Ramadhan Di tengah Bencana


Sebuah kampung nampak seperti gadis berwajah murung

Sungainya mengalirkan air mata 

Bukit dan gunungnya memuntahkan raungnya.

Lahan yang dulu sesubur mbakyu penjual bubur 

sekarang jadi lahan tanah kubur

Tak ada bunyi kentongan saur.

Mengapa Ramadhan tahun ini mesti diiringi bencana yang sepi dari belasungkawa.


Semenjak kampung jauh itu digulung longsoran gunung 

Malam pekat bagai ampas kopi mencekam digerogoti sepi

Di corong masjid tak ada tadarus, hanya ada ratap tangis yang tak kunjung putus

Hiruk pikuk lelaki dan perempuan melantunkan tahlil bagi anak cucu dan leluhur yang telah terkubur


Sungguh Ramadhan tahun ini tak sempurna jika berpuasa cuma menahan lapar dan dahaga

Masih adakah belasungkawa dan empati 

Bukan hanya hiasan lipstik dan iklan berjalan di televisi hitam putih 14 inci.

 2021

YUSTINUS HARRIS atau Yusharris tinggal di Jombang Jawa Timur, lahir di Surabaya tgl.14 April 1968 . Bergiat di Terminal sastra Mojokerto dan Sela Sastra Boenga Ketjil Jombang. Pernah menjadi dewan juri baca puisi tk SD/ MI Se Kab Jombang yg diadakan Dinas Perpus kab.Jombang th 2019. Buku puisi tunggalnya ;Bulan merindukan Anak ikan, selendang bianglala, mengenang teman kantor, Surga KW1, Surga KW2. Cintaku di atas perahu,

33.Hari Yono

Maafkan Kami Tuhan

 

Kalau dulu kami bermunajad kepadaMu

Meminta tanpa ada jeda

Mencari di mana letak kami yang keliru

Menapaki dalam lingkaran taubat

 

Namun, sering kami lupa

Berbicara yang tak seharusnya

Memakan daging saudara layaknya kambing

Mencecar pada upaya pengerdilan pribadi

 

Jauh dari itikad Ilahi

Menjambak segala nurani kekeliruan

Berteman dengan dosa

Menambah jeratan kerusakan atma

 

Maafkan kami Tuhan

Atas segala khilaf ini

Memecahkan sendimen diksi positif

Tanpa menatanya jadi bait kebaikan

 

Kami sadari kami lupa

Akan goresan kebaikanMu

Menambah daftar gelap dalam harsa

Tanpa peduli uluran tanganmu menjamah selalu

Blitar, 24 April 2021

 

Hari yono. Beralamatkan di Kabupaten Blitar. Pekerjaaan sebagai pedagang. Bermain dalam facebook akun ary shikamaru, bernomokan ponsel 085645708216. Semoga kau terhibur.


34. Hendra Sukmawan


SURAT CINTA DARI LANGIT

 

aku kian lupa jika waktu

terus berjalan tanpa jeda

 

aku sering lupa jika malam

dan siang terus saling berganti

 

meski doa-doa sering dipanjatkan

tak membuatku kian peka

 

: disapa gempa,

ditegur amuk gunung yang letus,

diingatkan hutan yang terbakar (atau entah dibakar),

dikutuk laut yang sering melabrak daratan,

lalu banjir dan kekeringan

mencibir

sebab aku tak mau berpikir

 

“dzaharal fasadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aidinnaasi”

 

aku bercermin di riak gelombang

 

rasanya aku malu terus mengadu

sementara tangan serakah ini terus menjadi musabab penghancur

keseimbangan semesta

 

duhai jiwa, haruskah kuwariskan kelupaan ini

pada anak-anakku nanti?

Garut, 23 April 2021

 

 

Hendra Sukmawan. Lahir di Garut, Jawa Barat. Sempat kuliah di Institute of Arabic and Islamic Studies Al-Imarat Bandung. Lulus kuliah di STAI SABILI Bandung. Pendiri KTT (Komunitas Teater Tandatanya) dan inisiator bedirinya Rumah Budaya Sunda Galuh Pakuan.


35. Sulistyo


LEBARAN DALAM INTAIAN PANDEMI


Lebaran datang 

apa yang terhidang di meja makan?

segelas air mata

sepiring rasa lapar

opor ayam hanya cerita masa silam

tak ada irisan empal menemani sarapan

sayur ketupat hanya mampir dalam kenangan

kisah pandemi sudah cukup mengenyangkan perut-perut kami


Lebaran datang

hati dag dig dug bergantian dengan suara bedug

kekhawatiran dan kegelisahan mengunyah kami saban hari

wajah-wajah sembunyi dari intaian pandemi


Gema takbir seperti isyarat kematian 

ajal bagai menanti di pintu-pintu rumah 

nyanyian bocah menghilang dari keriuhan

kembang api menguncup redup

petasan terdiam bungkam


Gema takbir menyayat dari kejauhan

mengiris kepongahan 

memaksa air mata menyesali kedurhakaan dan dosa 

sekian lama terlena 

sekian lama terlupa


Lebaran datang bersama pandemi 

nengabarkan janji

meninabobokan nyawa-nyawa kami

Jakarta, 21.05.2020


AKU TAK PERNAH MELUPAKAN-MU


Apakah hari ini aku melupakan-Mu, Tuhan? 

tidak! 

aku tak pernah melupakan-Mu

saat aku sibuk mencumbu bidadari di lokalisasi, aku justru ingat Engkau

saat aku asyik ngibing di kafe pinggir rel sambil menenggak topi miring, sedikipun aku tak melupakan Engkau

saat rupiah hasil nyolong duit kantor mengalir deras mengisi dompetku, berkali-kali aku berterima kasih kepada-Mu


Aku selalu mengingat-Mu

  sepanjang tarikan nafasku

  sebanyak hembusan nafasku

  dalam maksiatku

  dalam kebejatanku


Bahkan ketika istriku melempar kursi ruang tamu ke wajahku, aku teriak menyebut nama-Mu


Aku selalu mengingat nama-Mu, di manapun kakiku menuju

tapi Tuhan, ada satu yang kulupa

aku tak tahu lagi jalan menuju rumah-Mu 

Jakarta, 24 april 2021

*Topi miring adalah merk minuman beralkohol/ minuman keras.

Sulistyo, Lahir 11 September di Kudus. Tinggal di Jakarta. Menyukai sastra dan semua yang berkaitan dengan seni. Berprofesi sebagai Disc Joekey.


36. Herry Lamongan


PERKENANKAN KIRANYA

 

Mohon kiranya maafMu, Gusti

Nyata sekali

Kami tak cermat mewiridkan rasa terima kasih

Atas anugerah iman, usia serta

berkah ilmu dan kehidupan

Kami selalu bersombong diri

setiap kali hadir dalam masarakat bumi

Manusia

Tumbuhan

Margasatwa

Dan alam raya.

Mohon kiranya maafMu, Gusti

Atas tingkah laku kami

semena-mena melayani alam dan budaya selama ini.

Lantas ketika semua umur beringsut tak seimbang

Air

Tanah

Udara

Api

Tertatih sempoyongan merampungkan waktu

Barulah kami hiruk pikuk melawan alpa

Riuh rendah mengeluh bersama

Sesambat menyalahkan seluruh akibat khianat diri terhadap cuaca.

Duh, Gusti cahaya agung semesta

karenaMu kami tiada, ada, kemudian tiada

Jalan puisi membenturkan kendi persulangan, selugut ingatan

menegur sesat kiblat kami

Maka sebisa-bisa kami memohon maaf yang sungguh

Akan arang kranjang luka sejarah yang sudah kami perbuat.

Perkenankan kiranya.

24.04.2021

Herry Lamongan


POHON AKING

Dari tangan

Jejak zaman

Melahirkan banjir

Memojokkan garing

Pohon-pohon aking

Lantas luasan tanah

Membiar lembah bukit luruh

Bumi  terlunta diam merana

Tangan kami telah lama rontok

Bersama daun-daun

Kepada hutan yang sendiri

Burung-burung pulang

Ke sarang tanpa musim semi

Kepada tangan

Kami hanya membilang umur

Kemudian tidur dalam puisi

24.04.2021

 

Herry Lamongan, nama aslinya Djuhaeri. Lahir di Bondowoso, 8 Mei. Mulai bersajak dengan serius tahun 1983, dalam  ersam Indonesia dan Jawa. Karya puisinya pernah dimuat berbagai media cetak pusat dan daerah. Terhimpun dalam lebih dari 50 antologi puisi  ersama. Terkumpul pula dalam antologi tunggal Lambaian Muara (1989), Gunem Suwung (2004), Latar Ngarep (2008), Surat Hening (cetakan ke-2 2020), Rahasia Hujan (puisi anak 2020), dan Berbalas Pantun (2020). 

37. Raeditya Andung Susanto


RIUH

 

Malam telah ditutup, pintu rumah

Sedang dibuka untuk gemuruh pulang.

 

Marah, kecewa, kesepian dan putus asa

Semuanya sempat menyanyikan sebuah tembang

Dan berpelukan denganku.

 

Tuan Tuhan datang berkunjung, mengetuk

Sajadah yang sudah digelar sejak riuh

Menggelegar.

 

Selamat datang, terima kasih

Sudah mampir di tubuhku yang compang

Camping dan sendu, kataku.

Cikarang, 2021

NYALA

Tuhan yang Budiman

 

Kamarku gelap gulita

Malam ini bulan tidak datang

 

Sepi

Gigil

Angin berdesir

 

Aku kehilangan nomormu dalam

Lima waktu. Pertemukan aku dengan

Banyak nyala

Dekatkan aku pada cahaya

Cikarang, 2021

Raeditya Andung Susanto, penyair kelahiran Bumiayu Brebes. Anggota Bumiayu Creative City Forum (BCCF). Penulis Puisi Anak Balai Bahasa Jawa Tengan dan Kemdikbud, Konferensi Penyair Dunia (KONPEN) di Malaysia, Kemah Sastra Nusantara 2018. Buku pertamanya berjudul, Sorai (FAM Publishing, 2019)

 

38. Dyah Nkusuma


DARI MANA ASAP?


Demo marak menghias berita di media massa

Berbondong-bondong orang menuju pusat kota

Kebijakan dipertanyakan?

Oknum memanfaatkan keadaan?

Peserta demo bayaran yang butuh pendapatan?

Ceteknya penalaran, mudahnya tersulut, ribut tak tahu yang diributkan?

Atau uforia, seiring viral jadi dambaan?


Dari mana muasal keadaan?

Pengambil keputusan lupa bawa nurani?

Birokrasi yang konon dipangkas, penyederhanaan regulasi

Nyatanya, pada pelayanan satu pintu, tak kenal, mengantre dulu

Sahabat, kerabat, baju licin berdasi, sepatu kilap bergegas dihampiri

Santun bersambut sepenuh hati

Apalah arti janji-janji, rupanya angin lewat semata, ih..., cuma mimpi


Pandemi kembangkan empati?

Lupa, makin asyik sendiri

Pikirkan stok kecukupan kebutuhan berjangka

Gerbang-gerbang semakin rapat terkunci

Si papa sibuk memikirkan hidup esok hari

Jangan heran mengendap, melompat sekedar sekerat roti

Berkeruman tak hirau prokes, mengais rezeki, tanpa pikir apa 'kan terjadi


Bantuan langsung tunai dikucurkan

Terlupa pula bagaimana memutar dan bertahan

Habis sesaat dibelanjakan

Budaya menadah  yang memalukan

Memanjakan yang melenakan

Kaillah diperlukan, bukan ikan sekali telan


Asap tak mungkin membumbung gelap

Bila tiada api yang jadi penyebab

Akan selalu ada tanya yang harus terjawab

Bukan melulu lupa, lupa, dan lupa hingga berlaksa akibat

Tobat tobat dan tobat, esok kumat

Asap, asap, asap, mengangkasa semakin gelap

Sampit, 25 04 2021


Dyah Nkusuma, terlahir pada 17 Mei 1975, dengan nama Dyah Nur Kusumawati. 

Ibu rumahtangga, istri purnawira perwira polisi, mengelola Rumah Jahit Kin dan Sudut Baca Kin.

Domisili Sampit Kalimantan Tengah. Hobby menulis dan berpuisi sejak sekolah. Menulis di laman gawai sejak Oktober 2019.  Ada beberapa antologi bersama kawan kawan. 


