TEKS SULUH


Kamis, 22 April 2021

Tadarus Puisi Ramadan V 1442 H /2021 , 1-20

 1.Hapsah Sengaji


"Ramadan kali ini "


Ramadan kali ini berbeda

Adonara kembali mengeluarkan air mata

Luka

Air mata kesedihan 


Ramadan kali ini 

Kita bersujud memohon ampun kepada yang kuasa

Sebab Semesta seakan murka

Dengan segala macam bencana 

Di mana-mana


Kali ini adonara

 kota kelahiran aba

 di hadang banjir bandang

Bau amis bangkai manusia tercium dimana-mana

Sebab ada yang masih belum ditemuakan


Kota yang dulu anak-anak terawai dengan khusuk

Tadarus dengan merdu

Kota yang para remaja mesjid Mengajak tetua adat berdialog mengenai agama 

Kini hanya suara pekikan keheningan 

Suara keluh dalam tenda penampungan


Luka yang ditinggalkan

Duka berproses lama

Seperti layanan yang lepas kendali

Tak apa mereka tetap menjalankan perintah Tuhan 

Meskipun dengan kesederhanaan 


Meskipun tanpa istri, anak, suami dan mertua


Bagi mereka 

sudah menjadi suratan takdir 

Yang meninggalkan 

Akan ditinggalkan

Dunia tak kekal

Yang kekal di akhirat

14042021

======================

























2.I Wayan Budiartawan

Pesan Nenek Di Hari Raya


Terngiang-ngiang di telinga

Pesan nenek saat Hari Raya

Agar aku berjuang segigih-gigihnya

Menghadapi hidup penuh tantangan


Nenek memberi nasihat seraya berucap

Bahwa perjalanan hidup tidak mudah

Seperti kerut-kerut di wajah nenek

Supaya aku tidak menyerah pada kesulitan


Nenek kesayanganku berpetuah 

Hidup mesti sesuai perintah Tuhan

Hati lurus tidak menyimpang 

Dari kebenaran dan kebajikan


Setiap Hari Raya  aku rindu kata-kata nenek

Tentang jiwa yang harus dibebaskan

Dari kungkungan  badan tak kekal ini

Dengan kejujuran dan kerja keras

Karangasem-Bali, Mei 2018


I Wayan Budiartawan


Kenangan Bersama Nenek


Hari Raya datang nenek membuat ketupat

Untuk dinikmati kami sekeluarga penuh syukur

Atas anugerah Tuhan Yang Maha Agung

Itulah pribadi nenek dalam kenanganku


Kini nenek telah berpulang

Namun sikapnya yang bijaksana

Masih tergores dalam ingatanku

Ketika waktu telah bergulir


Tinggal masa depan bagi kami

Kepergian nenek telah kami ikhlaskan

Bagiku sendiri nenek seorang perempuan tangguh

Bertarung dengan jaman tanpa kekalahan


Akhir-akhir ini Hari Raya tanpa kehadiran nenek

Tapi senyum nenek terbayang-bayang

Serasa hidup di sekeliling kami

Menumpahkan kasih sayang pada anak cucu

Karangasem-Bali, Mei 2018


I Wayan Budiartawan lahir di Desa Pesaban, Karangasem-Bali pada tanggal  1 Oktober 1968.  Kuliah di ITB hingga lulus S1 pada tanggal 25 April 1992. Setelah tamat lalu menjadi dosen di ITB selama 5 tahun dari tahun 1992-1997. Pernah ke luar negeri yaitu Singapura, Jepang dan Amerika Serikat untuk mengikuti training. Sejak tahun 2011 aktif menulis di internet.

===============












3.Heru Marwata

 

KAMI YANG SERING LUPA


(maskumambang)

 

Wontên wulan suci srêgêp salat ngaji

Nyuwun pangaksami

Gusti Kang Murbèng Dumadi

Lahir tumandhêsing ati

 

Jêr jalma manungsa isa salah lali

Kudu tansah éling

Waspada nggonnya lumaku

Dosa jadigawa mati

 

(puisi)

 

kami yang sering lupa

tak berkenan saat diingatkan

kami yang mudah lupa

tak terima mendapat peringatan

 

kami sering mengesampingkan

kesempatan dalam kesempitan

kami mudah menganggap ringan

kesehatan sebelum kesakitan

 

kami sering merasa dihukum

ketika tersandung bebatuan di jalan

kami mudah merasa maklum

ketika meninggalkan satu kewajiban

 

kami yang sering lupa

pada hikmah di balik musibah

mudah menduga dan mencela

tanpa menimbang laju dan arah

 

kini kami harus berserah

setelah berikhtiar segenap daya

menangkup doa di kalam pasrah

meramu syukur sepenuh jiwa

 

kami yang sering lupa

harus memanjatkan permohonan

kami yang mudah lupa

harus mensyukuri pencapaian

 

kami tak boleh lupa

semua kisah yang tergelar

hanya terjadi atas izin-Nya

dalam bingkai qada dan qadar

jika telah melupakan perintah-Nya

tan kena selak tak boleh ingkar

memohon ampun tobat nasuha

jika pantangan telah dilanggar

 

kita yang sering lupa

tetap boleh meminta

dalam khusyuk rapal doa

memohon ridha dan ampunan-Nya

Yogyakarta, 15 April 2021

============






4.Ayu Rahayu

Kosong


Paginya bergegas mengejar hiruk pikuknya suasana jalan

Terbiasa tanpa syukur walau dalam lisan

Segera menuju rutinitas yang jauh dari pandang kasih-Nya


Teriknya surya hanya sebagai pengingat waktu lapar

Terbiasa jauh tanpa ingin merayu-Nya

Sampai tiba saat istirahat tetap tak sadar dalam kesalahannya


Heningnya malam tak bernada

Tenggelam dan larut dalam pulasnya selimut gulita

Pandangan kasih yang tak pernah sampai

Tetap pulas dalam mimpi-mimpi kosong


Nama: Ayu Rahayu, M.Pd.

