1.Hapsah Sengaji
"Ramadan kali ini "
Ramadan kali ini berbeda
Adonara kembali mengeluarkan air mata
Luka
Air mata kesedihan
Ramadan kali ini
Kita bersujud memohon ampun kepada yang kuasa
Sebab Semesta seakan murka
Dengan segala macam bencana
Di mana-mana
Kali ini adonara
kota kelahiran aba
di hadang banjir bandang
Bau amis bangkai manusia tercium dimana-mana
Sebab ada yang masih belum ditemuakan
Kota yang dulu anak-anak terawai dengan khusuk
Tadarus dengan merdu
Kota yang para remaja mesjid Mengajak tetua adat berdialog mengenai agama
Kini hanya suara pekikan keheningan
Suara keluh dalam tenda penampungan
Luka yang ditinggalkan
Duka berproses lama
Seperti layanan yang lepas kendali
Tak apa mereka tetap menjalankan perintah Tuhan
Meskipun dengan kesederhanaan
Meskipun tanpa istri, anak, suami dan mertua
Bagi mereka
sudah menjadi suratan takdir
Yang meninggalkan
Akan ditinggalkan
Dunia tak kekal
Yang kekal di akhirat
14042021
======================
2.I Wayan Budiartawan
Pesan Nenek Di Hari Raya
Terngiang-ngiang di telinga
Pesan nenek saat Hari Raya
Agar aku berjuang segigih-gigihnya
Menghadapi hidup penuh tantangan
Nenek memberi nasihat seraya berucap
Bahwa perjalanan hidup tidak mudah
Seperti kerut-kerut di wajah nenek
Supaya aku tidak menyerah pada kesulitan
Nenek kesayanganku berpetuah
Hidup mesti sesuai perintah Tuhan
Hati lurus tidak menyimpang
Dari kebenaran dan kebajikan
Setiap Hari Raya aku rindu kata-kata nenek
Tentang jiwa yang harus dibebaskan
Dari kungkungan badan tak kekal ini
Dengan kejujuran dan kerja keras
Karangasem-Bali, Mei 2018
I Wayan Budiartawan
Kenangan Bersama Nenek
Hari Raya datang nenek membuat ketupat
Untuk dinikmati kami sekeluarga penuh syukur
Atas anugerah Tuhan Yang Maha Agung
Itulah pribadi nenek dalam kenanganku
Kini nenek telah berpulang
Namun sikapnya yang bijaksana
Masih tergores dalam ingatanku
Ketika waktu telah bergulir
Tinggal masa depan bagi kami
Kepergian nenek telah kami ikhlaskan
Bagiku sendiri nenek seorang perempuan tangguh
Bertarung dengan jaman tanpa kekalahan
Akhir-akhir ini Hari Raya tanpa kehadiran nenek
Tapi senyum nenek terbayang-bayang
Serasa hidup di sekeliling kami
Menumpahkan kasih sayang pada anak cucu
Karangasem-Bali, Mei 2018
I Wayan Budiartawan lahir di Desa Pesaban, Karangasem-Bali pada tanggal 1 Oktober 1968. Kuliah di ITB hingga lulus S1 pada tanggal 25 April 1992. Setelah tamat lalu menjadi dosen di ITB selama 5 tahun dari tahun 1992-1997. Pernah ke luar negeri yaitu Singapura, Jepang dan Amerika Serikat untuk mengikuti training. Sejak tahun 2011 aktif menulis di internet.
===============
3.Heru Marwata
KAMI YANG SERING LUPA
(maskumambang)
Wontên wulan suci srêgêp salat ngaji
Nyuwun pangaksami
Gusti Kang Murbèng Dumadi
Lahir tumandhêsing ati
Jêr jalma manungsa isa salah lali
Kudu tansah éling
Waspada nggonnya lumaku
Dosa jadigawa mati
(puisi)
kami yang sering lupa
tak berkenan saat diingatkan
kami yang mudah lupa
tak terima mendapat peringatan
kami sering mengesampingkan
kesempatan dalam kesempitan
kami mudah menganggap ringan
kesehatan sebelum kesakitan
kami sering merasa dihukum
ketika tersandung bebatuan di jalan
kami mudah merasa maklum
ketika meninggalkan satu kewajiban
kami yang sering lupa
pada hikmah di balik musibah
mudah menduga dan mencela
tanpa menimbang laju dan arah
kini kami harus berserah
setelah berikhtiar segenap daya
menangkup doa di kalam pasrah
meramu syukur sepenuh jiwa
kami yang sering lupa
harus memanjatkan permohonan
kami yang mudah lupa
harus mensyukuri pencapaian
kami tak boleh lupa
semua kisah yang tergelar
hanya terjadi atas izin-Nya
dalam bingkai qada dan qadar
jika telah melupakan perintah-Nya
tan kena selak tak boleh ingkar
memohon ampun tobat nasuha
jika pantangan telah dilanggar
kita yang sering lupa
tetap boleh meminta
dalam khusyuk rapal doa
memohon ridha dan ampunan-Nya
Yogyakarta, 15 April 2021
============
4.Ayu Rahayu
Kosong
Paginya bergegas mengejar hiruk pikuknya suasana jalan
Terbiasa tanpa syukur walau dalam lisan
Segera menuju rutinitas yang jauh dari pandang kasih-Nya
Teriknya surya hanya sebagai pengingat waktu lapar
Terbiasa jauh tanpa ingin merayu-Nya
Sampai tiba saat istirahat tetap tak sadar dalam kesalahannya
Heningnya malam tak bernada
Tenggelam dan larut dalam pulasnya selimut gulita
Pandangan kasih yang tak pernah sampai
Tetap pulas dalam mimpi-mimpi kosong
Nama: Ayu Rahayu, M.Pd.