39. Wyaz Ibn Sinentang


SAUM DI TANAH BANUA


Sahur sahur sahur

mata terkatup impi berbunga

waktu bergulir di tengah persimpangan

antara rindu yang menahun

 

Sejuk mendekap manja

selimut enggan bergeser

mata setengah terpejam

rindu padamu terus menggeliat

 

Sahur sahur sahur

sepi mendulang detik berlalu

di tanah banua berbalut peluh

rindu padamu menggebu lintasi waktu terbenam

 

Banjarbaru,  14 April 2021

 

SADRAH

 

Tetes embun lekat

Aroma cemas rajut waktu

Hampa menatap

 

Langkah kita ada batasnya

Sinyal kehidupan mulai menepi

Bumi Ale-Ale,  25 April 2021

 WYAZ (Wahyudi Abdurrahman Zaenal) IBN SINENTANG lahir di kota Pontianak tanggal 24 April 1966. Karyanya pernah dimuat di beberapa media lokal, nasional/luar pulau, negeri jiran, baik cetak maupun online. Karyanya juga terangkum dalam beberapa antologi dan cerpen bersama; IJE JELA (DKK Batola, 2016), RINDU RENDRA (2019), DANDANI LUKA-LUKA TANAH AIR ( Numera, 2020), dll. Antologi puisi tunggalnya, antara lain; BERSAMA HUJAN (2011), HIJRAH (2012), NYANYIAN LILIN PUTIH (2012), PERJALANAN SAJAK BULAN KOSONG (2013), REKAH CAMELIA DI LANGIT DESEMBER (2014), TIGA IBU (2016), SANG PENYAJAK (2021). Kumpulan cerpen tunggalnya PUING (2014). Menetap di kota Ketapang (Kalimantan Barat),




Sabtu, 24 April 2021

Daftar Penyair Antologi Tadarus Puisi IV 1441 H

 Penyair :


1.Anisah, (Magelang)

2.Rosmita, (Jambi)

3.Ali Syamsudin Arsi, (Banjarbaru)

4.Sujudi Akbar Pamungkas

5.Sulistyo (Jakarta)

6.Witanul Bulkis, (Tanah Bumbu)

7.Silivester Kiik, (Atambua)

8.Hasani Hamzah (Sumenep)

9.Arya Setra, (Jakarta)

10.Gilang Teguh Pambudi, (Jakarta)

11Vien Rumailay. (Masohi)

12.Indri Yuswandari, (Kendal)

13.Sarwo Darmono, (Lumajang)

14.Abdil Arif (Bondowoso)

15.Yoe Irawan (Sukabumi)

16.Supiannor , (Tanah Bumbu) 

17.Rg Bagus Warsono, (Indramayu)

18.Jayadi, (Balangan)

19.Sutarso, (Sorong)

20.Rofiah Ross,(Indramayu)

21.Heru Mugiarso, (Semarang) 

22.Erna Kasale , (Walakone)

23.M. Johansyah –(Tanah Bumbu)

24.Roymon Lemosol (Ambon)

25.Fahmi Wahid,(Balangan)

26.Andi Jamaluddin, (Tanah Bumbu)

27.Zaeni Boli, (Flores)

28.Sudarmono (Bekasi)

29.Kotagu Hayatudin, (Majalengka)

30.Muhammad Levan (Jember)

31.Nok Ir, (Sumenep)

32.Aditya Majong, (Depok)

33.Muhammad Rizky Ad'ha, (Tanah Bumbu)

34.Tri Astoto Kodarie:, (Parepare)

35.Sutarno Sk, Jam-00, (Jakarta)

36.Raden Rita Maimunah, (Padang)

37,Nani Tandjung, (Jakarta)

38.Roro Sundari, (Semarang)

39.Hendra Sukmawan, (Garut)

40.Ahmad Kohawan, (Bacukiki)

41.Ismail Fathar Makka,(Kendari)

42.Maya Ofifa Kristianti (Semarang)

43.Kurliyadi, (Cirebon)

44.Sami’an Adib, (Jember)

45.Sukardi Wahyudi,(Samarinda)

46.Is Mugiyarti, (Sragen)

47.Khoirul Mujib, (Mojokerto)

48. Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi, (Bireuen)

49.Sih Utami, (Sidoarjo)

50.Asro Al Murthawy, (Merangin)

51.Sumrahadi, (Jakarta)

52.Agus Pramono.(Mojokerto)

53.Annis M Tarom, 

54.Susilo B. Utomo, (Bandung)

55.Wadie Maharief, (Jogyakarta)

56.Anisah Effendi, (Cirebon)

57.Sugeng Joko Utomo, (Tasikmalaya)

58. Tabaheriyanto, (Bengkulu)

59.Elly Azizah, (Bengkulu)

60.Riswo Mulyadi (Banyumas)

61.Siti Khodijah Nasution (Jakarta)

62. Oka Miharzha.S, (Tanah Bumbu)

63. Asih Minanti Rahayu

64.Erena Marsiana, (Tanah Bumbu)

65.Sukma Putra Permana , (Bantul)

66.Azizah Rif, (Kudus)

67.Dwi Wahyu Candra Dewi (Blora)

68.Salimi Ahmad,(Jakarta)

69.Barokah Nawawi, (Semarang)

70-Wyaz Ibn Sinentang, (Pontianak)

71,Meinar Safari Yani, (Klaten)    

72.Indri Yuswandari


Kesempatan

73.Azka Shadam, (Pati)

74.BChalim Puspita (Magelang)

75.Asep Muhlis (Serang)

76/Agustav Triono (Purbalinga)


Daftar Penyair Antologi Puisi Internasional

 Antologi Puisi Internasional

oleh

Penyair Indonesia dan Luar Negeri


Penyair: 


1. Matthew Isaac Cohen (USA), 

2.Brett Sense Elliot (Australia) , 

3.Vittoria (German) 

4. Candi (USA)

5. Naning Scheid (Belgia)

6.Iwan Gunawan, (Thailand)

7.Chayada Binsaven Nickname Sunbeia, (Thailand) 

8.Red Joan (Dwi Retno Asih) (Kualalumpur) 

9.Anggoro Suprapto, (Semarang)

10.Buanergis Muryono, (Buleleng)

11.Heru Mugiarso, (Semarang)

12.Brigita Neny Anggraeni, (Semarang)

13.Wahyu Toveng, (Jakarta)

14.Sugeng Joko Utomo , (Tasikmalaya)

15.Moh Zaini Ratuloli, (Flores)

16.Gilang Teguh Pambudi, (Jakarta)

17.Fahmi Wahid, (Hulu Sungai Tengah)

18.Muchis Darma Putra , (Banyuwangi)

19.Roymon Lemosol, (Ambon)

20.Mim A Mursyid, (Sumenep)

21.Teguh Prayitno, (Kepulauan Riau)

22.Wardjito Soeharso, (Semarang) 

23.Aloeth Pathi , (Pati)

24.Suyitno  Ethex, (Mojokerto)

25.Sumrahadi ( Munadi Oke ),

26.Dwi Wahyu Candra Dewi, (Blora)

27.Lianna Putri Sri Musniawati, (Semarang)

28.Sami’an Adib, (Jember)

29.Sujudi Akbar Pamungkas, (Kotawaringin Timur)

30.Anisah, (Magelang)

31.Carmad, (Indramayu)

32.Buana KS,

33.Muhammad Levand, (Jember)

34.Hazani Hamzah, (Sumenep) 

35.Pensil Kajoe, (Jogyakarta)

36.Eno El Fadjeri, (Jakarta)

37.Barokah Nawawi, (Semarang) 

38.Agus Mursalin, (Kebumen)

39.Indri Yuswandari, (Kendal)

40.Seruni Unie,( Solo)

41.Sri Sunarti,( Indramayu)

42.Muhammad Jayadi, (Balangan )

43.Sarwo Darmono, (Lumajang)

44.Ira  Suyitno, (Mojokerto)

45.Arya Setra, (Jakarta)

46.Yoe Irawan, (Sukabumi)

47.Dewa Putu Sahadewa,( Kupang)

48.Risen Sambaulu, (Minahasa) 

49.Nok Ir, (Sumenep)

50.Wanto Tirta , (Banyumas)

51.Suhendi RI, (Bekasi)

52.Asro al Murthawy, (Merangin)

53.Herisanto Boaz, (Bandung)

54.Dyah Setyawati, (Tegal)

55.Sanur Keziandari , (Bandung)

56.Rut Retno Astuti, (Bandung)

57.Profijesarino Ubud, (Bandung)

58.Azti Kintamani , (Bandung)

59.Marlin Dinamikanto, (Jakarta)

60.Agustav Triono, (Purbalingga)

61.Sri Budiyanti, (Semarang) 

62.Dede Rostiana, (Tasikmalaya)

63.Cak Sudi, (Bekasi)

64.Toni Kahar, (Sumenep)

65.Syahriannur Khaidir, (Sampang)

66.Sukma Putra Permana (Bantul)

67.Iwan Bonick, (Bekasi )

68.Emby Bharezhy Boleng Metha 

69.Alhendra Dy, (Meragin Jambi)

70.Meita (NN)

71.Sudarmono, (Bekasi)

72.M Dhaun El Firdaus , (Kebumen) 

73.Rg Bagus Warsono, (Indramayu) 


Daftar Penyair Antologi Wong Kenthir

 Penyair :


Antologi Puisi Gila Penyair Indonesia

Lumbung Puisi sastrawan Indonesia

2020


1.Agustav Triono (Purbalingga)

2. Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru)

3.Aloeth Pathi (pati)

4.Anisah (Magelang)

5.Asep Muhlis (Banjar, Ciamis)

6. Asep Syahril Fajri (Cilegon)

7.Asro al Murthawy (Merangin Jambi)

8.Bunga Awanglong (Jogyakarta)

9.Diah Setyawati (Tegal)

10.Dwi Wahyu Candra Dewi (Semarang)

11.Emby B. Metha (Flores Timur)

12.Elliyas Zulkifli (Merangin Jambi)

13.Eri Syofratmin (Muara Bungo)

14.Evita Erasari (Lampung)

15.Fensiadi Giliyang

16.Gilang Teguh Pambudi (Jakarta)

17.Hadi Lempe (Pekalongan)

17.Harkoni Madura (Surabaya)

18.Heru Patria (Blitar)

19.Indri Yuswandari (Kendal)

20.Irna Ernawati (Indramayu)

21.Junaidi (Pati)

22.Marlin Dinamikanto (Jakarta)

23.Muhammad (Karawang)

24.Muhammad Lefand (Jember)

25.Munadi Oke

26.Naning Scheid (Brusel)

27.Osratus/Sutarso (Sorong)

28.Raden Rita Maimunah (Padang)

29.Ramadhan Abdullah (Candu)

30.Rg Bagus warsono (Indramayu)

31.Riswo Mulyadi (Banyumas)

32.Ryan /Arya Arizona

33.Samian Adib (Jember)

34.Sarwo Darmono (Lumajang)

35.Siti Khodijah Nasution (Jakarta)

36.Sudarmono 

37.Sugeng Joko Utomo

38.Sukma Putra Permana (Bantul)

39.Suneni (Indramayu)

40.Wadie Maharief (Jogyakarta)

41.Wardjito Soeharso (Semarang)

42.Zaeni Boli, (Flores)



Daftar Penyair Antologi Gembok

 Antologi Puisi Gembpk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia IX 2021 

Penyair Indonesia


Penulis :


Penyair Indonesia 


1/1.A. Zainuddin Kr (Pekalongan)

2/2. Alifah NH (Mojokerto)

3/3. Ade Irman Saepul (Cianjur)

4/4. Aditya Mahdi Farsya/ Aditya Majong (Depok)

5/5. Agus Mursalin (Kebumen) 

6/6. Agus Sighro Budiono (Bojonegoro)

7/7. Aisyah Rauf (Bulukumba)

8/8. Alfiah S Putra (Bekasi)

9/9. Amal Bin Mustofa (Bogor)_

10/10. Anisah (Magelang)

11/11. Anis Muchtarom (Mojokerto)

12/12. Ardhi Ridwansyah (Jakarta)

13/13. Arnita (Bandung)

14/14. Arya Setra (Jakarta)

15/15. Asro Al Murthawy (Merangin)

16/16. Aloeth Pathi (Pati)

17/17. Asih Minanti Rahayu,(Cilacap)

18/18. Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi ( Bireuen)

19/19. Alfiah S Putra (Bekasi)

20/20. Aloysius Slamet Widodo (Jakarta)

21/21. Aku Polma Chaniago (Batam)

22/22. Arya Arizona (Pekalongan)

23/23. Ayu Siti (Pelaihari)

24/24.  Atek Muslik hati (Lombok) 

25/25. Apri Medianingsih (Way Kanan)

26/26. Ary Toekan (Adanora, Flores Timur)

27/27. Asep Khairul Akbar (Tanah Datar Sumbar)

28/28. Ahmad Zainuddin Ujung (Dairi)

29/1. Barlean Aji (Jember)

30/2. Buana KS (Bungo, Jambi)

31/3. Budi Riyoko (Banyuasin)

32/4. Buya Al Banjari (Martapura)

33/5. Beti Novianti (Mukomuko)

34/6. Bijuri (Pinanggian)

35/7. Brigita Neni Anggraeni (Blora)

36/1. Chanchan Parase (Batam)

37/2. Che Aldo Kelana (Atambua)

38/1. Dedari Rsia (Kupang)