TTL: Indramayu, 1 Juni 1985

Pekerjaan: Guru 

Tempat tugas: SDN Unggulan Indramayu

Alamat rumah: Perumahan Cidhayu, Jln. Alamanda putih no. 25-26 Kel. Margadadi Indramayu


==============










5.Usniaty.S.I.Kom

"Pandangan"


Ketika mata mengerjap pertama kali

saat menemani hawa di subuh yang bernafas...

tergambar rindu yang kian merasuk

entah pada siapa..


Dan saat fajar telah terbit

rasa itu kian mencekam nurani

rindu pada pandangan yang menyejukkan hati nan kian kelam


semeriak gejolak kalbu makin merindu

dan luka diam-diam jauh di sudut semesta kalbu

lupa demi lupa tindih bertindih

menyiksa sang pecinta kelana.




Nama : Usniaty.S.I.Kom

Akt.     : Admin web palopokota.go.id

Alamat; Jl. Andi Masjaya No.2 Palopo.

              Sulawesi Selatan.

=============










6.H. Shobir Poer

TABUHKAN

raung tangisan tabuhkan pilu

dari seorang anak kecil dekap ibu dan bapaknya

yang terbujur kaku terpapar covid-19

diayun bayu dan belenggu air mata

tak sanggup dan tak tahu rahasia

di depan mata, yang dicintainya

telah tidur panjang dan kembali pulang

 

raung tangisan tabuhkan pedih

antar keranda ke bumi abadi

dari seorang anak kecil yang hidup sendiri

mengais gelora hidup tak asa

tapaki hari-hari

 

raung tangisan pun henti

ada falah menanti

di ruang dan waktu yang tak mati.

 

                                        Tangerang Selatan, 2 Maret 2021


 H. Shobir Poer

 

SUDAH BERSERAK


kata yang terumpat masih saja terhuyung

dan terhempas badai

sembunyi, terlihat tali buhulbuhul

hinga kau hancurkan kapal yang berlayar

asik dan enggan duduk di balaibalai

untuk bercinta seperti azali,

bertemunya mesra

 

kini semua seduah berserak

kau disetubuhi pejantan perayu

lalu mabuk lupa siapa

malam jadi dosa, pagi kau pergi

kata dan ucap tak lagi bertepi

 

sampai hari ini,

gema cinta masih buta

begitu gersang- rumah

terasa lembah berdarah.

 

                                          Tangerang Selatan, 20 April 2021

 

H. Shobir Poer  (Drs. H. Purwanto,MPd) – Lulusan  IKIP  Jakarta (UNJ),1992.

Jur. Bahasa dan Sastra Indonesia. Lulus S2 di UHAMKA, 2005.

* Tulisan  artikel/Esai   dimuat  di  Republika,  Harian Terbit,  Suara  Karya,    Harian  Terbit,

Radar  Banten, Tangsel Pos,  Depok Pos, Sabili dll.    Mantan Ketua Umum Dewan Kesenian Tangsel 2015-2020.    Aktivitas berikan workshop penulisan puisi, cerpen, musikalisasi puisi dan drama. 

Karyanya terkumpul dalam antologi :

Trotoar  (1996),  Batas  Diam  Matahari (1996),   Amsal  Sebuah  Patung          (Yogya, 1997),  

Resonansi Indonesia (KSI, 2000), Jakarta  Dalam  Puisi  Mukhtahir      (Balai  Pustaka, 2000),   Leksikon Susastra Indonesia (Balai Pustaka, 2000), Nyanyian Integrasi Bangsa (Balai Pustaka, 2001),   5,9  Skala Richter (Jogya, 2006),  Penyair  Kontemporer  Indonesia (2007),   Catatan   Perjalanan    (KSI, 2008),   Antologi  Penyair  Nusantara 3  (Malaysia, 2009),     Nusantara IV (Brunei,2010),  Mengalir  Di  OASE  (SMPS,KSI,2010),    Mengalir  di  Oase  1,  volume dvd

(Dewan Kesenian Tangerang Selatan dan Sarang Matahari,2011, Bunga Rampai Problematika Bhs.Indonesia ( FBS UNJ,2011), Akulah  Musi  (DKSS,2011),    Dalam  Pelukan  Sang  Guru     (DKTS,KSI, 2012),      Sekuntum  Jejak (DisbudparTangerang,2012),  Dari   Bumi  Yang sama