TTL: Indramayu, 1 Juni 1985
Pekerjaan: Guru
Tempat tugas: SDN Unggulan Indramayu
Alamat rumah: Perumahan Cidhayu, Jln. Alamanda putih no. 25-26 Kel. Margadadi Indramayu
==============
5.Usniaty.S.I.Kom
"Pandangan"
Ketika mata mengerjap pertama kali
saat menemani hawa di subuh yang bernafas...
tergambar rindu yang kian merasuk
entah pada siapa..
Dan saat fajar telah terbit
rasa itu kian mencekam nurani
rindu pada pandangan yang menyejukkan hati nan kian kelam
semeriak gejolak kalbu makin merindu
dan luka diam-diam jauh di sudut semesta kalbu
lupa demi lupa tindih bertindih
menyiksa sang pecinta kelana.
Nama : Usniaty.S.I.Kom
Akt. : Admin web palopokota.go.id
Alamat; Jl. Andi Masjaya No.2 Palopo.
Sulawesi Selatan.
=============
6.H. Shobir Poer
TABUHKAN
raung tangisan tabuhkan pilu
dari seorang anak kecil dekap ibu dan bapaknya
yang terbujur kaku terpapar covid-19
diayun bayu dan belenggu air mata
tak sanggup dan tak tahu rahasia
di depan mata, yang dicintainya
telah tidur panjang dan kembali pulang
raung tangisan tabuhkan pedih
antar keranda ke bumi abadi
dari seorang anak kecil yang hidup sendiri
mengais gelora hidup tak asa
tapaki hari-hari
raung tangisan pun henti
ada falah menanti
di ruang dan waktu yang tak mati.
Tangerang Selatan, 2 Maret 2021
H. Shobir Poer
SUDAH BERSERAK
kata yang terumpat masih saja terhuyung
dan terhempas badai
sembunyi, terlihat tali buhulbuhul
hinga kau hancurkan kapal yang berlayar
asik dan enggan duduk di balaibalai
untuk bercinta seperti azali,
bertemunya mesra
kini semua seduah berserak
kau disetubuhi pejantan perayu
lalu mabuk lupa siapa
malam jadi dosa, pagi kau pergi
kata dan ucap tak lagi bertepi
sampai hari ini,
gema cinta masih buta
begitu gersang- rumah
terasa lembah berdarah.
Tangerang Selatan, 20 April 2021
H. Shobir Poer (Drs. H. Purwanto,MPd) – Lulusan IKIP Jakarta (UNJ),1992.
Jur. Bahasa dan Sastra Indonesia. Lulus S2 di UHAMKA, 2005.
* Tulisan artikel/Esai dimuat di Republika, Harian Terbit, Suara Karya, Harian Terbit,
Radar Banten, Tangsel Pos, Depok Pos, Sabili dll. Mantan Ketua Umum Dewan Kesenian Tangsel 2015-2020. Aktivitas berikan workshop penulisan puisi, cerpen, musikalisasi puisi dan drama.
Karyanya terkumpul dalam antologi :
Trotoar (1996), Batas Diam Matahari (1996), Amsal Sebuah Patung (Yogya, 1997),
Resonansi Indonesia (KSI, 2000), Jakarta Dalam Puisi Mukhtahir (Balai Pustaka, 2000), Leksikon Susastra Indonesia (Balai Pustaka, 2000), Nyanyian Integrasi Bangsa (Balai Pustaka, 2001), 5,9 Skala Richter (Jogya, 2006), Penyair Kontemporer Indonesia (2007), Catatan Perjalanan (KSI, 2008), Antologi Penyair Nusantara 3 (Malaysia, 2009), Nusantara IV (Brunei,2010), Mengalir Di OASE (SMPS,KSI,2010), Mengalir di Oase 1, volume dvd
(Dewan Kesenian Tangerang Selatan dan Sarang Matahari,2011, Bunga Rampai Problematika Bhs.Indonesia ( FBS UNJ,2011), Akulah Musi (DKSS,2011), Dalam Pelukan Sang Guru (DKTS,KSI, 2012), Sekuntum Jejak (DisbudparTangerang,2012), Dari Bumi Yang sama
(Kudus-2013), Bunga Rampai DVD Baca Puisi (Dwn Kesenian Tangsel, 2014), Meretas di Kaki Monas (disporbudpar DKI Jkt-2014), Embus Pecah (Disporbudpar DKI Jkt-2014), Jalan bersama (Rumah AsNoor-2015), Matahari Cinta Samudra Kata (Yayasan Sagang,2016), Pasie Karam (Aceh Barat,2016), Kemurnian dan Cinta (DKTS,TC,2016), Seratus Puisi Qurani (Parmusi,2016), Lumbung Puisi IV (2016), Puisi Perdamaian Dunia (DKB, 2017), Apa dan Siapa Penyair Indonesia(Yayasan HPI, 2017), Antologi Puisi Guru Se - Asean (Yayasan HPI, 2018), Kopi
Sekanak (Aceh, 2018), Tangsel Mengaum (DKTS, 2018), Muhasabah Debu (Ikhtisar Publising, 2020),Jazirah Lima (Dinas Kebudayaan Kepri & Yayasan Jembia Emas, 2020), Corona Mengepung ( Arti Kata Oktober 2020), Ibuku Surgaku (Kosa Kata Kita, 2020), Krista-Kristal Diha (Kosa Kata Kita, Desember 2020), Selakalung Anggrek ( Magma, Desember 2020), Sang Acarya ( \Kosa Kata Kita, Januari 2021), Ayahku Jagoanku Februari 2021), Anakku Permataku (April 2021).