39/2. Dyah Nkusuma (Wonosobo)

40/3. Dedi Wahyudi (Karimun Kep.Riau)

41/4. Dalle Dalminto (Bantul)

42/5. Dwi Anggraini Mujiman (Medan)

43/6. Dwi wahyu Candra Dewi (Blora)

44/1. Edison P. Malau (Dairi, Sumut)

45/2. Eko Windarto (Malang)

46/3. Ence Sumirat (Cianjur)

47/4. Evita Erasari (Semarang) 

48/1. Funky Zubair Affandy (Sampang)

49/1. Gambuh R. Basedo (Rembang)

50/2. Gampang Prawoto (Bojonegoro)

51/3. Gilang Teguh Pambudi (Jakarta)

52/1. Hapsah Sengaji (Larantuka)

53/2. Hasani Hamzah (Sumenep)

54/3. Hendri Amin Raja Cinta (Muaro Bungo)

55/4. Hendra Sukmawan (Garut)

56/5. Hendro Suryosastro (Jogyakarta)

57/6. Herman Suryadi (Bengkulu)

58/7. Heru Patria (Blitar)

59/8. Herry Trunajaya (Balikpapan)

60/1. Ignas N. Hayon (Tambaloka Sumba Barat Daya) 

61/2. I Made Suantha (Denpasar)

62/3. Irawati (Agam)

63/4. Irwansyah (Bogor)

64/5. Istikomah (Magelang)

65/6. Indri Yuswandari (Kendal)

66/7. Isnaeni HS (Pamekasan)

67/8. Is Mugiarti (Sragen)

68/9. Indra Anwar (Maros Sulawesi Selatan)

69/10. Iwan Bonick (Bekasi)

70/1. Jenika Widiya (Bekasi)

71/2. Julianti Julianti (Tangerang)

72/1. Kasdi Kelanis (Sragen)

73/2. Khalidah Ali Z (Martapura)

74/3. Khalid Alrasyid (Mojokerto)

75/4. Khoirul Mujib (Mojokerto)

76/5. Krislam Yusuf (Ponorogo)

77/1. Lebe Penyair /Agus Tarjono (Brebes)

78/2. Lis Erviana Ramlan (Deli Tua, Sumut)

79/1. M Tauhed Supratman (Pamekasan)

80/2. M Johansyah (Tanah Bumbu)

81/3. Marshelina (Samarinda)

82/4. Marthen Luther Reasoa (Ambon)

83/5. Meri Anggraini Abdul Manan (Padang)

84/6. Moh Shadam Taqiyyuddin Azka

85/7. Mohammad Saroni (Mojokerto) 

86/8. Muhammad Abdul latif (Kendal)

87/9. Muhammad Lefand (Jember)

88/10. Muhammad Malindo (Watimaha NTT)

89/11. Muhammad Jayadi  (Balangan)

90/12. Mani Selesue (Maluku Tengah)

91/13. Marlin Dinamikanto (Jakarta)

92/14. Moehammad Abdoe (Malang)

93/15. Mohammad Saroni (Mojokerto)

94/16. Muhammad Syaeful Anam (Ciamis)

95/17. Mimi Marvill, (Temanggung)

96/18. Mustiar Ar (Meulaboh)

97/10. Masyono Bunergis Muryono (Bali)

98/11. Muhammad Lutfi

99/12. Nabilah Nur Nasyirah (Tanjung Radeb)

100/1. Naning Scheid (Brussel)

101/2. Nia Rohania (Cianjur)

102/3. Nok Ir (Sumenep)

103/4. Nurhayati (Bekasi) 

104/5. Nur Khofifah (Banyuwangi)

105/1. Odi Shalahuddin (Sleman)

106/ 2. Oka Miharza S (Tanah Laut) 

107/3. Osratus (Sorong)

108/1.  Pensil Kajoe (Banyumas)

109/2. Petrus Nandi (Maumere)

110/3. Putri Bungsu (karannganyar)

111/4. Prayit. Sp (Pekalongan)

112/5. Pri Gurit (Pekalongan)

113/1. Q Alsungkawa (Lampung Barat)

114/1. R. Budiman (Garut)

115/2. Raden Rita Maimunah (Padang)

116/3. Rakai Lukman (Gresik)

117/4. Rasuna (Hulu Sungai Selatan)

118/5. Rissa Churria (Bekasi)

119/6. Ria Mi (Malang)

120/7. Rina Yuliana (Lombok)

121/8. Raden Mas Soedarmono (Bekasi)

122/9. Rai Sri Artini (Denpasar)

123/10. Rita Orbaningrim (Magetan)

124/11. Rosmita ,S.Pd (Jambi)

125/12. Rohani Athala (Aceh Barat Daya)

126/13. Rasif Arisa (Jambi)

127/1. S Suratman Suras (Cilacap)

128/2. Shah Kalana Alhaji (Samarinda)

129/3. Sami’an Adib (Jember)

130/4. Sarwo Darmono (Lumajang)

131/5. Silivester Kiik (Atambua)

132/6. Siti Ratna Sari ( Berau)

133/7. Siti Subaida (Sumenep)

134/8. Siti Rukayah (Tanah Laut)

135/9. Selly Gunawi Ayu (Bandung)

136/10. Sugeng Joko Utomo (Tasikmalaya)

137/11. Soekardi Wahyudi (Kutai Kartanegara)

138/12. Selamat Said Sanib (Samarinda)

139/13. Sumrahadi/Munadi Oke (Jakarta)

140/14. Sri Asih (Pasuruan)

141/15. Sri Gumilang (Depok)

142/16. Sukma Putra Permana (Bantul)

143/17. Sulistyo (Jakarta)

144/18. Suneni (Indramayu)

145/19. Supianoor (Tanah Bumbu)

146/20. Surasono Rashar (Mojokerto)

147/21. Syahrianur Khaidir (Sampit)

148/22. Syahryan Khamary (Tidore)

149/1. Tri Wahyuni (Kulonprogo)

150/2.Tono (Blora)

151/1. Uyan Andud (Kediri)

152/1. Wanto Tirta (Banyumas)

153/2. Wardjito Soeharso (Semarang)

154/3. Wyaz Ibn Sinentang (Ketapang Kalbar)

155/4. Wayan Budiartawan (Bali)

156/5. Winar Ramelan (Denpasar)

157/6. Wiwin Herna Ningsih (Bandung Barat)

158/1. Yoe Irawan (Sukabumi)

159/2. Yublina Fay (Kupang)

160/3. Yus Harris (Jombang) 

161/1. Zaeni Boli (Larantuka)


Daftar Penyair Antologi Sampah

 Penyair :

1.A. Zainuddin Kr, (Pekalongan)

2.Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi, (Bireuen.)

3.Muhammad Jayadi, (Balangan)

4.Zaeni Boli, (Flores)

5.I. Made  Suantha, (Denpasar)

6.Supianoor, (Tanah Bumbu)

7.Sulistyo, (Jakarta)

8.Pensil Kajoe, (Banyumas)

9.Agus Tarjono /Lebe Penyair, (Brebes)

10.Heru Mugiarso, (Semarang)

11.Aditya Majong, (Depok)

12.Septian Fajar A. T, (Jember)

13.Surasono Rashar, (Lahat)

14.Raden Rita Maimunah, (Padang)

15.Wyaz Ibn Sinentang, (Ketapang)

16.Gilang Teguh Pambudi, (Jakarta)

17.Mimi Marvill, (Temanggung)

18.Sudarmono. (Bekasi)

19.Mita Katoyo, (Jakarta)

20.Rosmita, (Jambi)

21.Yustinus Harris, (Jombang)

22.Selamat Said Sanib, (Samarinda)

23.Hasani Hamzah, (Sumenep)

24.Sami’an Adib  (Bangkalan)

25.Yanto Bule, (Merangin)

26.Elliyas Zulkifli, (Merangin)

27.Asro Al Murthawy, (Merangin)

28.Deno Charles, (Merangin)

29.Siti Nuriah, (Jember)

30.Barokah Nawawi, (Semarang)

31.Indri Yuswandari, (Kendal)

32.Yublina Fay, (Kupang)

33.Sutarso, (Sorong)

34.Erna Kasale, (Seram Bagian Barat)

35.Sukma Putra Permana, (Bantul)

36.Sugeng Joko Utomo, (Tasikmalaya)

37.Winar Ramelan, (Denpasar)

38.Azka Shadam, (Pati)

39.Sih Utami, (Sidoarjo)

40.Alifah NH, (Mojokerto)

41.Rg Bagus Warsono, (Indramayu)

42.Muhammad Tauhed Supratman, (Pamekasan)

43.Surahman, (Kuningan)

44.Arnita, (Bandung)

45.Silivester Kiik, (Atambua) 

46.Anisah Effendi, (Indramayu)

47.Muhammad Lefand, (Jember)

48.Asep Nur Syamsi, (Bandung)

49.Dwi Lio Saputra , (Belitang)

50.Yoe Irawan, (Sukabumi)

51.A Machyoedin Hamamsoeri, (Tangerang)

52.Emby Bharezhy Boleng Metha

53.Ignatius Sumirat, (Semarang)

54.Khoirul Mujib, (Mojokerto)

55.Dwi Wahyu Candra Dewi,(Blora)

56.Alhendra Dy, ((Bangko)

57.Gampang Prawoto, (Bojonegoro)

58.Naning Scheid, (Nrussel)

59.Denting Kemuning, (Surabaya)

60.ARP. Dean, (Jember)

61.Jack Lamurian, (Pati)

62.Uyan Andud, (Kediri)

63.Andi Jamaluddin, AR. AK , (Tanah Bumbu)

64.Randry Lanthang, (Semarang)

65.Hendra Sukma,(Garut)

66.Arya Setra,(Jakarta)

67.Mani Selesue, (Maluku Tengah)

68.Buana KS , (Bungo)

69.Rahayu Budiman, (Bandung)

70.Agus Sighro Budiono, (Bojonegoro)

71.Djemi Tomuka, (Manado)

72.Dicka Fitrian Dwi Putra, (Sleman)

73.Anisah, (Magelang)

74.Sukardi Wahyudi, (Kukar-Kaltim)

75.Suneni, (Indramayu)

76.Wadie Maharief (Jogyakarta)

77.Roro Sundari, (Semarang)

78.Yoman Making, (Lewoleba)

79.Evita Erasari (Semarang)

80.Nok Ir, (Sumenep)

81.Riswo Mulyadi, (Banyumas)

82.Adiska (Metro, Lampung)

83.Ely laraswati, (Purbalingga)

84.Uut Indria Riftyana, (Mojokerto)

85.Adhiet’s Ritonga, (Tanjungbalai)

86.Siti Subaida, (Sumenep)

87.Saiful Azri, 

88.Ayu Wandira,(Tanjungbalai)

89.Rahulia Khairil Hamdar Sinaga,(Tanjungbalai)

90.Wiwin Herna Ningsih,

91.Maya Ofifa, 

92.Brigita Neny Anggraeni, (Blora)

93.Ryan Aria Arizona, (Pekalongan)

94.Ahmad Zainuddin Ujung,(Dairi,Sumut)

95.Zuma Al’Azizy, (Pekalongan)

96.Putri Bungsu, (Solo)

97.Ence Sumirat, (Cianjur)

98.Annisa Maharani, (Lembang)

99.Ayu Asharai, (Medan)

100.Haryadi Simanjuntak, (Tanjungbalai)

101.Annis Muchtarom, (Mojokerto)

102.Amaludin, (Bogor)

103.Che Aldo Kelana (Atambua)

104.Wardjito Soeharso (Semarang)

105.Agus Salam (Tanjungbalai)

106.Dyah Setyawati, (Slawi)

107. Irtawanti, 

108.Iwan Bonic, (Bekasi)

109.Rasif Arisa, (Jambi)

110.Petrus Nandi, (Jakarta)