(Kudus-2013), Bunga Rampai DVD Baca Puisi  (Dwn Kesenian Tangsel, 2014), Meretas di Kaki Monas (disporbudpar DKI Jkt-2014), Embus Pecah (Disporbudpar DKI Jkt-2014), Jalan bersama (Rumah AsNoor-2015), Matahari  Cinta  Samudra  Kata   (Yayasan Sagang,2016),   Pasie Karam (Aceh Barat,2016), Kemurnian dan Cinta (DKTS,TC,2016), Seratus Puisi Qurani (Parmusi,2016),   Lumbung   Puisi IV  (2016),  Puisi   Perdamaian   Dunia (DKB, 2017), Apa  dan Siapa    Penyair Indonesia(Yayasan HPI, 2017),   Antologi  Puisi  Guru  Se - Asean   (Yayasan  HPI, 2018),  Kopi

Sekanak (Aceh, 2018),  Tangsel Mengaum (DKTS, 2018), Muhasabah Debu (Ikhtisar Publising, 2020),Jazirah Lima (Dinas Kebudayaan Kepri & Yayasan Jembia Emas, 2020), Corona Mengepung ( Arti Kata Oktober 2020), Ibuku Surgaku (Kosa Kata Kita, 2020), Krista-Kristal Diha (Kosa Kata Kita, Desember 2020), Selakalung Anggrek ( Magma, Desember 2020), Sang Acarya ( \Kosa Kata Kita, Januari 2021), Ayahku Jagoanku Februari 2021), Anakku Permataku (April 2021).

 Puisi pribadinya   Mata Hati (1992),   Kado  Puisi (1997),    Kota  yang Luka Negeri yang Perih(1999), Membuka Pintu Langit (2000), MemujaMu di Tahta Langit (SMPS-2013/2016), Muhasabah Debu –Puisi Intishar Publising2020),Anggrek Berbuih Jingga (Prabu 21 –kumpulan cerpen,Maret 2021), Negeri Yang Ku Jemput (Prabu 21-kumpulan naskah Drama 2021)

===========


























7.Rohani Mufa

. Penuh Daya


Ombak mengikis karang

Api melahap tangki-tangki oli

Gunung digugur guncangan

Air bahpun menghanyutkan segala isi


Manusia punya daya

Daya tebang dimana- mana

Daya gerus merajalela

Daya kikis sepuasnya

Allah punya kuasa

Membalas  daya dengan teguranNya


Tapi kami manusia lupa

Lupa batas kala melalukannya

Lumpur-lumpur mengecat tembok warga

Hujan diguyur membasminnya

Pria berbaju oren saling menyapa

Lelah mereka karena ulah manusia

Manusia yang lupa, lupa ingatan dan lupa perbuatannya


Kita merasa penuh daya

Tapi ternyata tak berdaya

Hanya bisa mengiba

Kala ditimpa teguranNya


Aceh Barat Daya, 20 April 2021


 




Rohani Athala


Alarm


Megingatkan waktu terus terkuras

Mengurang usia

Melemah tenaga

Menumpuk dosa


Namun kita manusia lemah

Yang selalu lupa

Lupa syukur atas nikmatnya

Lupa menambah amalan-amalan padaNya


Terhenyak daku kala menatap kitabNya

Rabun tak jelas lagi tulisnya

Ternyata usia mengikisnya

Sudah mulai lupa apa-apa


Tak abadi semua ini

Namun aku lupa memperbaiki diri

Lupa ibadah dan sedekah

Lupa Ajal sudah menanti


Bersyukur sang Izzati Rabbi Maha pengampun lagi menyayangi

Walaupun dosa seperti buih dilautan

Namun maafNya seluas jagat raya ini

Kami yang lupa

Tiba-tiba hilang daya

Ajal akan tiba alarm mengingatkannya

Tapi lupa bekal untuk menghadapNya

Ramadhan saatnya menambah bekal dan amalan kita

Aceh Barat Daya, 20 April 2021

Rohani,S.Pd lahir di Kuta panjang, 10 JUNI 1985 pernah mengenyam pendidikan di SMA 1 Blangpidie, pada tahun 2001-2004, dan sekarang menjadi tempat kerjanya, yakni Guru bahasa Indonesia di SMA 1 Blangpidie, yang kini berubah nama menjadi SMA 1 Aceh Barat Daya, sudah 10 tahun menjadi guru disana terhitung sejak Januari 2010 hingga sekarang, sebelumnya wanita berusia 35 tahun ini pernah berkuliah di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara pada tahun 2004-2008. Ibu dari 2 orang anak ini yakni Athaillah Muhammad Irfan dan Aisyah Halwatuzzahra Irfan ini memiliki hobi menulis puisi sejak kuliah, sekalipun hobi tersebut tak ditekuninya secara mendalam. Istri dari Zukrya Irfan ini memiliki tinggi badan 150, sama hal seperti Ibunya Ibu Fatimah tapi tidak setinggi Ayahnya Bapak Muhammad. Rohani, S.Pd yang kini menggunakan nama pena Rohani Athala, bercinta –cita ingin menghasilkan karya yang bisa bermanfaat bagi banyak orang, atau sekedar ia bisa menceritakan pada anak-anaknya bahwa ibunya memiliki karya selama menjadi guru, selain motivasi tersebut , sebagai ketua Musyawarrah Guru Bahasa Indonesai (MGMP) tingkat SMA Aceh Barat Daya Ia dituntut mampu menjadi contoh dan motivasi untuk guru-guru lain agar bisa menghasilkan karya untuk menunjang kariernya sebagai guru.