Puisi pribadinya Mata Hati (1992), Kado Puisi (1997), Kota yang Luka Negeri yang Perih(1999), Membuka Pintu Langit (2000), MemujaMu di Tahta Langit (SMPS-2013/2016), Muhasabah Debu –Puisi Intishar Publising2020),Anggrek Berbuih Jingga (Prabu 21 –kumpulan cerpen,Maret 2021), Negeri Yang Ku Jemput (Prabu 21-kumpulan naskah Drama 2021)
===========
7.Rohani Mufa
. Penuh Daya
Ombak mengikis karang
Api melahap tangki-tangki oli
Gunung digugur guncangan
Air bahpun menghanyutkan segala isi
Manusia punya daya
Daya tebang dimana- mana
Daya gerus merajalela
Daya kikis sepuasnya
Allah punya kuasa
Membalas daya dengan teguranNya
Tapi kami manusia lupa
Lupa batas kala melalukannya
Lumpur-lumpur mengecat tembok warga
Hujan diguyur membasminnya
Pria berbaju oren saling menyapa
Lelah mereka karena ulah manusia
Manusia yang lupa, lupa ingatan dan lupa perbuatannya
Kita merasa penuh daya
Tapi ternyata tak berdaya
Hanya bisa mengiba
Kala ditimpa teguranNya
Aceh Barat Daya, 20 April 2021
Rohani Athala
Alarm
Megingatkan waktu terus terkuras
Mengurang usia
Melemah tenaga
Menumpuk dosa
Namun kita manusia lemah
Yang selalu lupa
Lupa syukur atas nikmatnya
Lupa menambah amalan-amalan padaNya
Terhenyak daku kala menatap kitabNya
Rabun tak jelas lagi tulisnya
Ternyata usia mengikisnya
Sudah mulai lupa apa-apa
Tak abadi semua ini
Namun aku lupa memperbaiki diri
Lupa ibadah dan sedekah
Lupa Ajal sudah menanti
Bersyukur sang Izzati Rabbi Maha pengampun lagi menyayangi
Walaupun dosa seperti buih dilautan
Namun maafNya seluas jagat raya ini
Kami yang lupa
Tiba-tiba hilang daya
Ajal akan tiba alarm mengingatkannya
Tapi lupa bekal untuk menghadapNya
Ramadhan saatnya menambah bekal dan amalan kita
Aceh Barat Daya, 20 April 2021
Rohani,S.Pd lahir di Kuta panjang, 10 JUNI 1985 pernah mengenyam pendidikan di SMA 1 Blangpidie, pada tahun 2001-2004, dan sekarang menjadi tempat kerjanya, yakni Guru bahasa Indonesia di SMA 1 Blangpidie, yang kini berubah nama menjadi SMA 1 Aceh Barat Daya, sudah 10 tahun menjadi guru disana terhitung sejak Januari 2010 hingga sekarang, sebelumnya wanita berusia 35 tahun ini pernah berkuliah di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara pada tahun 2004-2008. Ibu dari 2 orang anak ini yakni Athaillah Muhammad Irfan dan Aisyah Halwatuzzahra Irfan ini memiliki hobi menulis puisi sejak kuliah, sekalipun hobi tersebut tak ditekuninya secara mendalam. Istri dari Zukrya Irfan ini memiliki tinggi badan 150, sama hal seperti Ibunya Ibu Fatimah tapi tidak setinggi Ayahnya Bapak Muhammad. Rohani, S.Pd yang kini menggunakan nama pena Rohani Athala, bercinta –cita ingin menghasilkan karya yang bisa bermanfaat bagi banyak orang, atau sekedar ia bisa menceritakan pada anak-anaknya bahwa ibunya memiliki karya selama menjadi guru, selain motivasi tersebut , sebagai ketua Musyawarrah Guru Bahasa Indonesai (MGMP) tingkat SMA Aceh Barat Daya Ia dituntut mampu menjadi contoh dan motivasi untuk guru-guru lain agar bisa menghasilkan karya untuk menunjang kariernya sebagai guru.
