TEKS SULUH


Selasa, 27 April 2021

Tadarus Puisi V 1442 H/2021 , Puisi 41-50



41. Muhammad Levand


Kami Yang Lupa Kepada Luka

 

Kami yang lupa kepada luka

Akan mengingat selalu rahasia

Menjadi kenangan sepanjang usia

Ibarat menjadi sebuah penanda rasa

 

Yang abadi bukan luka

Adakah ingatan mendusta?

Nasib bukan untuk ditangisi mata

Gelisah hanya godaan yang fatamorgana

 

Lupa membuat kami dewasa

Usia memilih kehidupan bahagia

Padahal luka terus menyayat di dada

Air mata semakin khusuk mengucap doa

 

Kepada setiap luka

Erat kami dekap dada

Pandangan hati percaya

Akan harapan serupa cinta

Dan bencana yang penuh rupa

Akan membawa pergi setiap duka

 

Luka bukan suatu yang hina

Usah sesalkan ingatan melupa

Karena hidup sudah diatur oleh-Nya

Apapun yang terjadi, bahagia itu niscaya

Jember, 19 April 2021

 

 


Kami Yang Lupa Setiap Waktu

 

Kami yang lupa setiap waktu

Adalah hamba yang selalu rindu

Mengucap doa istighfar tiap waktu

Ingatan agar kembali menemu cumbu

 

Yang fana adalah kami

Akan kembali kepada Ilahi

Nasib lupa tak bisa dipungkiri

Gelisah ingatan menjelma sunyi

 

Lupa menjadikan kami luka

Usia menjadi banyak prasangka

Pada setiap kejadian yang kami lupa

Ada pelajaran hidup yang tak bisa didusta

 

Setiap luka jadi debar

Entah itu nyata atau kabar

Tak ada penafsiran yang benar

Isak tangis dan kegetiran terdengar 

Air mata membuat lupa semakin nanar

Pada kami ingatan masih meremang samar

 

Waktu memilih dzikir

Agar lupa tak lagi hadir

Kami yang percaya takdir

Tak putus asa sampai akhir

Untuk mendapat ingatan lahir

 

Jember, 7 Ramadan 2021

 

 

Muhammad Lefand, penulis yang lahir di Sumenep Madura dengan nama Muhammad, sekarang tinggal di Ledokombo Jember. Lulusan MA An-Nawari Seatengah Bluto Sumenep dan Universitas Islam Jember. Salah satu pendiri dan pegiat Forum Sastra Pendhalungan Jember, pendiri dan pegiat Forum Sastra Jember, pegiat Forum Sastra Timur Jawa, Malam Puisi Jember dan Penggerak Lesbumi Jember. Antologi puisi tunggal terbarunya “Penyair dan Orang-orang Kecil” (FAM Publishing: 2019) dan “Pesan Laut kepada Perahu” (Buku Inti: 2020).

 

Alamat tinggal: Jl. Pojok barat kecamatan no 03 rt02 rw02 Dusun Krajan Sumberlesung Ledokombo Jember 68196

 





















42. Eliviya Kusumawati


RENUNGAN 1

 

Tuhan

Doaku terbang

Entah kemana

Gerangan

Doaku terlalu serakah

Hingga hujan tak berkah

Menjadi api

Di dada ini

Dan kau beri

Pengingat diri

Muntah api

Dari perut bumi

 

Patutkah kita busungkan dada

Lupa pada catatan yang Tuhan berikan

Tuhan …

Maafkan negeri ini

Mojopahit, 26 April 2021

 

RENUNGAN 2

 

Tuhan

Puisiku terbang

Mengitari awan

Berputar-putar

Lalu hilang

Menjadi angin

Dan berang

Menjadi gelombang

Menghantam daratan

Dalam-dalam

 

Semua mengutuk diri

Tinggalkan luka sunyi

Penuh ratap

Menggetarkan bumi

Yang tertinggal hanya doa

Dari semua cerita yang terjadi

 

Semoga Tuhan selalu mengerti. Jadi pelarian saat kita sudah dikebiri, anehnya selalu mengulangi

Oh, Tuhan …

Mojopahit, 24 April 2021


Eliviya Kusumawati, Seorang Ibu rumah tangga yang suka tinggal di desa. Pernah menjadi seorang guru tapi tidak pernah Merdeka. Karya termaktub di Teras Putiba Indonesia Takziah Bulan Tujuh. Antologi Menunggu. Antologi Guru dan Corona. Serta beberapa antologi lainnya.

 














43. Gilang Teguh Pambudi


PUASAMU TELAH

 

puasamu telah 

memasang kacamatamu 

 

puasamu telah

mengikat tali sepatumu

 

puasamu telah

memakaikan jilbab dan topimu 

 

puasamu telah

menguatkan ikat pinggangmu

 

puasamu telah

mengancingkan kancing bajumu

 

puasamu telah

menyisir rambutmu 

 

puasamu telah

mengamankan kemanusiaanmu

 

puasamu telah

membelah beribu berjuta tubuhmu

 

Kemayoran, 04 2021 / Ramadan 1442 H

 

TIDAK BENAR

 

tidak benar Ramadan tenggelam

tidak benar Indonesia karam

 

tidak benar kapal selam ditikam dalam

tidak benar!

 

Ramadan hidup dalam kesemestaan

Indonesia berkabung dalam sangsaka kemenangan 

 

setiap pejuang ke dalam hati menyelam

setiap pejuang! 