============








8.Zaeni Boli

Sakit


Pada segala  batu dan pilu

Waktu yang sepi

Ranting ranting sunyi

Daun gugur

Hatiku hatimu terbang

Segala sepi

Pasti pergi

Pasti kembali

Seperti duka

Butir butir kata berubah jadi doa

Diantara jerit kesakitan

Hanya Allah

Hanya Allah Maha Penolong

Larantuka 2021


Zaeni Boli

 

Puing dan Beling


Pohon jagung tumbuh diantara reruntuhan

Tuhan yang  jenaka

Mengajak kita bercanda

Meski dalam duka Ia tumbuhkan harapan


Diantara puing dan beling

Diatas aspal yang  retak

Bangkai mobil


Anak kecil bermain lumpur

Kenyataan yang sesak

Tak lagi tumpah menjadi air mata

Harus apa

Bagaimana

Dimana

Siapakah

Kita adalah saudara

Terbukalah hati para penolong


Larantuka 2021


Zaeni Boli dikenal sebagai Aktor dan Penyair berkesenian sejak 1989, pernah tampil di acara Festival Internasional “Asean Literary Festival 2015” ,karya –karya puisinya juga termuat di media cetak dan online maupun antologi bersama diantaranya Negeri Poci ,Puisi Menolak Korupsi dan Lumbung Puisi.

aktif bergiat di literasi bersama Agupena Flores Timur .Sekarang tinggal di Flores Timur  aktif di Nara Teater ,tampil pada Pekan Teater Nasional 2018 di TIM GBB,menjadi ketua TBM Lautan Ilmu dan mengajar di SMK SURA DEWA Flores Timur mendirikan Eskul Teater “Bengkel Seni Milenial”.Aktif menghidupkan kesenian di Kampus IKTL Larantuka.

Tahun 2020 terlibat dalam festival seni pertunjukan Internasional Ur Fear ( Peer Gynt ) yang diadakan oleh Teater Garasi .

Tahun 2020 Mengikuti Workshop Manajemen Pentas yang diadakan kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Jakarta .

Tahun 2020 Mengikuti Workshop Aksilarasi Sub Teater yang diadakan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Labuan Bajo .

Dan beberapa agenda kesenian lain . Saat ini di percaya sebagai Ketua FTBM Kab Flores Timur.Aktifitasnya dapat di lihat di akun Fb atau Ig Zaeni Boli.

9.Irwansyah, 


Bingkai Seperti Bangkai

 

Lihat bingkai-bingkai beranda yang ditata dari tatanan kehidupan modernisasi asasi seperti basah basi ada dalam genggaman tapi tak tergenggam hanya beradu argumentasi dalam kepala, jendela-jendela dibuka selebar-lebarnya tetapi terasa sempit ada pengintip yang dititip menjepit, menggigit tanpa berani menjerit karena bukan serigala bertaring tajam berkuku lancip.

 

Ada bingkai bicara hati nurani kesan hidup atau sebenarnya telah mati rasa dalam belantara tangan-tangan besi...jadi abdi setia dengan tinta harga diri dibenam ancaman loker PHK seperti kurcaci membuka jendela dengan coretan atas titah permintaan hingga diksi berupa prediksi.

 

Bingkai lain tampilkan peci dengan dasi lima tahunan seperti terpelajar membawa segudang impian iming-iming kesejahteraan, keamanan, keadilan, gambarkan kebenaran mewakili keharmonisan kehidupan dalam simponi kebohongan entah apa isi kepalanya segudang rencana hanya tinggal di atas meja menumpuk kertas kerja berakhir di KPK.

 

Lihat! Ada bingkai pada sebuah beranda berebut tempat, kursi gerbong kereta khusus wanita, "Pak...Kalian bukan bagian kaum kami", "maukah Kalian hamil, memakan harta bukan hak seperti  mencuri tempat duduk kami!" Saling sikut tak perduli tempat dan waktu, suasana sepi kembali mencuri karena penjaga picing mata kura-kura dalam perahu.

 

Beranda-beranda dihias bingkai dalam genggaman yang tak tergenggam tak pula tersentuh biar saja jadi bangkai.

Bogor, Maret 2021

 Irwansyah

Mimpi Keadilan...Asu

 

Si Cantik berbody aduhai baju celana dipakai ketat melenggak lenggok bak ratu khatulistiwa tanpa malu serta salah keluar sidang senyum lebar menoel isi kepala berdegup jantung alang kepalang semua mata melotot sambil air liur jatuh terjerembab membanjiri bumi, ketuk palu hakim petanda sengketa usai...Si cantik istri si miskin dinyatakan bebas walau berjinah dan berdalih dengan Bang Ganteng pemilik pohon duit yang hartanya tak habis tujuh turunan seisi negeri sanggup dibeli...

 

Seorang pemuda memakai sorban sepulang sholat di surau kecil  berkata "astaghfirullah tak boleh maksiat", masyarakat terperanjat melihat Si Cantik berbody aduhai dipeluk cium Bang Ganteng di dalam mobil sport dengan atap terbuka tanpa jendela seperti celana melorot ke bawah semenjak azan telah berdua tak ada akal tak ada malu kasih mesra telah terpadu. Bang ganteng marah memerah muka menghardik pemuda pemakai sorban, "pencemaran nama baik" ucapnya. Pemakai sorban dihukum pula berbulan-bulan ketuk palu bersalah dari pak hakim yang berbaju tanpa celana...