============
8.Zaeni Boli
Sakit
Pada segala batu dan pilu
Waktu yang sepi
Ranting ranting sunyi
Daun gugur
Hatiku hatimu terbang
Segala sepi
Pasti pergi
Pasti kembali
Seperti duka
Butir butir kata berubah jadi doa
Diantara jerit kesakitan
Hanya Allah
Hanya Allah Maha Penolong
Larantuka 2021
Zaeni Boli
Puing dan Beling
Pohon jagung tumbuh diantara reruntuhan
Tuhan yang jenaka
Mengajak kita bercanda
Meski dalam duka Ia tumbuhkan harapan
Diantara puing dan beling
Diatas aspal yang retak
Bangkai mobil
Anak kecil bermain lumpur
Kenyataan yang sesak
Tak lagi tumpah menjadi air mata
Harus apa
Bagaimana
Dimana
Siapakah
Kita adalah saudara
Terbukalah hati para penolong
Larantuka 2021
Zaeni Boli dikenal sebagai Aktor dan Penyair berkesenian sejak 1989, pernah tampil di acara Festival Internasional “Asean Literary Festival 2015” ,karya –karya puisinya juga termuat di media cetak dan online maupun antologi bersama diantaranya Negeri Poci ,Puisi Menolak Korupsi dan Lumbung Puisi.
aktif bergiat di literasi bersama Agupena Flores Timur .Sekarang tinggal di Flores Timur aktif di Nara Teater ,tampil pada Pekan Teater Nasional 2018 di TIM GBB,menjadi ketua TBM Lautan Ilmu dan mengajar di SMK SURA DEWA Flores Timur mendirikan Eskul Teater “Bengkel Seni Milenial”.Aktif menghidupkan kesenian di Kampus IKTL Larantuka.
Tahun 2020 terlibat dalam festival seni pertunjukan Internasional Ur Fear ( Peer Gynt ) yang diadakan oleh Teater Garasi .
Tahun 2020 Mengikuti Workshop Manajemen Pentas yang diadakan kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Jakarta .
Tahun 2020 Mengikuti Workshop Aksilarasi Sub Teater yang diadakan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Labuan Bajo .
Dan beberapa agenda kesenian lain . Saat ini di percaya sebagai Ketua FTBM Kab Flores Timur.Aktifitasnya dapat di lihat di akun Fb atau Ig Zaeni Boli.
9.Irwansyah,
Bingkai Seperti Bangkai
Lihat bingkai-bingkai beranda yang ditata dari tatanan kehidupan modernisasi asasi seperti basah basi ada dalam genggaman tapi tak tergenggam hanya beradu argumentasi dalam kepala, jendela-jendela dibuka selebar-lebarnya tetapi terasa sempit ada pengintip yang dititip menjepit, menggigit tanpa berani menjerit karena bukan serigala bertaring tajam berkuku lancip.
Ada bingkai bicara hati nurani kesan hidup atau sebenarnya telah mati rasa dalam belantara tangan-tangan besi...jadi abdi setia dengan tinta harga diri dibenam ancaman loker PHK seperti kurcaci membuka jendela dengan coretan atas titah permintaan hingga diksi berupa prediksi.
Bingkai lain tampilkan peci dengan dasi lima tahunan seperti terpelajar membawa segudang impian iming-iming kesejahteraan, keamanan, keadilan, gambarkan kebenaran mewakili keharmonisan kehidupan dalam simponi kebohongan entah apa isi kepalanya segudang rencana hanya tinggal di atas meja menumpuk kertas kerja berakhir di KPK.
Lihat! Ada bingkai pada sebuah beranda berebut tempat, kursi gerbong kereta khusus wanita, "Pak...Kalian bukan bagian kaum kami", "maukah Kalian hamil, memakan harta bukan hak seperti mencuri tempat duduk kami!" Saling sikut tak perduli tempat dan waktu, suasana sepi kembali mencuri karena penjaga picing mata kura-kura dalam perahu.
Beranda-beranda dihias bingkai dalam genggaman yang tak tergenggam tak pula tersentuh biar saja jadi bangkai.
Bogor, Maret 2021
Irwansyah
Mimpi Keadilan...Asu
Si Cantik berbody aduhai baju celana dipakai ketat melenggak lenggok bak ratu khatulistiwa tanpa malu serta salah keluar sidang senyum lebar menoel isi kepala berdegup jantung alang kepalang semua mata melotot sambil air liur jatuh terjerembab membanjiri bumi, ketuk palu hakim petanda sengketa usai...Si cantik istri si miskin dinyatakan bebas walau berjinah dan berdalih dengan Bang Ganteng pemilik pohon duit yang hartanya tak habis tujuh turunan seisi negeri sanggup dibeli...
Seorang pemuda memakai sorban sepulang sholat di surau kecil berkata "astaghfirullah tak boleh maksiat", masyarakat terperanjat melihat Si Cantik berbody aduhai dipeluk cium Bang Ganteng di dalam mobil sport dengan atap terbuka tanpa jendela seperti celana melorot ke bawah semenjak azan telah berdua tak ada akal tak ada malu kasih mesra telah terpadu. Bang ganteng marah memerah muka menghardik pemuda pemakai sorban, "pencemaran nama baik" ucapnya. Pemakai sorban dihukum pula berbulan-bulan ketuk palu bersalah dari pak hakim yang berbaju tanpa celana...