111. Roymon Lemosol, (Ambon)


Daftar Penyair Antologi Asu

 Penyair Antologi Asu…………………………………………….. 26

1.A. Machyoedin Hamamsoeri, (Tangerang)……………..30

2.A. Zainuddin Kr., (Pekalongan)…………………………….32

3.Abdul Gani, (Adonara)…………………………………………33

4.Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi, (Loksemawe)………………35

5.Aditya Majong…………………………………………………….36

6. Ahmad Rizki  (Jakarta)……………………………………….37

7.Ahmad Zainuddin Ujung, (Sindikalang)………………..39

8.Ali Oncom, (Pekalongan)…………………………………….40

9. Alifah S Putra (Bekasi)……………………………………….41

10.Amal Mustofa, ………………………………………………….43

11.Amini , (Nganjuk)………………………………………………46

12.Anik Trimani Astuti, (Sragen)……………………………..48

13.Anisah, (Magelang)…………………………………………….52

14. Aprilliani HS (cirebon)………………………………………53

15.Arief Santoso, (Sukabumi)………………………………….54

16.Arnita, (Bandung)………………………………………………55

17. Arya Setra (Jakarta)…………………………………………..58

18.Atek Muslik Hati, (Praya, Lombok)……………………..59

19. Ayu Siti (Tanah Laut)…………………………………………61

20.Bayu Aji Anwari, (Semarang)……………………………..63

21.Bayu Nindyoko (Wonogiri)…………………………………64

22.Buanergis Muryono, (Bali)…………………………………65

23.Budi Riyoko, (Banyuasin)…………………………………..67

24.Botor Trilambang, (Batu)…………………………………..71

25.Candra/Chanchan Parase, (Medan)……………………73

26.Che Aldo Kelana,  (Atambua)…………………………….74

27.Churun In, (Jombang)………………………………….…..75

28.Christya Dewi Eka,  (Semarang)…………………….….77

29.Dalle Dalminto, (Bantul)………………………………..…78

30.Darto,(Selayar)…………………………………………..……80

31.Dewa Putu Sahadewa, (Kupang)…………………………81

32. Dian Purnama Dewi……………………………………….82

33.Dormauli Justina, (Palembang)……………………….84

34.Dyah Nkusuma, (Sampit)………………………………..85

35.Edison P. Malau , (Sidikalang)…………………………88

36.Eko Wahyudi Merapi (Kebumen)……………………..90

37.Eko Windarto, (Batu)……………………………………….91

38.Emby B. Metha, (Adonara Timur)………………….…92

39. Felda Rahayu (Sukabumi)…………………………….…94

40.Funky Zubair Affandy, (Sampang)……………………96

41.Gia Setiawati Mokobela (Kotamabagu)………………98

42.Gilang Teguh Pambudi, (Jakarta)……………………..99

43.H. Sukardi Wahyudi, (Kutai Kertanegara)………….101

44.Hadi Lempe, (Pekalongan)……………………………….104

45.Hamsar (Makassar)…………………………………………106

46.Hal Halis,……………………………………………………….108

47.Hapsah Sengaji, (Larantuka)…………………………….109

48.Hari Yono, (Blitar)…………………………………………..110

49.Hasani Hamzah, (Sumenep)……………………………..111

50.Hendro Suryosastro, (Yogyakarta)…………………….113

51.Hendra Sukmawan, (Garut)………………………………116

52.Heru Patria, (Blitar)…………………………………………118

53,I Made Suantha, (Bali)……………………………………..120

54.I Wayan Budiartawan, (Rendang Bali)………………123

55.Indri Yuswandari, (Kendal)………………………………125

56.Irawati Muarifah, (Jombang)……………………………127

57.Iwang Nirwana, (Pemalang)……………………………..129

58.Jack Lamurian, (Pati)………………………………………130

59.K.Kasdi W.A., (Sragen)……………………………………..132

60.Khalid (Mojokerto), ………………………………………..135

61.Lasman Simanjuntak, (Tangerang)……………………137

62.Maniez, (Jombang)………………………………………….139

63.Miftahur Rihim, (Pati)……………………………………..141

64.Mimi Marvill. (Temanggung)……………………………142

65.Mita Katoyo…………………………………………………….144

66.Mohd Zainal Conan (Pasangkayu)…………………….145

67.Mu’arofah. (Jombang)……………………………………..146

68.Muhammad Levand (Jember)…………………………148

69.Muhammad Malindo, (Witihama)……………………150

70.Muhamad Salam, (Sumenep)…………………………..152

71. Muhammad Saroni…………………………………………153

72.Naim Emel Prahana (Lampung)………………………155

73.Nanang R. Supriyatin, (Jakarta)………………………157

74.Ni Desak Made Santi Diwyarthi,  (Bali)…………….158

75.Nur Khofifah (Banyuwangi)……………………………..160

76.Odi Shalahuddin, (Yogyakarta)………………………..163

77. Oka Miharza (Tanah Laut)……………………………..166

78.Osratus, (Sorong)…………………………………………..170

79.Pensil Kajoe, (Banyumas)……………………………….172

80.Petrus Nandi, (Maumere)……………………………….175

81.Prayitno (Lintang Semi)………………………………….177

82.Putri Bungsu, (Karanganyar)……………………….…178

83.Q Alsungkawa, (Lampung Barat)…………………...180

84.Raden Rita Maimunah, (Padang)…………………...181

85.Rasif Arisa (Jambi)……………………………………….183

86.Rasuna  (Kandangan)……………………………………184

87.Randri Lanthang (Semarang)…………………………186

88.Risen Sambaulu, (Tomohon)…………………………187

89.Riswo Mulyadi, (Banyumas)………………………….188

90.Rosmita, (Jambi)………………………………………….190

91.Rosyidi Aryadi, (Palangkaraya)……………………….193

92.Salamat Said  Sanib, (Samarinda)…………………..194

93. Samian Adib (Jember) …………………………………197

94. Shon Sweets (Candisari) ………………………………200

95.Silivester Kiik, (Atambua)………………………………202

96.Siti Ratna Sari, (Berau)………………………………….205

97.Slamet Unggul , (Semarang)…………………………..206

98. Sri Gumilang (Depok)……………………………………207

99.Sri Wijayati, (Bantul)……………………………………..208

100.Suhendi RI, (Bekasi)…………………………………….209

101.Sugeng Joko Utomo, (Tasikmalaya)……………….211

102.Sukismiati, (Jombang)…………………………………213

103.Sumrahadi, (Jakarta)……………………………………215

104.Sulistyo, (Jakarta)……………………………………….217

105.Sulistyo Nugroho, (Tangerang)……………………220

106.Supianoor, (Tanah Bumbu)…………………………222

107.Suyitno Ethex, (Mojokerto)…………………………224

108.Syahryan Khamari, (Tidore)………………………..225

109.Taba Heriyanto (Bengkulu)…………………………226

110.Tarni Kasanpawiro, (Kebumen)……………………228

111.Wahyudi (Pontianak)……………………………………230

112.Wandi Julhandi, (makasar)…………………………..231

113.Wanto Tirta (Banyumas)………………………………232

114.Wawan Hamzah Arfan, (Cirebon)…………………235

115.Yohan Mataubana, (Kupang)…………………………237

116.Yublina Fay, (Kupang)…………………………………238

117.Yustinus Harris (Jombang)………………………….240

118.Zaeni Boli, (Flores)………………………………………243

Biodata Singkat Penyair Antologi Asu…………………245

Panglima Siang malam ……………………………………..277



Tadarus Puisi Ramadan V 1442 H /2021, 21-30

 21.Wawan Hamzah Arfan

 MENGAJI HIDUP

 Antara berita, cerita, dan derita

pasti ada getar

yang bermuara pada air mata

menenggelamkan suasana

yang bertahta di kedalaman jiwa

 

Dunia kini telah renta

tapi kita masih terlena

lupa diri

tak peduli bencana terus melanda

 

Mari kita berbenah bersama

menata kembali puing-puing rasa

yang masih tersisa

di antara kebengalan hati

walau hanya sebatas peduli

dalam mengaji hidup

dan kehidupan semesta.

 

Cirebon, April 2021

 

 

Wawan Hamzah Arfan


ADA APA DENGAN SEMESTA INI

 

Adalah sesuatu

yang tak bisa kubaca

apalagi kupahami

sejak corona hadir bersama kita

dunia seperti mengadakan syukuran

pesta pora di mana-mana

petir bersahutan serupa petasan

hujan deras

banjir bandang

angin puting beliung

gempa dan tanah longsor

gunung memuntahkan lahar

rumah-rumah dan hutan terbakar

seperti api unggun

 

Ada apa dengan semesta ini

apa sedang mengadakan resepsi

sebuah pernikahan langit dan bumi

dan para malaikat sebagai saksinya?

 

Sementara kita hanya terpaku

sebagai tamu tanpa undangan

karena kita telah hilang akal

lupa bersyukur dan berdoa

lupa berbagi dan koreksi diri

hanya bisa melenggang

di persimpangan jalan

penuh keangkuhan

Subhanallah!

Cirebon, April 2021

Wawan Hamzah Arfan, lahir di Cirebon, 8 Juni 1963. Pendidikan terakhir Pasca Sarjana Universitas Pakuan (Umpak) Bogor, Jurusan Manajemen Pendidikan. Sejak tahun 80- an karya-karyanya berupa puisi, cerpen, artikel, dan esai tersebar di berbagai media, seperti koran maupun majalah.

Beberapa puisinya terhimpun dalam Antologi Puisi Mega Mendung (1989), Kebangkitan Nusantara I (1994), Kebangkitan Nusantara II (1995), Kebangkitan Nusantara III (1996), Antologi Puisi HP3N " Nuansa Tata warna Batin" (2002). Puisi Menolak Korupsi (2013), Cinta Mengubah Segalanya (2013),  Antologi Puisi & Apresiasi "Mendekap Langit" (2013)., Antologi Parsel ( Maret 2021), dan Merenda Hati (April 2021). Kegiatan sehari-harinya sebagai PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon.


22.MUHAMMAD JAYADI

 

SEBENTUK KASIH-NYA

 

Sebentuk kasih-Nya bisa berupa apa saja

bencana kesedihan juga kegetiran

bagaimana kita bercermin pada tiap keadaan

membaca tanda-tanda

memetik hikmah, bersadar diri

sebab kita memang sering lalai, terlalu sering lupa

 

Sebentuk kasih-Nya bisa saja hal yang menyayat dari nyanyian paling duka

mengingatkan kita agar jangan terlalu lena dalam buai tawa

ada saat-saat kita mesti mengakui salah dan dosa

menangisi jejak-jejak kelam kehidupan kita di bumi-Nya

menambah rasa malu dan keimanan pada-Nya

 

Sebentuk kasih-Nya berarti rahmat berupa hikmah di dada

mengerti hal-hal yang paling terasa membuat kecewa

bahwasanya setiap tanda ada pada tiap sudut dunia

bertopeng bala, berwujud luka-luka

untuk direnungkan kembali

apa yang mesti kita perbaiki dalam kehidupan ini

kita semua ini

Balangan, 23 April 2021

 

Muhammad Jayadi tinggal di Balangan, suka membaca dan menulis puisi. 

 

 23.Ali Imron


Hamba Bengal


Si fulan hamba bengal

Yang selalu saja menghujat Tuhan

Berontak akan takdir, seolah Tuhan tidak adil

Merasa paling menderita, ingkar akan nikmatNYA.


Entah apa yang ada di benak fulan

Hingga sedemikian murka terhadap Tuhan

Mungkin dia sedang lupa

Atau sudah lama menyimpan dendam pada Tuhannya.

( Pekalongan, 23 April 2021 )


Budi Riyoko Al Kubro


Nak, Maafkan Kami yang Lupa


Nak maafkan kami yang lupa, mengajarimu arti jalan ndelosor di depan yang lebih tua

Karena itu mungkin budaya

Nak maafkan kami yang lupa, menasihatimu untuk selalu berbagi kepada tetangga

Karena mungkin mereka sudah kaya dan kita tetap kere juga

Nak maafkan kami yang lupa, mewasiatkanmu membantu yang terkena bencana

Karena kadang masih ada yang tega mengambil untung darinya

Nak maafkan kami yang lupa, dengan segala tetek bengek nasehat untukmu

Karena kau sudah dewasa dan mengerti hidup harus dijalani dengan kekuatanmu sendiri

Kami tidak marah jika kau kebut-kebutan, berambut punk. Ngerock n Roll, Mabar.

Karena itu cara zamanmu mencari jati diri

Tapi ingatlahlah nak, ingat dan ingat sekali lagi. Ingat

Kami selalu mengingatkanmu untuk tidak korupsi

Kau akan aku gantung di Tugu Monas

Saat ku tahu kau korupsi. Kucoret namamu dari daftar penerima waris Kartu Keluarga kita

Banyuasin, 23 April 2021

 

Budi Riyoko Al Kubro


Sekedar Lupa Kepada Mereka


Nenek, maafkan aku yang lupa. Pada Mbah Juminten, Mbah Poniyem, Mbah Pardiyem, Mbah Parijem tetangga kita . Sebab cucu mereka bernama Zaskiyah, Zamarxaxa, Zoulezaha, satunya aku lupa. Sulit mengingat namanya. Lebih mudah terkenang ayu wajahnya.

Nenek, maafkan aku yang lupa. Dengan tiwul, getuk lidri, oyek, makanan kesukaan nenek, sebab kini makanku telah berganti. Piza, donat, hamburger. Meski keuanganku ora seger

Pak Polisi maafkan aku yang lupa, sering memakai helm di dengkul tinimbang di kepala, karena lututku lebih berharga, bermodal dengkul lebih ngaya ketimbang modal kepala.

Oh, ibu yang hamil, pengamen bis kota, maafkan aku yang kadang lupa berpartisipasi saat kau mengulurkan kantong untuk diisi, Aku pura-pura tertidur.