 

Aku terbangun disiram air oleh Si Cantik dan Bang Ganteng karena terganggu nyanyian tidurku...Asu! Aku terusir dari mimpiku.

 

Irwansyah,  Bogor,  April 2021

 

Irwansyah terlahir di Kota Tebing Tinggi (Sumatera Utara) 03 Juni 1973 senang merajut kata yang dahulu tak berusaha untuk publikasi. Penikmat sastra semenjak SMP (baca novel dan roman di perpustakaan Sekolah saat Istirahat). S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan Bogor  dan S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Indraprasta. Saat ini mengajar di Universitas Pamulang. Baru memberanikan diri di antologi Gembok Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia IX 2021.


=============






















10.Ahmad  Z. Ujung


SINABUNG BERKABUNG

 

Megah berdiri mencakar langit

Sayang ... kau tidur, bukan mati

Ribuan purnama kau bermimpi

Sayang ... kau tidur, bukan mati

 

Sekarang lelapmu terusik

Kau bangun

Dengan muntah serapah

Menghujam kejam

Hancur remuk

 

Awan bergulung hitam

Panas api membakar

Rampas cerita indahnya tanahku

Ini hanya teguran

Bukan hukuman

Agar kita lebih bnyak berbenah

 

Sidikalang , Dairi, Sumatera Utara  8 Maret 2021


Ahmad Zainuddin Ujung lahir di Desa Pasi, Kecamatan Berampu, Kabupaten Dairi, 21 Maret 1989. Pendidikan dasarnya ditempuh di SDN No 033911 Belang Malum, jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di selesaikan di SMPN 3 Sidikalang, jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 2 Sidikalang, Kabupaten Dairi.

Gelar sarjananya diperoleh dari Universitas Negeri Medan (Unimed) pada tahun 2012 dengan menyandang gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Pada tahun 2013 penulis terpilih menjadi salah satu guru daerah terpencil dalam program SM3T penempatan Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.

Pada tahun 2014 penulis kembali ke tanah kelahirannya dan menjadi tenaga pendidik di SDN No 030277 Teladan Sidikalang pada tahun 2016. Sekarang penulis aktif mengajar di SDN No 036562 Ponjian. Penulis aktif mengikuti kelas belajar puisi dan mengikuti beberapa event lomba puisi dan telah menghasilkan beberapa karya. Saat ini penulis juga sedang menyelesaikan cerita bersambung dalam bahasa daerah Pakpak dengan tema pendidikan berjudul Mersikkola Tikan Arnia (Sekolah Pada Zaman Dulu).

Penulis sudah menetaskan satu buah buku puisi tunggal yang berjudul Sang Peneroka di Negeri Andalas, Antologi puisi bersama Sumbu Kaki Langit, Puisi Cinkiuain, Antologi Sampah, Rumah Sebuah Buku, Seruling Sunyi Untuk Mama Bumi, Pusi Asia Tenggara, Selamat tinggal masa lalu selamat datang lembar baru (antologi cerpen dan puisi), antologi pantun karmina , antologi puisi Guru dan Dosen , dan Buku Gema Lobat Tanoh Sulang Silima tahun 2020 ( Buku sastra daerah Pakpak Dairi sebagai buku refrensi dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah ),  dan beberapa buku antologi lainya .


===========









11.Muhamad Salam 

Jedah

Desir anginpun semakin menjauh Rembulan tersenyum di balik awan Bintang tak lagi tampak berkedip Sunyi dalam kesunyian Meraba dalam terang Menyingkap kealpaan diri Kami yang lupa Kami yang tak tahu diri Melupakan Apa yang terjadi,dan tak pernah intropeksi diri Waktu mulai merangkak jauh Rembulan tak lagi berseri Akan jedah keperaduan Tanpa kata dan sapa Meninggalkan segalanya Kami yang lupa Semua tak tahu kapan dan dimana akan singgah Kemarahan pada kita Semua karena kita Lupa dan tak tahu diri Jauh dan menjauh kan dirinya. 


Muhamad Salam 


Kembalinya si Petualang



Semakin suny,i merajaut kata 

Tanpa batas waktu berputar 

Bingkai diri didepan cermin 

Ku lukis liku-kuku diri 

Wajah tak bertopeng 

Jujur apa yang terjadi begitu saja. 

Mungkin diri tak lagi tahu 

Jejak petualang,menginjak tanah air, 

yang lama tak terjamah 

Tak tersujud, dalam petualangan ku 

Tanah terpijak,air pengoba

  

 ==========




12. Ahmad Dumyati AN


Kami Yang Lupa Diri

 

Bala tentara-Mu datang silih berganti

air, api, udara dan bumi

selalu setia menunggu antri

mengingatkan kami yang lupa diri.

 

Mereka datang dengan dua wajah lugu

menggembirakan dan membuat pilu

kami mudah tertipu, pura-pura tak tahu

atau bahkan tak punya malu.

 

Air jernih berlimpah menyegarkan

menghapus dahaga

air bah yang menakutkan

berlayar di lautan air mata

terkadang ia bisa saja lama tak datang

menghadiahi kemarau yang panjang.

 

Api asmara memberi kehangatan

api nista melalap hutan dan pemukiman.

Semilir udara menyejukkan

nafas berwujud tarikan dan hembusan

bahkan angin yang meluluh-lantakkan.