Aku terbangun disiram air oleh Si Cantik dan Bang Ganteng karena terganggu nyanyian tidurku...Asu! Aku terusir dari mimpiku.
Irwansyah, Bogor, April 2021
Irwansyah terlahir di Kota Tebing Tinggi (Sumatera Utara) 03 Juni 1973 senang merajut kata yang dahulu tak berusaha untuk publikasi. Penikmat sastra semenjak SMP (baca novel dan roman di perpustakaan Sekolah saat Istirahat). S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan Bogor dan S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Indraprasta. Saat ini mengajar di Universitas Pamulang. Baru memberanikan diri di antologi Gembok Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia IX 2021.
=============
10.Ahmad Z. Ujung
SINABUNG BERKABUNG
Megah berdiri mencakar langit
Sayang ... kau tidur, bukan mati
Ribuan purnama kau bermimpi
Sayang ... kau tidur, bukan mati
Sekarang lelapmu terusik
Kau bangun
Dengan muntah serapah
Menghujam kejam
Hancur remuk
Awan bergulung hitam
Panas api membakar
Rampas cerita indahnya tanahku
Ini hanya teguran
Bukan hukuman
Agar kita lebih bnyak berbenah
Sidikalang , Dairi, Sumatera Utara 8 Maret 2021
Ahmad Zainuddin Ujung lahir di Desa Pasi, Kecamatan Berampu, Kabupaten Dairi, 21 Maret 1989. Pendidikan dasarnya ditempuh di SDN No 033911 Belang Malum, jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di selesaikan di SMPN 3 Sidikalang, jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 2 Sidikalang, Kabupaten Dairi.
Gelar sarjananya diperoleh dari Universitas Negeri Medan (Unimed) pada tahun 2012 dengan menyandang gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Pada tahun 2013 penulis terpilih menjadi salah satu guru daerah terpencil dalam program SM3T penempatan Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.
Pada tahun 2014 penulis kembali ke tanah kelahirannya dan menjadi tenaga pendidik di SDN No 030277 Teladan Sidikalang pada tahun 2016. Sekarang penulis aktif mengajar di SDN No 036562 Ponjian. Penulis aktif mengikuti kelas belajar puisi dan mengikuti beberapa event lomba puisi dan telah menghasilkan beberapa karya. Saat ini penulis juga sedang menyelesaikan cerita bersambung dalam bahasa daerah Pakpak dengan tema pendidikan berjudul Mersikkola Tikan Arnia (Sekolah Pada Zaman Dulu).
Penulis sudah menetaskan satu buah buku puisi tunggal yang berjudul Sang Peneroka di Negeri Andalas, Antologi puisi bersama Sumbu Kaki Langit, Puisi Cinkiuain, Antologi Sampah, Rumah Sebuah Buku, Seruling Sunyi Untuk Mama Bumi, Pusi Asia Tenggara, Selamat tinggal masa lalu selamat datang lembar baru (antologi cerpen dan puisi), antologi pantun karmina , antologi puisi Guru dan Dosen , dan Buku Gema Lobat Tanoh Sulang Silima tahun 2020 ( Buku sastra daerah Pakpak Dairi sebagai buku refrensi dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah ), dan beberapa buku antologi lainya .
===========
11.Muhamad Salam
Jedah
Desir anginpun semakin menjauh Rembulan tersenyum di balik awan Bintang tak lagi tampak berkedip Sunyi dalam kesunyian Meraba dalam terang Menyingkap kealpaan diri Kami yang lupa Kami yang tak tahu diri Melupakan Apa yang terjadi,dan tak pernah intropeksi diri Waktu mulai merangkak jauh Rembulan tak lagi berseri Akan jedah keperaduan Tanpa kata dan sapa Meninggalkan segalanya Kami yang lupa Semua tak tahu kapan dan dimana akan singgah Kemarahan pada kita Semua karena kita Lupa dan tak tahu diri Jauh dan menjauh kan dirinya.
Muhamad Salam
Kembalinya si Petualang
Semakin suny,i merajaut kata
Tanpa batas waktu berputar
Bingkai diri didepan cermin
Ku lukis liku-kuku diri
Wajah tak bertopeng
Jujur apa yang terjadi begitu saja.
Mungkin diri tak lagi tahu
Jejak petualang,menginjak tanah air,
yang lama tak terjamah
Tak tersujud, dalam petualangan ku
Tanah terpijak,air pengoba
==========
12. Ahmad Dumyati AN
Kami Yang Lupa Diri
Bala tentara-Mu datang silih berganti
air, api, udara dan bumi
selalu setia menunggu antri
mengingatkan kami yang lupa diri.
Mereka datang dengan dua wajah lugu
menggembirakan dan membuat pilu
kami mudah tertipu, pura-pura tak tahu
atau bahkan tak punya malu.
Air jernih berlimpah menyegarkan
menghapus dahaga
air bah yang menakutkan
berlayar di lautan air mata
terkadang ia bisa saja lama tak datang
menghadiahi kemarau yang panjang.
Api asmara memberi kehangatan
api nista melalap hutan dan pemukiman.
Semilir udara menyejukkan
nafas berwujud tarikan dan hembusan
bahkan angin yang meluluh-lantakkan.