Oh, para Muadzin, para pengkotbah, maafkan aku yang lupa, sering ku cuekan nasehatmu

Oh, Mbah Bejo. Tukang Pempek Sepeda, padamu lah aku tak bisa lupa, selalu aku berkata, “ Habis lima mbah,!.”. meski yang kumakan cuma dua.

Tiga bonus untukmu yang tak pernah korupsi uang Negara

Padamu Mbah Bejo aku tak bisa pura-pura lupa

Banyuasin 23 April 2021

 

25. Rosyidi Aryadi 


Katakan Lupa Katakan


Melupakan luka dunia dalam dosa melarung bencana berujukah musibah sambil membaca marabahaya.

Kesadaran tumbuh dalam jiwa, menyesali pada kalimat taubat namun cuma hiasan bibir sembari menyungging senyum manis. Dosa meledak dalam menara waktu menerawang pada lorong gelap, apa mau di kata semua pada lupa akan lumuran darah muda cair di ubun ubun batok kepala menyala pada tegangan tinggi kebenaran membaca arah cuaca dalam nyanyian nasib memancar cahaya iman mengurai sembahyang diri menghadap ke arah rumahMu tanpa memandang usia karena lupa merupakan kenikmatan manusia yang diambil pelan tanpa bisa berbuat apa apa.

Kita cuma makhluk lemah tak berdaya sambil membaca zikir akhir hayat.

Kita melupakan lupa padahal pura pura lupa malaikat mencatat melaporkan pada pemilik alam semesta.

Palangka Raya, 16 April 2021


26. Syahryan Khamary


Sah 'urung'

Nawaitu sauma ghodin

beduk shubuh berleha-leha 

dalam kepulan asap Muadzin

sendu!

satu dua ditarik 

Ssssssssh

Seperti mendesis

'an adhai' fardli

beduk Shubuh pulang

tidur seranjang hangat

berpeluh-peluh 

timang menu berbuka

muadzin masih saja mengepul asap rokok

Sssssshhh

sendu

yang penting nawaitu

meski hari terang

asap tak pudarkan Saum

sedangkan Atid terus mencatat

dari debu kita pulang

Sahuuuuur

Syahryan Khamary ( Tidore-Maluku Utara)


27.Emby B.Metha


Sendu di Tanah Ina


tampak jelas di wajah

ada duka berkisah 

terlukis terang di mata

ada luka tersisa


aku masih membaca

butir-butir air mata

dari kelopak mata-mata

yang membasahi tubuh Ina


mengalir deras

bersama bebatuan yang terbawa bebas

serta pepohonan dihempas

hingga meluluhlantakkan tanah Ina


puing-puing duka

jiwa-jiwa terluka

merunduk penuh haru

pun menenun sendu memilu 


anak-anak kecil kehilangan mimpi

disebabkan oleh petaka 

menelan segala impian 

hingga tak tersisa


aku masih membaca

butir-butir air mata

dari kelopak mata-mata

yang membasahi tubuh Ina


beribu tanya 

terngiang di kepala

kepada siapa harus bertanya 

dan harus bagaimana 


oh...Tuhan 

inikah ketentuan-Mu

inikah murka-Mu 

yang tersirat di singgasana semesta

yang tertulis dalam sabda-sabda 


maka biarkan badai ini berlalu

sebab, ku ingin melihat senyum 

yang sempat hilang

dari tanah Ina 



Emby B.Metha, Nama Pena : @MataKata.MB

Tempat dan Tanggal Lahir : Lamahala, 29 Oktober 1995

Alamat : Adonara 


28.Indon Wahyudin


Damaio Dalam Senyuman


Tak ada ucapan

Tak ada kata-kata

Tak ada bingkisan

Tak ada pula kejutan

Hanya doa

Selalu bahagia

Selalu sehat

Selalu tersenyum

Keindahan Bunga

Rindangnya Pohon

Luasnya Lautan

Riuhnya Ombak

Sahdunya senja

Damainya rembulan

Lelapnya bulan

Sejuknya angin

Selama itu,

Engkau tersenyum

Engkau tertawa

Mereka akan tetap bahagia

Makassar, 09/09/2014


SUNNATULLAH DI DALAM RODA KEHIDUPAN, ADAKALANYA SUSAH ADAKALANYA SENANG


Dunia ini bukan surga, 

lantas jika hidup senang bersyukurlah, 

jika hidup susah bersabarlah.

Senang-susah tetap ada usaha untuk tawadhu, 

seperti warna senja pada pantai, 

yang berbaris beriringan 

dengan pohon kelapa muda 

di kelilingi cuit-cuitan suara merdu burung 

lalu biarkan sepasang telingamu 

yang telah lama merona 

untuk sekedar mencicipinya

Muara Badak, 04/04/2016


Indon Wahyudin ialah pemakan puisi dan cerita pendek, ia juga peminum air putih yang taat. Kelahiran Muara Badak, Kutai Kartanegara, Kaltim. Beberapa antologi puisinya Warna-Warni Indah (Rasibook, Bandung), A Skyful of Rain (Banjarbaru's Rainy Day Internasional Literary Festival 2018), Menghitung Kelahiran Bintang (Forum Lingkar Pena Makassar), Terbanglah Dengan Deen Assalam (Antologi puisi sebuku bersama Nissa Sabyan), Menenun Rinai Hujan (Antologi puisi sebuku bersama Sapardi Djoko Damono), When The Days Were Raining (Banjarbaru's Rainy Day Internasional Literary Festival 2019), Banjarbaru Rain (Banjarbaru's Rainy Day Internasional Literary Festival 2020), Aksara Pesisir (Antologi puisi bersama penulis Muara Badak). Puisinya juga dipublikasikan di media massa, seperti Samarinda Pos, Harian Cakrawala, Ambau.com, dan lainnya. Kerap mengikuti perhelatan sastra seperti Makassar International Writer Festival, Festival Sastra Basabasi, Kampus Fiksi Emas, Sastra Tugu Jogja, Studio Pertunjukan Sastra di TBY, FKKH UGM. Ia pernah bergabung di komunitas Forum Lingkar Pena Sulsel, kini aktif di komunitas Sindikat Lebah Berpikir Universitas Mulawarman, dan komunitas Ladang (Jaring Penulis Kaltim) bersama Amien Wangsitalaja dan kawan-kawan


29..Khalid Alrasyid


Sebab Bumi Kehilangan

 

Diamdiam Tuhan memberi kita arah jalan

Agar tetap tafakkur dan merenung dalam diam

Tak ada kesombongan dan suara lantang

Tak ada tubuh liar dan jalang

Karena kita hanya setitik debu

Yang diombang-ambing angin tiap waktu

: Bukti sudah datang

 

Dalam terang dan kelam

Berapa banyak hutang kita pada alam

Kejadiankejadian adalah cerita alam

Resah pada manusia

Yang selalu cuci muka

Bersorak sorai pada katakata

: Semoga Tuhan beri ampun senantiasa

Mojokerto, 240421

 Khalid Alrasyid


AMUK ANGIN

 

Beribu-ribu tanda

Meraung-raung dalam duka

Tak dapat kita baca

Menatap pandang, menatap hidup

Angin datang memberi gelombang kalut

Kota menjadi lautan dari sebuah pembangkangan

 

Kita hanya seonggok daging berjalan

Membakar jiwa

Menjadi percik-percik cahaya

Lupa pada semesta yang memberi makna

Hanya lolongan dan jeritan tersisa

Ketika angin menyapa seketika

Adakah kita bertanya ?

: Bahwa Tuhan maha kuasa.

Mojokerto, 160421

 

 

Khalid Alrasyid, Terlahir dari pasangan M. Sikkri dan Ma'ani di Blumbungan-Pamekasan, anak ke 6 dari 8 berasudara. Saat ini tinggal di Desa Mojorejo, Kemlagi-Mojokerto.. Instruktur GFR (Gunnery Firing Range) di Kodikopsla-Kodiklatal, Pendiri Komunitas Kopi & Diksi. Penggagas Puisi Semaris (Sembilan Baris) bersama Nurul Swandari. Karya-karyanya bisa dilihat di Kitab Putiba Indonesia Takziah Bulan Tujuh. Segugus sajak Suara-Suara Gagak. Sehimpun Putiba Biji-Biji Waktu Rangkaian sajak pilihan Meneroka Jiwa-jiwa Puisi. Antologi Putiba Wajah Semusim. Antologi puisi Delapan Penjuru Mata Angin. Sehimpun Puisi & Pentigraf Lelaki Berdada Puisi. Antologi "GEMBOK" Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia. Saat ini aktif di Komunitas Teras Putiba Indonesia dan Komunitas Desa Tatika Indonesia

               

30.Nanik Utarini  

Terpasung Rasa


Terik matahari membuat berkunang mata memandang Tak gentar menghadapi segala tantangan yang menghadang Peluh mengalir deras bagai anak sungai saat musim penghujan Terkadang air mata turut serta meleleh tanpa sengaja, beginikah beratnya perjuangan?  Ketika renta mulai menyapa tak terhenti Tangan dan kaki mulai menggigil tak terkendali Tawa riuh pelipur lara senyap tak pernah menyapa Yang tersisa hanya harapan yang tak pernah sirna karna terpasung rasa  Maafkan kami yang terlalu berharap banyak padamu nak! Kami yang lupa jika pekerjaanmu tak dapat kau tinggalkan Kami yang lupa jika anak-anakmu harus ikut les ini dan itu agar menjadi pintar dan membanggakan Maafkan jika rindu kami  terlalu dalam padamu nak!  Teruslah kepakkan sayapmu, arungi luasnya cakrawala biru Teruslah dayung semangatmu, arungi luasnya samudera biru Namun jangan lupa pada Sang Pencipta Agar hidupmu berbuah syurga 

Jambi, 23 April 2021

 Nanik Utarini, Pacitan 02 Maret 1979 Guru Sosiologi di SMAN 5 Merangin Jambi 


Kamis, 22 April 2021

Tadarus Puisi Ramadan V 1442 H /2021 , 1-20

 1.Hapsah Sengaji


"Ramadan kali ini "


Ramadan kali ini berbeda

Adonara kembali mengeluarkan air mata

Luka

Air mata kesedihan 


Ramadan kali ini 

Kita bersujud memohon ampun kepada yang kuasa

Sebab Semesta seakan murka

Dengan segala macam bencana 

Di mana-mana


Kali ini adonara

 kota kelahiran aba

 di hadang banjir bandang

Bau amis bangkai manusia tercium dimana-mana

Sebab ada yang masih belum ditemuakan


Kota yang dulu anak-anak terawai dengan khusuk

Tadarus dengan merdu

Kota yang para remaja mesjid Mengajak tetua adat berdialog mengenai agama 

Kini hanya suara pekikan keheningan 

Suara keluh dalam tenda penampungan


Luka yang ditinggalkan

Duka berproses lama

Seperti layanan yang lepas kendali

Tak apa mereka tetap menjalankan perintah Tuhan 

Meskipun dengan kesederhanaan 


Meskipun tanpa istri, anak, suami dan mertua


Bagi mereka 

sudah menjadi suratan takdir 

Yang meninggalkan 

Akan ditinggalkan

Dunia tak kekal

Yang kekal di akhirat

14042021

======================

























2.I Wayan Budiartawan

Pesan Nenek Di Hari Raya


Terngiang-ngiang di telinga

Pesan nenek saat Hari Raya

Agar aku berjuang segigih-gigihnya

Menghadapi hidup penuh tantangan


Nenek memberi nasihat seraya berucap

Bahwa perjalanan hidup tidak mudah

Seperti kerut-kerut di wajah nenek

Supaya aku tidak menyerah pada kesulitan


Nenek kesayanganku berpetuah 

Hidup mesti sesuai perintah Tuhan

Hati lurus tidak menyimpang 

Dari kebenaran dan kebajikan


Setiap Hari Raya  aku rindu kata-kata nenek

Tentang jiwa yang harus dibebaskan

Dari kungkungan  badan tak kekal ini

Dengan kejujuran dan kerja keras

Karangasem-Bali, Mei 2018


I Wayan Budiartawan


Kenangan Bersama Nenek


Hari Raya datang nenek membuat ketupat

Untuk dinikmati kami sekeluarga penuh syukur

Atas anugerah Tuhan Yang Maha Agung

Itulah pribadi nenek dalam kenanganku


Kini nenek telah berpulang

Namun sikapnya yang bijaksana

Masih tergores dalam ingatanku

Ketika waktu telah bergulir


Tinggal masa depan bagi kami

Kepergian nenek telah kami ikhlaskan

Bagiku sendiri nenek seorang perempuan tangguh

Bertarung dengan jaman tanpa kekalahan


Akhir-akhir ini Hari Raya tanpa kehadiran nenek

Tapi senyum nenek terbayang-bayang

Serasa hidup di sekeliling kami

Menumpahkan kasih sayang pada anak cucu

Karangasem-Bali, Mei 2018


I Wayan Budiartawan lahir di Desa Pesaban, Karangasem-Bali pada tanggal  1 Oktober 1968.  Kuliah di ITB hingga lulus S1 pada tanggal 25 April 1992. Setelah tamat lalu menjadi dosen di ITB selama 5 tahun dari tahun 1992-1997. Pernah ke luar negeri yaitu Singapura, Jepang dan Amerika Serikat untuk mengikuti training. Sejak tahun 2011 aktif menulis di internet.