 

Bumi yang tak jemu memberi

emas permata minyak tembaga hingga besi

sekaligus guncangan mengerikan

menghancurkan penduduk bumi

menimbun segala keserakahan.

 

Bala tentara-Mu sudah cukup memberi arti

hanya kami saja yang tak mau mengerti

karena kami yang lupa diri

dan gagal merayu-Mu dalam sunyi.

Sukabumi, 16 April 2021


Ahmad Dumyati AN, Alamat: Serang, Banten.


==============

 


























13.ANISAH


AYAT-AYAT CORONA


/1/

angin telah tersesat membawa doa yang gemetar di tengah malam yang berlari menuju batas

daging kelelawar bernyanyi riang sambil mempersembahkan tubuhnya bagi sang pangeran jelata


/2/

begitu nikmatnya sang pangeran dan rakyatnya menikmatinya

hingga diam-diam ada yang ikut berpesta


/3/

dengan mesra corona dating menemani mereka

tak terasa badan mereka mulai manja, minta dielus dokter


/4/

corona ingin keliling dunia menikmati kuliner yang lezat

dengan pesawat terbaik mereka holiday ke seluruh penjuru dunia


/5/

agin semilir menyambut datangnya

mempersilakan menikmati daging istana dengan nikmatnya


/6/

aparatur pemerintah mengajukan diri untuk dihidangkan juga

para dokter dan perawat dengan ikhlas menjadi santapannya


/7/

seluruh rakyat  menjadi sekarat karena tidak mau bertobat dari kesalahan dahsyat

waktu tak sanggup berkelok, bergegas meneteskan air mata darah


Magelang, 21 April 2021


Anisah, Kelahiran Magelang, 19 Agustus 1966, Lulusan S1 Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Alumni Magister Studi Agama Islam Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Tulisan dimuat di Majalah Rindang, Semarang {2010), Majalah Sejahtera, Semarang {2020}. Antologi Puisinya: Anak Cucu Pujangga (2019), Ibuku Surgaku (2020), Antologi Puisi Tunggalnya: Tari Soreng (2019), Anggota Lumbung Puisi, Competer Indonesia, Sastra Magelangan.

















14.SUPIANOOR

TUHAN MENEGUR KITA

 

Tuhan meenegur kita

Karena kita banyak yang lupa

Dengan mengirim berbagai bencana

Agar kita bisa berkaca

 

Tuhan menegur kita

Dengan berbagai angkara

Karena kita banyak yang alpa

mementingkan syahwat semata

 

Tuhan menegur kita

Dengan berbagai fenomena

Banyak yang membabi buta

Dengan alam semena-mena

 

Tuhan menegur kita

Dengan kejadian tak disangka-sangka

Semoga kita tak berburuk sangka

Agar tak   jauh terlena

Tanah Bumbu 14 April 2021

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


RAIH KEMBALI CINTANYA

 

Kabar duka

Di mana-mana

Datang bencana

Tuhan menegur kita

 

Kabar duka

Merenggut  nyawa

Menghayut harta

Mungkin kita lupa

 

Kabar duka

Alam murka

Tetes air mata

Mari berkaca

 

Kita lupa

Kepada pencipta

Tawa gegap gempita

Pengabdi syahwat semata

 

Kita yang terlena

Nafsu dunia

Jangan lupa

Mengetuk pintu-Nya

 

Kita yang menua

Di sisa usia

Mendekat Bersama

Raih Bersama cinta-Nya

 

Tanah Bumbu 17 April 2021

 

Supianoor dilahirkan di Kusan Hulu, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada tanggal 1 Juli 1969. Puisi-puisinya terdapat dalam antologi  ersama Buitenzorg Bogor Dalam Puisi Penyair Nusantara (2017), Berbagi Kebahagiaan (2019), Surak Sumampai (2019) dan Corona (2020) , Rindu (2020), Hujan itu Selalu Melukiskan Rindu (2020), Berguguran Ranting Harapan (2020), Ramadan Kareem (2020),Sampah (2020), Love In Silence And Memories (2020), Filosofi Rindu (2020), Lantunan Doa Rakyat (2020), Sapardi Dalam Kenangan (2020), Menikah Yang Menikam (2020), Gabin Barandam (2020), Tribute To Soni (2020), Sajak-Sajak Alam (2020),Antologi Berpola 17845 (2020), Romansa Menunggu (2020), Senandung Cinta Pujangga (2020), Celoteh Anak Negeri (2020), Birai Rindu (2020), Sang Acarya (2020), Air Mata bSurga(2021). Ibuku Surgaku(2921(,Ayahku Jagoanku(2021)   serta beberapa antologi  ersama lainnya dalam proses penerbitan. Sekarang bertugas sebagai Kepala SMPN 4 Kusan Hulu dan tinggal di Desa Binawara RT.006, Kec. Kusan Hulu Kab. Tanah Bumbu 72272 Kalimantan Selatan. 