Bumi yang tak jemu memberi
emas permata minyak tembaga hingga besi
sekaligus guncangan mengerikan
menghancurkan penduduk bumi
menimbun segala keserakahan.
Bala tentara-Mu sudah cukup memberi arti
hanya kami saja yang tak mau mengerti
karena kami yang lupa diri
dan gagal merayu-Mu dalam sunyi.
Sukabumi, 16 April 2021
Ahmad Dumyati AN, Alamat: Serang, Banten.
==============
13.ANISAH
AYAT-AYAT CORONA
/1/
angin telah tersesat membawa doa yang gemetar di tengah malam yang berlari menuju batas
daging kelelawar bernyanyi riang sambil mempersembahkan tubuhnya bagi sang pangeran jelata
/2/
begitu nikmatnya sang pangeran dan rakyatnya menikmatinya
hingga diam-diam ada yang ikut berpesta
/3/
dengan mesra corona dating menemani mereka
tak terasa badan mereka mulai manja, minta dielus dokter
/4/
corona ingin keliling dunia menikmati kuliner yang lezat
dengan pesawat terbaik mereka holiday ke seluruh penjuru dunia
/5/
agin semilir menyambut datangnya
mempersilakan menikmati daging istana dengan nikmatnya
/6/
aparatur pemerintah mengajukan diri untuk dihidangkan juga
para dokter dan perawat dengan ikhlas menjadi santapannya
/7/
seluruh rakyat menjadi sekarat karena tidak mau bertobat dari kesalahan dahsyat
waktu tak sanggup berkelok, bergegas meneteskan air mata darah
Magelang, 21 April 2021
Anisah, Kelahiran Magelang, 19 Agustus 1966, Lulusan S1 Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Alumni Magister Studi Agama Islam Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Tulisan dimuat di Majalah Rindang, Semarang {2010), Majalah Sejahtera, Semarang {2020}. Antologi Puisinya: Anak Cucu Pujangga (2019), Ibuku Surgaku (2020), Antologi Puisi Tunggalnya: Tari Soreng (2019), Anggota Lumbung Puisi, Competer Indonesia, Sastra Magelangan.
14.SUPIANOOR
TUHAN MENEGUR KITA
Tuhan meenegur kita
Karena kita banyak yang lupa
Dengan mengirim berbagai bencana
Agar kita bisa berkaca
Tuhan menegur kita
Dengan berbagai angkara
Karena kita banyak yang alpa
mementingkan syahwat semata
Tuhan menegur kita
Dengan berbagai fenomena
Banyak yang membabi buta
Dengan alam semena-mena
Tuhan menegur kita
Dengan kejadian tak disangka-sangka
Semoga kita tak berburuk sangka
Agar tak jauh terlena
Tanah Bumbu 14 April 2021
RAIH KEMBALI CINTANYA
Kabar duka
Di mana-mana
Datang bencana
Tuhan menegur kita
Kabar duka
Merenggut nyawa
Menghayut harta
Mungkin kita lupa
Kabar duka
Alam murka
Tetes air mata
Mari berkaca
Kita lupa
Kepada pencipta
Tawa gegap gempita
Pengabdi syahwat semata
Kita yang terlena
Nafsu dunia
Jangan lupa
Mengetuk pintu-Nya
Kita yang menua
Di sisa usia
Mendekat Bersama
Raih Bersama cinta-Nya
Tanah Bumbu 17 April 2021
Supianoor dilahirkan di Kusan Hulu, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada tanggal 1 Juli 1969. Puisi-puisinya terdapat dalam antologi ersama Buitenzorg Bogor Dalam Puisi Penyair Nusantara (2017), Berbagi Kebahagiaan (2019), Surak Sumampai (2019) dan Corona (2020) , Rindu (2020), Hujan itu Selalu Melukiskan Rindu (2020), Berguguran Ranting Harapan (2020), Ramadan Kareem (2020),Sampah (2020), Love In Silence And Memories (2020), Filosofi Rindu (2020), Lantunan Doa Rakyat (2020), Sapardi Dalam Kenangan (2020), Menikah Yang Menikam (2020), Gabin Barandam (2020), Tribute To Soni (2020), Sajak-Sajak Alam (2020),Antologi Berpola 17845 (2020), Romansa Menunggu (2020), Senandung Cinta Pujangga (2020), Celoteh Anak Negeri (2020), Birai Rindu (2020), Sang Acarya (2020), Air Mata bSurga(2021). Ibuku Surgaku(2921(,Ayahku Jagoanku(2021) serta beberapa antologi ersama lainnya dalam proses penerbitan. Sekarang bertugas sebagai Kepala SMPN 4 Kusan Hulu dan tinggal di Desa Binawara RT.006, Kec. Kusan Hulu Kab. Tanah Bumbu 72272 Kalimantan Selatan.
15.Fath WS
Sesal
Aku lupa
membacakan puisi cinta untukmu
hingga kau tak mengerti
tak memahami
Aku lupa
mengajarkanmu isyaroh cinta
hingga kini kusesali
kau tak tahu arti cinta
Aku lupa
bahwa kini ku tak mampu meninabobokanmu dengan puisi cinta
karena kau pilih duniamu tanpa cinta
Aku lupa, aku alpa
hanya kepadaNya kupasrahkan
ya Rabb
tiupkan api cinta di jiwanya, temukanlah cintanya
Lembah tidar berembun, April 2021
16.Teguh Ari Prianto
Maafkan bapakmu wahai anak-anakku
Waktu tidurmu tersita kembali pagi ini
Biasanya lelap terganggu karena ketuk pintu di malam larut
kini istirahat lelah mainmu terambil lagi
sementara nanti kau harus bangun sahur.