===============












3.Heru Marwata

 

KAMI YANG SERING LUPA


(maskumambang)

 

Wontên wulan suci srêgêp salat ngaji

Nyuwun pangaksami

Gusti Kang Murbèng Dumadi

Lahir tumandhêsing ati

 

Jêr jalma manungsa isa salah lali

Kudu tansah éling

Waspada nggonnya lumaku

Dosa jadigawa mati

 

(puisi)

 

kami yang sering lupa

tak berkenan saat diingatkan

kami yang mudah lupa

tak terima mendapat peringatan

 

kami sering mengesampingkan

kesempatan dalam kesempitan

kami mudah menganggap ringan

kesehatan sebelum kesakitan

 

kami sering merasa dihukum

ketika tersandung bebatuan di jalan

kami mudah merasa maklum

ketika meninggalkan satu kewajiban

 

kami yang sering lupa

pada hikmah di balik musibah

mudah menduga dan mencela

tanpa menimbang laju dan arah

 

kini kami harus berserah

setelah berikhtiar segenap daya

menangkup doa di kalam pasrah

meramu syukur sepenuh jiwa

 

kami yang sering lupa

harus memanjatkan permohonan

kami yang mudah lupa

harus mensyukuri pencapaian

 

kami tak boleh lupa

semua kisah yang tergelar

hanya terjadi atas izin-Nya

dalam bingkai qada dan qadar

jika telah melupakan perintah-Nya

tan kena selak tak boleh ingkar

memohon ampun tobat nasuha

jika pantangan telah dilanggar

 

kita yang sering lupa

tetap boleh meminta

dalam khusyuk rapal doa

memohon ridha dan ampunan-Nya

Yogyakarta, 15 April 2021

============






4.Ayu Rahayu

Kosong


Paginya bergegas mengejar hiruk pikuknya suasana jalan

Terbiasa tanpa syukur walau dalam lisan

Segera menuju rutinitas yang jauh dari pandang kasih-Nya


Teriknya surya hanya sebagai pengingat waktu lapar

Terbiasa jauh tanpa ingin merayu-Nya

Sampai tiba saat istirahat tetap tak sadar dalam kesalahannya


Heningnya malam tak bernada

Tenggelam dan larut dalam pulasnya selimut gulita

Pandangan kasih yang tak pernah sampai

Tetap pulas dalam mimpi-mimpi kosong


Nama: Ayu Rahayu, M.Pd.

TTL: Indramayu, 1 Juni 1985

Pekerjaan: Guru 

Tempat tugas: SDN Unggulan Indramayu

Alamat rumah: Perumahan Cidhayu, Jln. Alamanda putih no. 25-26 Kel. Margadadi Indramayu


==============










5.Usniaty.S.I.Kom

"Pandangan"


Ketika mata mengerjap pertama kali

saat menemani hawa di subuh yang bernafas...

tergambar rindu yang kian merasuk

entah pada siapa..


Dan saat fajar telah terbit

rasa itu kian mencekam nurani

rindu pada pandangan yang menyejukkan hati nan kian kelam


semeriak gejolak kalbu makin merindu

dan luka diam-diam jauh di sudut semesta kalbu

lupa demi lupa tindih bertindih

menyiksa sang pecinta kelana.




Nama : Usniaty.S.I.Kom

Akt.     : Admin web palopokota.go.id

Alamat; Jl. Andi Masjaya No.2 Palopo.

              Sulawesi Selatan.

=============










6.H. Shobir Poer

TABUHKAN

raung tangisan tabuhkan pilu

dari seorang anak kecil dekap ibu dan bapaknya

yang terbujur kaku terpapar covid-19

diayun bayu dan belenggu air mata

tak sanggup dan tak tahu rahasia

di depan mata, yang dicintainya

telah tidur panjang dan kembali pulang

 

raung tangisan tabuhkan pedih

antar keranda ke bumi abadi

dari seorang anak kecil yang hidup sendiri

mengais gelora hidup tak asa

tapaki hari-hari

 

raung tangisan pun henti

ada falah menanti

di ruang dan waktu yang tak mati.

 

                                        Tangerang Selatan, 2 Maret 2021


 H. Shobir Poer

 

SUDAH BERSERAK


kata yang terumpat masih saja terhuyung

dan terhempas badai

sembunyi, terlihat tali buhulbuhul

hinga kau hancurkan kapal yang berlayar

asik dan enggan duduk di balaibalai

untuk bercinta seperti azali,

bertemunya mesra

 

kini semua seduah berserak

kau disetubuhi pejantan perayu

lalu mabuk lupa siapa

malam jadi dosa, pagi kau pergi

kata dan ucap tak lagi bertepi

 

sampai hari ini,

gema cinta masih buta

begitu gersang- rumah

terasa lembah berdarah.

 

                                          Tangerang Selatan, 20 April 2021

 

H. Shobir Poer  (Drs. H. Purwanto,MPd) – Lulusan  IKIP  Jakarta (UNJ),1992.

Jur. Bahasa dan Sastra Indonesia. Lulus S2 di UHAMKA, 2005.

* Tulisan  artikel/Esai   dimuat  di  Republika,  Harian Terbit,  Suara  Karya,    Harian  Terbit,

Radar  Banten, Tangsel Pos,  Depok Pos, Sabili dll.    Mantan Ketua Umum Dewan Kesenian Tangsel 2015-2020.    Aktivitas berikan workshop penulisan puisi, cerpen, musikalisasi puisi dan drama. 

Karyanya terkumpul dalam antologi :

Trotoar  (1996),  Batas  Diam  Matahari (1996),   Amsal  Sebuah  Patung          (Yogya, 1997),  

Resonansi Indonesia (KSI, 2000), Jakarta  Dalam  Puisi  Mukhtahir      (Balai  Pustaka, 2000),   Leksikon Susastra Indonesia (Balai Pustaka, 2000), Nyanyian Integrasi Bangsa (Balai Pustaka, 2001),   5,9  Skala Richter (Jogya, 2006),  Penyair  Kontemporer  Indonesia (2007),   Catatan   Perjalanan    (KSI, 2008),   Antologi  Penyair  Nusantara 3  (Malaysia, 2009),     Nusantara IV (Brunei,2010),  Mengalir  Di  OASE  (SMPS,KSI,2010),    Mengalir  di  Oase  1,  volume dvd

(Dewan Kesenian Tangerang Selatan dan Sarang Matahari,2011, Bunga Rampai Problematika Bhs.Indonesia ( FBS UNJ,2011), Akulah  Musi  (DKSS,2011),    Dalam  Pelukan  Sang  Guru     (DKTS,KSI, 2012),      Sekuntum  Jejak (DisbudparTangerang,2012),  Dari   Bumi  Yang sama

(Kudus-2013), Bunga Rampai DVD Baca Puisi  (Dwn Kesenian Tangsel, 2014), Meretas di Kaki Monas (disporbudpar DKI Jkt-2014), Embus Pecah (Disporbudpar DKI Jkt-2014), Jalan bersama (Rumah AsNoor-2015), Matahari  Cinta  Samudra  Kata   (Yayasan Sagang,2016),   Pasie Karam (Aceh Barat,2016), Kemurnian dan Cinta (DKTS,TC,2016), Seratus Puisi Qurani (Parmusi,2016),   Lumbung   Puisi IV  (2016),  Puisi   Perdamaian   Dunia (DKB, 2017), Apa  dan Siapa    Penyair Indonesia(Yayasan HPI, 2017),   Antologi  Puisi  Guru  Se - Asean   (Yayasan  HPI, 2018),  Kopi

Sekanak (Aceh, 2018),  Tangsel Mengaum (DKTS, 2018), Muhasabah Debu (Ikhtisar Publising, 2020),Jazirah Lima (Dinas Kebudayaan Kepri & Yayasan Jembia Emas, 2020), Corona Mengepung ( Arti Kata Oktober 2020), Ibuku Surgaku (Kosa Kata Kita, 2020), Krista-Kristal Diha (Kosa Kata Kita, Desember 2020), Selakalung Anggrek ( Magma, Desember 2020), Sang Acarya ( \Kosa Kata Kita, Januari 2021), Ayahku Jagoanku Februari 2021), Anakku Permataku (April 2021).

 Puisi pribadinya   Mata Hati (1992),   Kado  Puisi (1997),    Kota  yang Luka Negeri yang Perih(1999), Membuka Pintu Langit (2000), MemujaMu di Tahta Langit (SMPS-2013/2016), Muhasabah Debu –Puisi Intishar Publising2020),Anggrek Berbuih Jingga (Prabu 21 –kumpulan cerpen,Maret 2021), Negeri Yang Ku Jemput (Prabu 21-kumpulan naskah Drama 2021)

===========


























7.Rohani Mufa

. Penuh Daya


Ombak mengikis karang

Api melahap tangki-tangki oli

Gunung digugur guncangan

Air bahpun menghanyutkan segala isi


Manusia punya daya

Daya tebang dimana- mana

Daya gerus merajalela

Daya kikis sepuasnya

Allah punya kuasa

Membalas  daya dengan teguranNya


Tapi kami manusia lupa

Lupa batas kala melalukannya

Lumpur-lumpur mengecat tembok warga

Hujan diguyur membasminnya

Pria berbaju oren saling menyapa

Lelah mereka karena ulah manusia

Manusia yang lupa, lupa ingatan dan lupa perbuatannya


Kita merasa penuh daya

Tapi ternyata tak berdaya

Hanya bisa mengiba

Kala ditimpa teguranNya


Aceh Barat Daya, 20 April 2021


 




Rohani Athala


Alarm


Megingatkan waktu terus terkuras

Mengurang usia

Melemah tenaga

Menumpuk dosa


Namun kita manusia lemah

Yang selalu lupa

Lupa syukur atas nikmatnya

Lupa menambah amalan-amalan padaNya


Terhenyak daku kala menatap kitabNya

Rabun tak jelas lagi tulisnya

Ternyata usia mengikisnya

Sudah mulai lupa apa-apa


Tak abadi semua ini

Namun aku lupa memperbaiki diri

Lupa ibadah dan sedekah

Lupa Ajal sudah menanti


Bersyukur sang Izzati Rabbi Maha pengampun lagi menyayangi

Walaupun dosa seperti buih dilautan

Namun maafNya seluas jagat raya ini

Kami yang lupa

Tiba-tiba hilang daya

Ajal akan tiba alarm mengingatkannya

Tapi lupa bekal untuk menghadapNya

Ramadhan saatnya menambah bekal dan amalan kita

Aceh Barat Daya, 20 April 2021

Rohani,S.Pd lahir di Kuta panjang, 10 JUNI 1985 pernah mengenyam pendidikan di SMA 1 Blangpidie, pada tahun 2001-2004, dan sekarang menjadi tempat kerjanya, yakni Guru bahasa Indonesia di SMA 1 Blangpidie, yang kini berubah nama menjadi SMA 1 Aceh Barat Daya, sudah 10 tahun menjadi guru disana terhitung sejak Januari 2010 hingga sekarang, sebelumnya wanita berusia 35 tahun ini pernah berkuliah di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara pada tahun 2004-2008. Ibu dari 2 orang anak ini yakni Athaillah Muhammad Irfan dan Aisyah Halwatuzzahra Irfan ini memiliki hobi menulis puisi sejak kuliah, sekalipun hobi tersebut tak ditekuninya secara mendalam. Istri dari Zukrya Irfan ini memiliki tinggi badan 150, sama hal seperti Ibunya Ibu Fatimah tapi tidak setinggi Ayahnya Bapak Muhammad. Rohani, S.Pd yang kini menggunakan nama pena Rohani Athala, bercinta –cita ingin menghasilkan karya yang bisa bermanfaat bagi banyak orang, atau sekedar ia bisa menceritakan pada anak-anaknya bahwa ibunya memiliki karya selama menjadi guru, selain motivasi tersebut , sebagai ketua Musyawarrah Guru Bahasa Indonesai (MGMP) tingkat SMA Aceh Barat Daya Ia dituntut mampu menjadi contoh dan motivasi untuk guru-guru lain agar bisa menghasilkan karya untuk menunjang kariernya sebagai guru.