15.Fath WS


Sesal


Aku lupa

membacakan puisi cinta untukmu

hingga kau tak mengerti

tak memahami


Aku lupa

mengajarkanmu isyaroh cinta

hingga kini kusesali

kau tak tahu arti cinta


Aku lupa

bahwa kini ku tak mampu meninabobokanmu dengan puisi cinta

karena kau pilih duniamu tanpa cinta


Aku lupa, aku alpa

hanya kepadaNya kupasrahkan

ya Rabb

tiupkan api cinta di jiwanya, temukanlah cintanya


Lembah tidar berembun, April 2021










16.Teguh Ari Prianto


Maafkan bapakmu wahai anak-anakku


Waktu tidurmu tersita kembali pagi ini


Biasanya lelap terganggu karena ketuk pintu di malam larut


kini istirahat lelah mainmu terambil lagi 

sementara nanti kau harus bangun sahur.


Kau terpaksa terjaga malam ini  karena menyaksikan sengitnya  pertengkaran mereka


Lirih hati, sebab harus mengucap "selamat datang kematian akal sehat!"


Porak porandanya dunia hadir menjadi pemandangan bagi perjalanan selanjutnya 


Moralitas terabaikan hanya demi keakuan. 

Kepekaan kepada dunia yang dekat, baginya adalah omong kosong

Jadilah ruang kantung-kantung sampah 


"Nurani" yang menyerah segala perdaya ke"tolol"an,

Menyertai bangkai saudara memenuhi rongga-rongga pelahapannya


Isi kepala buaian ketertelanjangan dosa


Mana bisa Tuhan menjadi penolong, singgasana-Nya saja ia remukan dengan dalih-dalih?


Api meletup-letup 

mereka kira itu sabda-sabda


Aku yang kini tercemar

Oleh cipratan darah pertentangan

Bau busuk menyeruak

Muak 

lalu memuntahkan cabik-cabik derita!


Mereka yang menghardik

Hadirkan luka derita kaum sesama. Sementara siapa  penolong perjalanan keharibaan?


Terkutuk dalam sisa malam, 

kuasa keangkuhan adalah nafas-nafas angkara


Anak-anakku...

Cerita pagi ini jauh dari sedap

Mereka punya mau tapi kemauan yang pandir


Kami yang lupa

Namun cerita ini masih berlanjut walau rasa menolak adanya


Tidurlah kembali anak-anakku

Ini masih ada sisa malam

Biar sahur berlalu

Mentari siang akan mengampuni keterlambatan bangunmu nanti


Bandung, 22 April 2021



Teguh Ari Prianto, lahir di Kota Cimahi, 20 Mei 1978. Saat ini tinggal di Desa Bumiwangi Ciparay Kabupaten Bandung Jawa Barat. Keseharian saat ini berprofesi sebagai seorang tutor yang mengajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sukamulya Bandung serta menulis puisi bersama Kelompok Pemerhati Sastra dari Taman Bacaan Masyarakat (TBM)  "Pustaka Kawi".

Kegiatan berorganisasi, mendapat amanah sebagai Ketua Forum TBM Kota Bandung.


























17.Sri Wijayati


Tuhan Kumohon Ampunan Dari-Mu

 

Tuhan telah ciptakan alam yang memesona

Pohon-pohon menghijau bak Zamrud Khatulistiwa

Ombak-ombak di pantai bergulung-gulung amboi indahnya

Hamparan padi di sawah kuning keemasan

 

Gunung-gunung biru tinggi menjulang

Hutan-hutan yang lebat tempat hunian satwa

Hutan-hutan yang lebat berfungsi sebagai paru-paru dunia

Maafkan aku Tuhan, kami yang lupa

 

Sedikit sekali kami bersyukur kepada-Mu

Kami lupa menjaga keindahan alam ciptaan-Mu

Kami serakah demi kepuasan dan keangkuhan

Kami tak kuasa cegah orang-orang ambil kekayaan alam tanpa batas

 

Penebangan liar pohon-pohon di hutan dengan sembarangan

Hingga saatnya datang teguran langsung dari-Mu Tuhan

Banjir bandang dan tanah longsor di mana-mana

Membawa banyak korban harta benda dan nyawa

 

Banyak derita dan jerit tangis pilu

Orang-orang kehilangan kekasihnya

Tuhan kumohon ampunan dari-Mu

Kami yang lupa

Bantul, 22 April 2021



Cinta Pertamaku

 

Tuhan telah kasih beberapa kenikmatan

Tuhan telah kasih harta kekayaan

Tuhan telah kasih nikmat kesehatan

Tuhan telah kasih rasa cinta yang mendalam

 

Cinta kasih yang indah antar sesama

Cinta kasih dari orang tua kepada anaknya

Cinta kasih untuk laki-laki dan perempuan

Yang mulai menginjak dewasa

 

Cinta pertamaku yang begitu indahnya

Cinta pertamaku yang melambung di awan

Tetapi kandas di rerumputan

Kami yang lupa mengejarnya dengan sisa-sisa hati yang masih ada

 

Kini, Tuhan telah ciptakan cinta yang baru

Butir-butir cinta pertamaku masih ada dan sulit menghapusnya

Ingin selalu kudekatkan diri kepada-Mu Tuhan

Dengan melakukan ibadah shalat lima waktu

 