Kau terpaksa terjaga malam ini karena menyaksikan sengitnya pertengkaran mereka
Lirih hati, sebab harus mengucap "selamat datang kematian akal sehat!"
Porak porandanya dunia hadir menjadi pemandangan bagi perjalanan selanjutnya
Moralitas terabaikan hanya demi keakuan.
Kepekaan kepada dunia yang dekat, baginya adalah omong kosong
Jadilah ruang kantung-kantung sampah
"Nurani" yang menyerah segala perdaya ke"tolol"an,
Menyertai bangkai saudara memenuhi rongga-rongga pelahapannya
Isi kepala buaian ketertelanjangan dosa
Mana bisa Tuhan menjadi penolong, singgasana-Nya saja ia remukan dengan dalih-dalih?
Api meletup-letup
mereka kira itu sabda-sabda
Aku yang kini tercemar
Oleh cipratan darah pertentangan
Bau busuk menyeruak
Muak
lalu memuntahkan cabik-cabik derita!
Mereka yang menghardik
Hadirkan luka derita kaum sesama. Sementara siapa penolong perjalanan keharibaan?
Terkutuk dalam sisa malam,
kuasa keangkuhan adalah nafas-nafas angkara
Anak-anakku...
Cerita pagi ini jauh dari sedap
Mereka punya mau tapi kemauan yang pandir
Kami yang lupa
Namun cerita ini masih berlanjut walau rasa menolak adanya
Tidurlah kembali anak-anakku
Ini masih ada sisa malam
Biar sahur berlalu
Mentari siang akan mengampuni keterlambatan bangunmu nanti
Bandung, 22 April 2021
Teguh Ari Prianto, lahir di Kota Cimahi, 20 Mei 1978. Saat ini tinggal di Desa Bumiwangi Ciparay Kabupaten Bandung Jawa Barat. Keseharian saat ini berprofesi sebagai seorang tutor yang mengajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sukamulya Bandung serta menulis puisi bersama Kelompok Pemerhati Sastra dari Taman Bacaan Masyarakat (TBM) "Pustaka Kawi".
Kegiatan berorganisasi, mendapat amanah sebagai Ketua Forum TBM Kota Bandung.
17.Sri Wijayati
Tuhan Kumohon Ampunan Dari-Mu
Tuhan telah ciptakan alam yang memesona
Pohon-pohon menghijau bak Zamrud Khatulistiwa
Ombak-ombak di pantai bergulung-gulung amboi indahnya
Hamparan padi di sawah kuning keemasan
Gunung-gunung biru tinggi menjulang
Hutan-hutan yang lebat tempat hunian satwa
Hutan-hutan yang lebat berfungsi sebagai paru-paru dunia
Maafkan aku Tuhan, kami yang lupa
Sedikit sekali kami bersyukur kepada-Mu
Kami lupa menjaga keindahan alam ciptaan-Mu
Kami serakah demi kepuasan dan keangkuhan
Kami tak kuasa cegah orang-orang ambil kekayaan alam tanpa batas
Penebangan liar pohon-pohon di hutan dengan sembarangan
Hingga saatnya datang teguran langsung dari-Mu Tuhan
Banjir bandang dan tanah longsor di mana-mana
Membawa banyak korban harta benda dan nyawa
Banyak derita dan jerit tangis pilu
Orang-orang kehilangan kekasihnya
Tuhan kumohon ampunan dari-Mu
Kami yang lupa
Bantul, 22 April 2021
Cinta Pertamaku
Tuhan telah kasih beberapa kenikmatan
Tuhan telah kasih harta kekayaan
Tuhan telah kasih nikmat kesehatan
Tuhan telah kasih rasa cinta yang mendalam
Cinta kasih yang indah antar sesama
Cinta kasih dari orang tua kepada anaknya
Cinta kasih untuk laki-laki dan perempuan
Yang mulai menginjak dewasa
Cinta pertamaku yang begitu indahnya
Cinta pertamaku yang melambung di awan
Tetapi kandas di rerumputan
Kami yang lupa mengejarnya dengan sisa-sisa hati yang masih ada
Kini, Tuhan telah ciptakan cinta yang baru
Butir-butir cinta pertamaku masih ada dan sulit menghapusnya
Ingin selalu kudekatkan diri kepada-Mu Tuhan
Dengan melakukan ibadah shalat lima waktu
Dengan melakukan ibadah puasa dan lainnya
Dengan menolong dan saling menghormati sesama
Tapi aku tak kuasa melupakannya
Tuhan maafkan, Kami yang lupa
Bantul, 22 April 2021
Sri Wijayati, S.Pd. Lahir di Bantul, 15 September 1960, pekerjaan Pensiunan PNS (guru) sejak 1 Oktober 2020. Alamat: Kretek lor, Jambidan, Banguntapan, Bantul, D.I.Yogyakarta. Aktif di Grup Sastra Jawa Bantul Paramarta, dan #Selasasastra, di Bantul. Buku karya sendiri : ”Taman Kembang Sore” (2018), “Taman Kembang Asri” (2019), “Kembang-kembang Katresnan“ (2019), “Kembang Setaman” (2020), “Seindah Senyummu” (2019), dan ”Rembulan Purnama di Langit Yogyakarta” (2020). Buku antologi karya bersama: ”Bunga Rindu di Negeri Kopi” (2020), “Nabastala” (2020),“Selamat Tinggal Hari yang Lalu Selamat Datang Kisah terbaru” (2021). Dan beberapa antologi karya bersama lainnya. Suka menulis geguritan dan lainnya.