============








8.Zaeni Boli

Sakit


Pada segala  batu dan pilu

Waktu yang sepi

Ranting ranting sunyi

Daun gugur

Hatiku hatimu terbang

Segala sepi

Pasti pergi

Pasti kembali

Seperti duka

Butir butir kata berubah jadi doa

Diantara jerit kesakitan

Hanya Allah

Hanya Allah Maha Penolong

Larantuka 2021


Zaeni Boli

 

Puing dan Beling


Pohon jagung tumbuh diantara reruntuhan

Tuhan yang  jenaka

Mengajak kita bercanda

Meski dalam duka Ia tumbuhkan harapan


Diantara puing dan beling

Diatas aspal yang  retak

Bangkai mobil


Anak kecil bermain lumpur

Kenyataan yang sesak

Tak lagi tumpah menjadi air mata

Harus apa

Bagaimana

Dimana

Siapakah

Kita adalah saudara

Terbukalah hati para penolong


Larantuka 2021


Zaeni Boli dikenal sebagai Aktor dan Penyair berkesenian sejak 1989, pernah tampil di acara Festival Internasional “Asean Literary Festival 2015” ,karya –karya puisinya juga termuat di media cetak dan online maupun antologi bersama diantaranya Negeri Poci ,Puisi Menolak Korupsi dan Lumbung Puisi.

aktif bergiat di literasi bersama Agupena Flores Timur .Sekarang tinggal di Flores Timur  aktif di Nara Teater ,tampil pada Pekan Teater Nasional 2018 di TIM GBB,menjadi ketua TBM Lautan Ilmu dan mengajar di SMK SURA DEWA Flores Timur mendirikan Eskul Teater “Bengkel Seni Milenial”.Aktif menghidupkan kesenian di Kampus IKTL Larantuka.

Tahun 2020 terlibat dalam festival seni pertunjukan Internasional Ur Fear ( Peer Gynt ) yang diadakan oleh Teater Garasi .

Tahun 2020 Mengikuti Workshop Manajemen Pentas yang diadakan kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Jakarta .

Tahun 2020 Mengikuti Workshop Aksilarasi Sub Teater yang diadakan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Labuan Bajo .

Dan beberapa agenda kesenian lain . Saat ini di percaya sebagai Ketua FTBM Kab Flores Timur.Aktifitasnya dapat di lihat di akun Fb atau Ig Zaeni Boli.

9.Irwansyah, 


Bingkai Seperti Bangkai

 

Lihat bingkai-bingkai beranda yang ditata dari tatanan kehidupan modernisasi asasi seperti basah basi ada dalam genggaman tapi tak tergenggam hanya beradu argumentasi dalam kepala, jendela-jendela dibuka selebar-lebarnya tetapi terasa sempit ada pengintip yang dititip menjepit, menggigit tanpa berani menjerit karena bukan serigala bertaring tajam berkuku lancip.

 

Ada bingkai bicara hati nurani kesan hidup atau sebenarnya telah mati rasa dalam belantara tangan-tangan besi...jadi abdi setia dengan tinta harga diri dibenam ancaman loker PHK seperti kurcaci membuka jendela dengan coretan atas titah permintaan hingga diksi berupa prediksi.

 

Bingkai lain tampilkan peci dengan dasi lima tahunan seperti terpelajar membawa segudang impian iming-iming kesejahteraan, keamanan, keadilan, gambarkan kebenaran mewakili keharmonisan kehidupan dalam simponi kebohongan entah apa isi kepalanya segudang rencana hanya tinggal di atas meja menumpuk kertas kerja berakhir di KPK.

 

Lihat! Ada bingkai pada sebuah beranda berebut tempat, kursi gerbong kereta khusus wanita, "Pak...Kalian bukan bagian kaum kami", "maukah Kalian hamil, memakan harta bukan hak seperti  mencuri tempat duduk kami!" Saling sikut tak perduli tempat dan waktu, suasana sepi kembali mencuri karena penjaga picing mata kura-kura dalam perahu.

 

Beranda-beranda dihias bingkai dalam genggaman yang tak tergenggam tak pula tersentuh biar saja jadi bangkai.

Bogor, Maret 2021

 Irwansyah

Mimpi Keadilan...Asu

 

Si Cantik berbody aduhai baju celana dipakai ketat melenggak lenggok bak ratu khatulistiwa tanpa malu serta salah keluar sidang senyum lebar menoel isi kepala berdegup jantung alang kepalang semua mata melotot sambil air liur jatuh terjerembab membanjiri bumi, ketuk palu hakim petanda sengketa usai...Si cantik istri si miskin dinyatakan bebas walau berjinah dan berdalih dengan Bang Ganteng pemilik pohon duit yang hartanya tak habis tujuh turunan seisi negeri sanggup dibeli...

 

Seorang pemuda memakai sorban sepulang sholat di surau kecil  berkata "astaghfirullah tak boleh maksiat", masyarakat terperanjat melihat Si Cantik berbody aduhai dipeluk cium Bang Ganteng di dalam mobil sport dengan atap terbuka tanpa jendela seperti celana melorot ke bawah semenjak azan telah berdua tak ada akal tak ada malu kasih mesra telah terpadu. Bang ganteng marah memerah muka menghardik pemuda pemakai sorban, "pencemaran nama baik" ucapnya. Pemakai sorban dihukum pula berbulan-bulan ketuk palu bersalah dari pak hakim yang berbaju tanpa celana...

 

Aku terbangun disiram air oleh Si Cantik dan Bang Ganteng karena terganggu nyanyian tidurku...Asu! Aku terusir dari mimpiku.

 

Irwansyah,  Bogor,  April 2021

 

Irwansyah terlahir di Kota Tebing Tinggi (Sumatera Utara) 03 Juni 1973 senang merajut kata yang dahulu tak berusaha untuk publikasi. Penikmat sastra semenjak SMP (baca novel dan roman di perpustakaan Sekolah saat Istirahat). S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan Bogor  dan S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Indraprasta. Saat ini mengajar di Universitas Pamulang. Baru memberanikan diri di antologi Gembok Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia IX 2021.


=============






















10.Ahmad  Z. Ujung


SINABUNG BERKABUNG

 

Megah berdiri mencakar langit

Sayang ... kau tidur, bukan mati

Ribuan purnama kau bermimpi

Sayang ... kau tidur, bukan mati

 

Sekarang lelapmu terusik

Kau bangun

Dengan muntah serapah

Menghujam kejam

Hancur remuk

 

Awan bergulung hitam

Panas api membakar

Rampas cerita indahnya tanahku

Ini hanya teguran

Bukan hukuman

Agar kita lebih bnyak berbenah

 

Sidikalang , Dairi, Sumatera Utara  8 Maret 2021


Ahmad Zainuddin Ujung lahir di Desa Pasi, Kecamatan Berampu, Kabupaten Dairi, 21 Maret 1989. Pendidikan dasarnya ditempuh di SDN No 033911 Belang Malum, jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di selesaikan di SMPN 3 Sidikalang, jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 2 Sidikalang, Kabupaten Dairi.

Gelar sarjananya diperoleh dari Universitas Negeri Medan (Unimed) pada tahun 2012 dengan menyandang gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Pada tahun 2013 penulis terpilih menjadi salah satu guru daerah terpencil dalam program SM3T penempatan Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.

Pada tahun 2014 penulis kembali ke tanah kelahirannya dan menjadi tenaga pendidik di SDN No 030277 Teladan Sidikalang pada tahun 2016. Sekarang penulis aktif mengajar di SDN No 036562 Ponjian. Penulis aktif mengikuti kelas belajar puisi dan mengikuti beberapa event lomba puisi dan telah menghasilkan beberapa karya. Saat ini penulis juga sedang menyelesaikan cerita bersambung dalam bahasa daerah Pakpak dengan tema pendidikan berjudul Mersikkola Tikan Arnia (Sekolah Pada Zaman Dulu).

Penulis sudah menetaskan satu buah buku puisi tunggal yang berjudul Sang Peneroka di Negeri Andalas, Antologi puisi bersama Sumbu Kaki Langit, Puisi Cinkiuain, Antologi Sampah, Rumah Sebuah Buku, Seruling Sunyi Untuk Mama Bumi, Pusi Asia Tenggara, Selamat tinggal masa lalu selamat datang lembar baru (antologi cerpen dan puisi), antologi pantun karmina , antologi puisi Guru dan Dosen , dan Buku Gema Lobat Tanoh Sulang Silima tahun 2020 ( Buku sastra daerah Pakpak Dairi sebagai buku refrensi dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah ),  dan beberapa buku antologi lainya .


===========









11.Muhamad Salam 

Jedah

Desir anginpun semakin menjauh Rembulan tersenyum di balik awan Bintang tak lagi tampak berkedip Sunyi dalam kesunyian Meraba dalam terang Menyingkap kealpaan diri Kami yang lupa Kami yang tak tahu diri Melupakan Apa yang terjadi,dan tak pernah intropeksi diri Waktu mulai merangkak jauh Rembulan tak lagi berseri Akan jedah keperaduan Tanpa kata dan sapa Meninggalkan segalanya Kami yang lupa Semua tak tahu kapan dan dimana akan singgah Kemarahan pada kita Semua karena kita Lupa dan tak tahu diri Jauh dan menjauh kan dirinya. 


Muhamad Salam 


Kembalinya si Petualang



Semakin suny,i merajaut kata 

Tanpa batas waktu berputar 

Bingkai diri didepan cermin 

Ku lukis liku-kuku diri 

Wajah tak bertopeng 

Jujur apa yang terjadi begitu saja. 

Mungkin diri tak lagi tahu 

Jejak petualang,menginjak tanah air, 

yang lama tak terjamah 

Tak tersujud, dalam petualangan ku 

Tanah terpijak,air pengoba

  

 ==========




12. Ahmad Dumyati AN


Kami Yang Lupa Diri

 

Bala tentara-Mu datang silih berganti

air, api, udara dan bumi

selalu setia menunggu antri

mengingatkan kami yang lupa diri.

 

Mereka datang dengan dua wajah lugu

menggembirakan dan membuat pilu

kami mudah tertipu, pura-pura tak tahu

atau bahkan tak punya malu.

 

Air jernih berlimpah menyegarkan

menghapus dahaga

air bah yang menakutkan

berlayar di lautan air mata

terkadang ia bisa saja lama tak datang

menghadiahi kemarau yang panjang.

 

Api asmara memberi kehangatan

api nista melalap hutan dan pemukiman.

Semilir udara menyejukkan

nafas berwujud tarikan dan hembusan

bahkan angin yang meluluh-lantakkan.

 

Bumi yang tak jemu memberi

emas permata minyak tembaga hingga besi

sekaligus guncangan mengerikan

menghancurkan penduduk bumi

menimbun segala keserakahan.

 

Bala tentara-Mu sudah cukup memberi arti

hanya kami saja yang tak mau mengerti

karena kami yang lupa diri

dan gagal merayu-Mu dalam sunyi.

Sukabumi, 16 April 2021


Ahmad Dumyati AN, Alamat: Serang, Banten.


==============

 


























13.ANISAH


AYAT-AYAT CORONA


/1/

angin telah tersesat membawa doa yang gemetar di tengah malam yang berlari menuju batas

daging kelelawar bernyanyi riang sambil mempersembahkan tubuhnya bagi sang pangeran jelata


/2/

begitu nikmatnya sang pangeran dan rakyatnya menikmatinya

hingga diam-diam ada yang ikut berpesta


/3/

dengan mesra corona dating menemani mereka

tak terasa badan mereka mulai manja, minta dielus dokter


/4/

corona ingin keliling dunia menikmati kuliner yang lezat

dengan pesawat terbaik mereka holiday ke seluruh penjuru dunia


/5/

agin semilir menyambut datangnya

mempersilakan menikmati daging istana dengan nikmatnya


/6/

aparatur pemerintah mengajukan diri untuk dihidangkan juga

para dokter dan perawat dengan ikhlas menjadi santapannya


/7/

seluruh rakyat  menjadi sekarat karena tidak mau bertobat dari kesalahan dahsyat

waktu tak sanggup berkelok, bergegas meneteskan air mata darah


Magelang, 21 April 2021


Anisah, Kelahiran Magelang, 19 Agustus 1966, Lulusan S1 Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Alumni Magister Studi Agama Islam Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Tulisan dimuat di Majalah Rindang, Semarang {2010), Majalah Sejahtera, Semarang {2020}. Antologi Puisinya: Anak Cucu Pujangga (2019), Ibuku Surgaku (2020), Antologi Puisi Tunggalnya: Tari Soreng (2019), Anggota Lumbung Puisi, Competer Indonesia, Sastra Magelangan.

