Dengan melakukan ibadah puasa dan lainnya

Dengan menolong dan saling menghormati sesama

Tapi aku tak kuasa melupakannya

Tuhan maafkan, Kami yang lupa

Bantul, 22 April 2021





Sri Wijayati, S.Pd. Lahir di Bantul, 15 September 1960, pekerjaan Pensiunan PNS (guru) sejak 1 Oktober 2020. Alamat: Kretek lor, Jambidan, Banguntapan, Bantul, D.I.Yogyakarta. Aktif di Grup Sastra Jawa Bantul Paramarta, dan #Selasasastra, di Bantul. Buku karya sendiri : ”Taman Kembang Sore” (2018), “Taman Kembang Asri” (2019), “Kembang-kembang Katresnan“ (2019), “Kembang Setaman” (2020), “Seindah Senyummu” (2019), dan ”Rembulan Purnama di Langit Yogyakarta” (2020). Buku antologi karya bersama: ”Bunga Rindu di Negeri Kopi” (2020), “Nabastala” (2020),“Selamat Tinggal Hari yang Lalu Selamat Datang Kisah terbaru” (2021). Dan beberapa antologi karya bersama lainnya. Suka menulis geguritan dan lainnya. 





















18.Tarni Kasanpawiro


RIMBA KATA


Ijinkan aku menyapa semesta dan segala isinya

Dengan bahasa paling cinta yang kuperam sekian lama

Pada tanah pada air pada udara pada nyala api yang membara

Mari bercengkerama tentang bintang-bintang di atas sana


Jangan tanya siapa yang mainkan bola-bola begitu lincah

Untaian cahaya membentuk aneka kerlipan bak permata

Kita hanya bisa berujar dengan batas pemikiran oh indahnya

Bahkan pertanyaan demi pertanyaan menguap begitu saja


Pada pemegang buku besar yang berisi sebuah tanda

Dengan liar kita berusaha mengurai simpul setiap kata

Yang menjadi tirai agar kita tak terlalu jauh mengembara

Segalanya dikembalian lagi ke titik awal kita ada


Sekuat apapun kita berusaha takkan mampu membuka

Tirai itu dengan kokoh mengerdilkan liarnya isi kepala

Kita terjatuh tiap kali berusaha menaiki anak tangga

Seakan ada yang berkata tetaplah berdiri di atas tanah


Tapi aku tak mau menyerah ini menyangkut nasib kita

Yang dari tiada menjadi ada lalu kembali tiada

Yakinlah kita ini bagian dari siklus alam semesta

Sebagaimana bola-bola liar yang tak terhitung jumlahnya


Pada akhirnya kita hanya bisa pasrah pada sebuah tanda

Sebagaimana sebuah apel yang dimasukkan ke blender

Tak lagi berbentuk sebagaimana apel yang seharusnya

Melebur menjadi cairan yang di tuang dalam wadah


Apa yang terjadi jika lalu tumpah ke dalam tanah

Itulah jawaban atas segala tanya yang paling sederhana

Jangan ada sesal lagi seperti itulah hakekat hidup kita

Pencarian dan pengembaraan takkan menemu jalannya


Sebagaimana bola-bola liar dengan garis edarnya

Sejauh apapun kita melangkah akan kembali ke tempat semula

Semesta takkan membiarkan kita terlalu jauh melangkah

Seperti itulah ketetapan yang harus kita terima


Cibitung, 15 Maret 2021





















19. Atek Muslik Hati 


Sulitnya Mencari Kebenaran


Sehari kemarin kau berkata A

Esoknya pun menjadi B


Sesulap itu dirimu tanpa tau malu

Menginjak-injak harga diri tanpa tedeng aling-aling


Hargamu telah lumpuh di sudut kerling mata juling sipit itu


Terbuang sia-sia tanpa kesah

Ibarat remahan rengginang

Tak berwujud sempurna lagi


Aturan kau buat

Untuk kau langgar

Tumpul berdempul

Namun TAJAM mengasah buatku, dia juga dia!


Puncak amarah pun berdarah-darah

Mata merah menahan letusan gunung kemurkaan


Kucatat dalam diary biru bertinta emas

Kuwariskan pada anak cucuku kelak


Bahwa kau Rajadiraja pemuja syaitan! 

Penuh intrik licik dan tipu-tipu...


Marah kami sesaat lagi akan menggumpal awan dan hujan


Jangan cemas apalagi riang karena Tuhanku pun mengutuk misimu...

Praya Lombok,140421
































20.Ahmad Rizki


Nyanyian sisi kota

 

Aku terlahir sebagai asap knalpot.

Sebagaimana kota ramai:

Aku dipeluk kecewa

Lalu, nada-nada dihamburkan ke sudut lampu jalan.

 

Jika matahari muncul pagi buta

Aku menjelma suara klakson.

 

Jika matahari akan terbenam

Aku dinikahkan jalan-jalan macet

 

Dan yang tersisa adalah kesombongan.

2020

 

Sebentar

Dari waktu kehidupanku,

berjatuhan menit-menit kosong

O, waktu-waktu menjengkelkan,

Betapa menakutkan

Betapa mengiurkan!

 

Yang tak kutangkap adalah cahaya

Angin mengecoh mataku

Dan sebentar tiba di tanah coklat:

 

Anak-anak bermain

Dan ibu membungkuk.

 

Dan yang terkenang adalah nisan.

2019

Ahmad Rizki. Menetap di Ciputat, Tangerang Selatan. Penikmat Fajar dan Ikan-ikan kecil. Buku puisinya antara lain: Gelisah (2019), Sajak Asbak (2019) dan Sisa-sisa Kesemrawutan (2021). Dapat diintip lebih lanjut di Instagram @Ah_rzkiii