18.Tarni Kasanpawiro
RIMBA KATA
Ijinkan aku menyapa semesta dan segala isinya
Dengan bahasa paling cinta yang kuperam sekian lama
Pada tanah pada air pada udara pada nyala api yang membara
Mari bercengkerama tentang bintang-bintang di atas sana
Jangan tanya siapa yang mainkan bola-bola begitu lincah
Untaian cahaya membentuk aneka kerlipan bak permata
Kita hanya bisa berujar dengan batas pemikiran oh indahnya
Bahkan pertanyaan demi pertanyaan menguap begitu saja
Pada pemegang buku besar yang berisi sebuah tanda
Dengan liar kita berusaha mengurai simpul setiap kata
Yang menjadi tirai agar kita tak terlalu jauh mengembara
Segalanya dikembalian lagi ke titik awal kita ada
Sekuat apapun kita berusaha takkan mampu membuka
Tirai itu dengan kokoh mengerdilkan liarnya isi kepala
Kita terjatuh tiap kali berusaha menaiki anak tangga
Seakan ada yang berkata tetaplah berdiri di atas tanah
Tapi aku tak mau menyerah ini menyangkut nasib kita
Yang dari tiada menjadi ada lalu kembali tiada
Yakinlah kita ini bagian dari siklus alam semesta
Sebagaimana bola-bola liar yang tak terhitung jumlahnya
Pada akhirnya kita hanya bisa pasrah pada sebuah tanda
Sebagaimana sebuah apel yang dimasukkan ke blender
Tak lagi berbentuk sebagaimana apel yang seharusnya
Melebur menjadi cairan yang di tuang dalam wadah
Apa yang terjadi jika lalu tumpah ke dalam tanah
Itulah jawaban atas segala tanya yang paling sederhana
Jangan ada sesal lagi seperti itulah hakekat hidup kita
Pencarian dan pengembaraan takkan menemu jalannya
Sebagaimana bola-bola liar dengan garis edarnya
Sejauh apapun kita melangkah akan kembali ke tempat semula
Semesta takkan membiarkan kita terlalu jauh melangkah
Seperti itulah ketetapan yang harus kita terima
Cibitung, 15 Maret 2021
19. Atek Muslik Hati
Sulitnya Mencari Kebenaran
Sehari kemarin kau berkata A
Esoknya pun menjadi B
Sesulap itu dirimu tanpa tau malu
Menginjak-injak harga diri tanpa tedeng aling-aling
Hargamu telah lumpuh di sudut kerling mata juling sipit itu
Terbuang sia-sia tanpa kesah
Ibarat remahan rengginang
Tak berwujud sempurna lagi
Aturan kau buat
Untuk kau langgar
Tumpul berdempul
Namun TAJAM mengasah buatku, dia juga dia!
Puncak amarah pun berdarah-darah
Mata merah menahan letusan gunung kemurkaan
Kucatat dalam diary biru bertinta emas
Kuwariskan pada anak cucuku kelak
Bahwa kau Rajadiraja pemuja syaitan!
Penuh intrik licik dan tipu-tipu...
Marah kami sesaat lagi akan menggumpal awan dan hujan
Jangan cemas apalagi riang karena Tuhanku pun mengutuk misimu...
Praya Lombok,140421
20.Ahmad Rizki
Nyanyian sisi kota
Aku terlahir sebagai asap knalpot.
Sebagaimana kota ramai:
Aku dipeluk kecewa
Lalu, nada-nada dihamburkan ke sudut lampu jalan.
Jika matahari muncul pagi buta
Aku menjelma suara klakson.
Jika matahari akan terbenam
Aku dinikahkan jalan-jalan macet
Dan yang tersisa adalah kesombongan.
2020
Sebentar
Dari waktu kehidupanku,
berjatuhan menit-menit kosong
O, waktu-waktu menjengkelkan,
Betapa menakutkan
Betapa mengiurkan!
Yang tak kutangkap adalah cahaya
Angin mengecoh mataku
Dan sebentar tiba di tanah coklat:
Anak-anak bermain
Dan ibu membungkuk.
Dan yang terkenang adalah nisan.
2019
Ahmad Rizki. Menetap di Ciputat, Tangerang Selatan. Penikmat Fajar dan Ikan-ikan kecil. Buku puisinya antara lain: Gelisah (2019), Sajak Asbak (2019) dan Sisa-sisa Kesemrawutan (2021). Dapat diintip lebih lanjut di Instagram @Ah_rzkiii