14.SUPIANOOR

TUHAN MENEGUR KITA

 

Tuhan meenegur kita

Karena kita banyak yang lupa

Dengan mengirim berbagai bencana

Agar kita bisa berkaca

 

Tuhan menegur kita

Dengan berbagai angkara

Karena kita banyak yang alpa

mementingkan syahwat semata

 

Tuhan menegur kita

Dengan berbagai fenomena

Banyak yang membabi buta

Dengan alam semena-mena

 

Tuhan menegur kita

Dengan kejadian tak disangka-sangka

Semoga kita tak berburuk sangka

Agar tak   jauh terlena

Tanah Bumbu 14 April 2021

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


RAIH KEMBALI CINTANYA

 

Kabar duka

Di mana-mana

Datang bencana

Tuhan menegur kita

 

Kabar duka

Merenggut  nyawa

Menghayut harta

Mungkin kita lupa

 

Kabar duka

Alam murka

Tetes air mata

Mari berkaca

 

Kita lupa

Kepada pencipta

Tawa gegap gempita

Pengabdi syahwat semata

 

Kita yang terlena

Nafsu dunia

Jangan lupa

Mengetuk pintu-Nya

 

Kita yang menua

Di sisa usia

Mendekat Bersama

Raih Bersama cinta-Nya

 

Tanah Bumbu 17 April 2021

 

Supianoor dilahirkan di Kusan Hulu, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada tanggal 1 Juli 1969. Puisi-puisinya terdapat dalam antologi  ersama Buitenzorg Bogor Dalam Puisi Penyair Nusantara (2017), Berbagi Kebahagiaan (2019), Surak Sumampai (2019) dan Corona (2020) , Rindu (2020), Hujan itu Selalu Melukiskan Rindu (2020), Berguguran Ranting Harapan (2020), Ramadan Kareem (2020),Sampah (2020), Love In Silence And Memories (2020), Filosofi Rindu (2020), Lantunan Doa Rakyat (2020), Sapardi Dalam Kenangan (2020), Menikah Yang Menikam (2020), Gabin Barandam (2020), Tribute To Soni (2020), Sajak-Sajak Alam (2020),Antologi Berpola 17845 (2020), Romansa Menunggu (2020), Senandung Cinta Pujangga (2020), Celoteh Anak Negeri (2020), Birai Rindu (2020), Sang Acarya (2020), Air Mata bSurga(2021). Ibuku Surgaku(2921(,Ayahku Jagoanku(2021)   serta beberapa antologi  ersama lainnya dalam proses penerbitan. Sekarang bertugas sebagai Kepala SMPN 4 Kusan Hulu dan tinggal di Desa Binawara RT.006, Kec. Kusan Hulu Kab. Tanah Bumbu 72272 Kalimantan Selatan. 














15.Fath WS


Sesal


Aku lupa

membacakan puisi cinta untukmu

hingga kau tak mengerti

tak memahami


Aku lupa

mengajarkanmu isyaroh cinta

hingga kini kusesali

kau tak tahu arti cinta


Aku lupa

bahwa kini ku tak mampu meninabobokanmu dengan puisi cinta

karena kau pilih duniamu tanpa cinta


Aku lupa, aku alpa

hanya kepadaNya kupasrahkan

ya Rabb

tiupkan api cinta di jiwanya, temukanlah cintanya


Lembah tidar berembun, April 2021










16.Teguh Ari Prianto


Maafkan bapakmu wahai anak-anakku


Waktu tidurmu tersita kembali pagi ini


Biasanya lelap terganggu karena ketuk pintu di malam larut


kini istirahat lelah mainmu terambil lagi 

sementara nanti kau harus bangun sahur.


Kau terpaksa terjaga malam ini  karena menyaksikan sengitnya  pertengkaran mereka


Lirih hati, sebab harus mengucap "selamat datang kematian akal sehat!"


Porak porandanya dunia hadir menjadi pemandangan bagi perjalanan selanjutnya 


Moralitas terabaikan hanya demi keakuan. 

Kepekaan kepada dunia yang dekat, baginya adalah omong kosong

Jadilah ruang kantung-kantung sampah 


"Nurani" yang menyerah segala perdaya ke"tolol"an,

Menyertai bangkai saudara memenuhi rongga-rongga pelahapannya


Isi kepala buaian ketertelanjangan dosa


Mana bisa Tuhan menjadi penolong, singgasana-Nya saja ia remukan dengan dalih-dalih?


Api meletup-letup 

mereka kira itu sabda-sabda


Aku yang kini tercemar

Oleh cipratan darah pertentangan

Bau busuk menyeruak

Muak 

lalu memuntahkan cabik-cabik derita!


Mereka yang menghardik

Hadirkan luka derita kaum sesama. Sementara siapa  penolong perjalanan keharibaan?


Terkutuk dalam sisa malam, 

kuasa keangkuhan adalah nafas-nafas angkara


Anak-anakku...

Cerita pagi ini jauh dari sedap

Mereka punya mau tapi kemauan yang pandir


Kami yang lupa

Namun cerita ini masih berlanjut walau rasa menolak adanya


Tidurlah kembali anak-anakku

Ini masih ada sisa malam

Biar sahur berlalu

Mentari siang akan mengampuni keterlambatan bangunmu nanti


Bandung, 22 April 2021



Teguh Ari Prianto, lahir di Kota Cimahi, 20 Mei 1978. Saat ini tinggal di Desa Bumiwangi Ciparay Kabupaten Bandung Jawa Barat. Keseharian saat ini berprofesi sebagai seorang tutor yang mengajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sukamulya Bandung serta menulis puisi bersama Kelompok Pemerhati Sastra dari Taman Bacaan Masyarakat (TBM)  "Pustaka Kawi".

Kegiatan berorganisasi, mendapat amanah sebagai Ketua Forum TBM Kota Bandung.


























17.Sri Wijayati


Tuhan Kumohon Ampunan Dari-Mu

 

Tuhan telah ciptakan alam yang memesona

Pohon-pohon menghijau bak Zamrud Khatulistiwa

Ombak-ombak di pantai bergulung-gulung amboi indahnya

Hamparan padi di sawah kuning keemasan

 

Gunung-gunung biru tinggi menjulang

Hutan-hutan yang lebat tempat hunian satwa

Hutan-hutan yang lebat berfungsi sebagai paru-paru dunia

Maafkan aku Tuhan, kami yang lupa

 

Sedikit sekali kami bersyukur kepada-Mu

Kami lupa menjaga keindahan alam ciptaan-Mu

Kami serakah demi kepuasan dan keangkuhan

Kami tak kuasa cegah orang-orang ambil kekayaan alam tanpa batas

 

Penebangan liar pohon-pohon di hutan dengan sembarangan

Hingga saatnya datang teguran langsung dari-Mu Tuhan

Banjir bandang dan tanah longsor di mana-mana

Membawa banyak korban harta benda dan nyawa

 

Banyak derita dan jerit tangis pilu

Orang-orang kehilangan kekasihnya

Tuhan kumohon ampunan dari-Mu

Kami yang lupa

Bantul, 22 April 2021



Cinta Pertamaku

 

Tuhan telah kasih beberapa kenikmatan

Tuhan telah kasih harta kekayaan

Tuhan telah kasih nikmat kesehatan

Tuhan telah kasih rasa cinta yang mendalam

 

Cinta kasih yang indah antar sesama

Cinta kasih dari orang tua kepada anaknya

Cinta kasih untuk laki-laki dan perempuan

Yang mulai menginjak dewasa

 

Cinta pertamaku yang begitu indahnya

Cinta pertamaku yang melambung di awan

Tetapi kandas di rerumputan

Kami yang lupa mengejarnya dengan sisa-sisa hati yang masih ada

 

Kini, Tuhan telah ciptakan cinta yang baru

Butir-butir cinta pertamaku masih ada dan sulit menghapusnya

Ingin selalu kudekatkan diri kepada-Mu Tuhan

Dengan melakukan ibadah shalat lima waktu

 

Dengan melakukan ibadah puasa dan lainnya

Dengan menolong dan saling menghormati sesama

Tapi aku tak kuasa melupakannya

Tuhan maafkan, Kami yang lupa

Bantul, 22 April 2021





Sri Wijayati, S.Pd. Lahir di Bantul, 15 September 1960, pekerjaan Pensiunan PNS (guru) sejak 1 Oktober 2020. Alamat: Kretek lor, Jambidan, Banguntapan, Bantul, D.I.Yogyakarta. Aktif di Grup Sastra Jawa Bantul Paramarta, dan #Selasasastra, di Bantul. Buku karya sendiri : ”Taman Kembang Sore” (2018), “Taman Kembang Asri” (2019), “Kembang-kembang Katresnan“ (2019), “Kembang Setaman” (2020), “Seindah Senyummu” (2019), dan ”Rembulan Purnama di Langit Yogyakarta” (2020). Buku antologi karya bersama: ”Bunga Rindu di Negeri Kopi” (2020), “Nabastala” (2020),“Selamat Tinggal Hari yang Lalu Selamat Datang Kisah terbaru” (2021). Dan beberapa antologi karya bersama lainnya. Suka menulis geguritan dan lainnya. 





















18.Tarni Kasanpawiro


RIMBA KATA


Ijinkan aku menyapa semesta dan segala isinya

Dengan bahasa paling cinta yang kuperam sekian lama

Pada tanah pada air pada udara pada nyala api yang membara

Mari bercengkerama tentang bintang-bintang di atas sana


Jangan tanya siapa yang mainkan bola-bola begitu lincah

Untaian cahaya membentuk aneka kerlipan bak permata

Kita hanya bisa berujar dengan batas pemikiran oh indahnya

Bahkan pertanyaan demi pertanyaan menguap begitu saja


Pada pemegang buku besar yang berisi sebuah tanda

Dengan liar kita berusaha mengurai simpul setiap kata

Yang menjadi tirai agar kita tak terlalu jauh mengembara

Segalanya dikembalian lagi ke titik awal kita ada


Sekuat apapun kita berusaha takkan mampu membuka

Tirai itu dengan kokoh mengerdilkan liarnya isi kepala

Kita terjatuh tiap kali berusaha menaiki anak tangga

Seakan ada yang berkata tetaplah berdiri di atas tanah


Tapi aku tak mau menyerah ini menyangkut nasib kita

Yang dari tiada menjadi ada lalu kembali tiada

Yakinlah kita ini bagian dari siklus alam semesta

Sebagaimana bola-bola liar yang tak terhitung jumlahnya


Pada akhirnya kita hanya bisa pasrah pada sebuah tanda

Sebagaimana sebuah apel yang dimasukkan ke blender

Tak lagi berbentuk sebagaimana apel yang seharusnya

Melebur menjadi cairan yang di tuang dalam wadah


Apa yang terjadi jika lalu tumpah ke dalam tanah

Itulah jawaban atas segala tanya yang paling sederhana

Jangan ada sesal lagi seperti itulah hakekat hidup kita

Pencarian dan pengembaraan takkan menemu jalannya


Sebagaimana bola-bola liar dengan garis edarnya

Sejauh apapun kita melangkah akan kembali ke tempat semula

Semesta takkan membiarkan kita terlalu jauh melangkah

Seperti itulah ketetapan yang harus kita terima


Cibitung, 15 Maret 2021





















19. Atek Muslik Hati 


Sulitnya Mencari Kebenaran


Sehari kemarin kau berkata A

Esoknya pun menjadi B


Sesulap itu dirimu tanpa tau malu

Menginjak-injak harga diri tanpa tedeng aling-aling


Hargamu telah lumpuh di sudut kerling mata juling sipit itu


Terbuang sia-sia tanpa kesah

Ibarat remahan rengginang

Tak berwujud sempurna lagi


Aturan kau buat

Untuk kau langgar

Tumpul berdempul

Namun TAJAM mengasah buatku, dia juga dia!


Puncak amarah pun berdarah-darah

Mata merah menahan letusan gunung kemurkaan


Kucatat dalam diary biru bertinta emas

Kuwariskan pada anak cucuku kelak


Bahwa kau Rajadiraja pemuja syaitan! 

Penuh intrik licik dan tipu-tipu...


Marah kami sesaat lagi akan menggumpal awan dan hujan


Jangan cemas apalagi riang karena Tuhanku pun mengutuk misimu...

Praya Lombok,140421
































20.Ahmad Rizki


Nyanyian sisi kota

 

Aku terlahir sebagai asap knalpot.

Sebagaimana kota ramai:

Aku dipeluk kecewa

Lalu, nada-nada dihamburkan ke sudut lampu jalan.

 

Jika matahari muncul pagi buta

Aku menjelma suara klakson.

 

Jika matahari akan terbenam

Aku dinikahkan jalan-jalan macet

 

Dan yang tersisa adalah kesombongan.

2020

 

Sebentar

Dari waktu kehidupanku,

berjatuhan menit-menit kosong

O, waktu-waktu menjengkelkan,

Betapa menakutkan

Betapa mengiurkan!

 

Yang tak kutangkap adalah cahaya

Angin mengecoh mataku

Dan sebentar tiba di tanah coklat:

 

Anak-anak bermain

Dan ibu membungkuk.

 

Dan yang terkenang adalah nisan.

2019

Ahmad Rizki. Menetap di Ciputat, Tangerang Selatan. Penikmat Fajar dan Ikan-ikan kecil. Buku puisinya antara lain: Gelisah (2019), Sajak Asbak (2019) dan Sisa-sisa Kesemrawutan (2021). Dapat diintip lebih lanjut di Instagram @Ah_rzkiii