 

tak ada yang tenggelam kelam

juga Nanggala 402 

ia dukacita dan cinta mendalam

Kemayoran, 04 2021/ Ramadan 1442 H 


Gilang Teguh Pambudi, anak perkebunan dan orang radio yang seorang penyair (penulis). Saat ini tinggal di Kemayoran. Lahir di perkebunan kopi di Jawa Tengah, tetapi dari masa kanak-kanak domisili di perkebunan cengkeh Jawa Barat. Setelah meninggalkan kegiatan mengajar di kelas, dari tahun 1992 aktif sebagai Orang Radio Indonesia. Sebagai penyiar, jurnalis, programmer, kepala studio dan narasumber acara Apresiasi Sastra sampai menerbitkan buku tips sukses, Orang Radio. Puisi-puisi dan cerpennya termuat dalam berbagai buku antologi bersama selain antologi tunggal. Beberapa buku antologi puisi tunggalnya adalah, Syair Wangi, Jakarta Dalam Karung, Tarian Gapura, Zira, Mendaki Langit, Bumi Cintaku, dan Hari Kesaktian Kopi. Juga menulis buku catatan harian Dinding Puisi Indonesia (Serba-Serbi Dunia Puisi). Sebagai pembina komunitas banyak terlibat dalam berbagai kegiatan seni, termasuk Wisata Sastra Mingguan. Namanya termuat dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia (YHPI). 

44. Ence Sumirat


Ketika Alam Berbicara 


Banjir,longsor,gunung meletus dan gempa

Tiap kali datang manyapa kita

Bukanlah bencana apalagi petaka

Mereka hanya bahasa lain cinta

Yang dikirim kemurahan semesta

Ke setiap dada

Sebab kerinduan telah lenyap

Seiring kesombangan dan keserakahan menggeriap

Di sungai tercemar,di gunung gersang

Dan di ladang pengerukan kekayaan

Eksploitasi menjadi-jadi mengotori bumi

Tuhan, kini kami sadar

Atas segala kesalahan

Semoga kau tak bosan terus mengingatkan

Kepada kami yang sering melupakan

Amin

Cianjur 264021


Mengingat Lupa 


Kuingat 99 asma-Mu

Dari rupa kehilafanku

Lalu ku langitkan beribu cinta

Sebagai nyanyian syarat doa

Kuingat 99 asma-Mu

Dari lupa kealpaanku

Lalu ku rapalkan rindu pada semesta

Dzikir tak henti menggema

Kuingat 99 asma-Mu

Dari lupa kelalaianku

Lalu kurangkai menjadi sebuah jembatan

Penyabrangan orang-orang menuju keselamatan

Cianjur 264021


Ence Sumirat lahir tanggal 29 november 1971.menulis puisi secara otodidak.karyanya

dimuat dalam antologi bersama.antologi puisi tunggalnya “berjalan dalam kenyerian” kini

tinggal di perum kota baru blok c3 no 32 kecamatan cilaku kabupaten cianjur,jawa barat

























45.Selamat Said Sanib


Pada Jiwa-jiwa



Tuhan memanggilmu

Datanglah !

Dengan lumuran dosa

Bersimpuh meski dengan hati yang kotor


Mendekatlah !

Dengan ampunan dari segala dosa seluas langit dan bumi


Wahai Jiwa jiwa rapuh

temui TuhanMu 

Pagi dan petang

Siang dan malam

Menggapai cahaya Ilahi


Pada jiwa jiwa kering kerontang

Mengpa engkau menjauh ? 

Mencari perlindungan pada hujan yang jatuh ke bumi menyuburkan tanah-Nya


Pada  buliran airmatamu melalaikan perintah 

menyuburkan hati dari mengingat Titah-Nya


Tadarus Sabda alam ayat ayat Kauniyah Agungkan Asma-Nya


Tarian bumi meluluhlantahkan peringatan Tuhan bukti Kuasa-Nya


Tiada tempat kau bersembunyi semua dalam Pengawasan-Nya


Pada ruang hati yang selalu merasa super

Pada lisan yang selalu ghibah

Fikiran yang berprasangka

Perbuatan yang lalim semua dalam catatan-Nya


Ramadhan mengingatkan jalan kembali pulang

Asalmu dari tanah agar kembali pada tanah jiwa jiwa yang fitri tatkala terpilih menghadap-Nya


Samarinda,25 April 2021






















46. Che Aldo Kelana


Masih pantaskah kau sebut

dirimu hamba ?

Sementara cintamu masih

mendua.

Bahkan dalam setiap perjalanan pun

kau harus memilih arah dan tujuan ?

Ambigu menyesatkanmu dalam

keraguan.

Jika kau benar-benar hamba,

pastikanlah cintamu untuk siapa !


Atambua, NTT 2021


 

PERJALANAN


Di seberang sana

Di kaki bukit

Di sebelah sungai

Rintihan itu tergerus hujan,

tertimbun lumpur,

tersisih di ruang sepi.


Hingga waktu mempertemukan kita

Saling berjabat tangan

Membasuh luka yang basah

Memeluk erat cinta yang tulus

atas nama kemanusiaan.


Atambua NTT 2021



47. Sugeng Joko Utomo


Jerat Lupa Belantara Kota

 

Di kota ini, kawan

Gedung-gedung nyaris mirip belantara hutan

Saban hari tumbuh tiada patuh aturan

Sesubur cendawan berspora di musim hujan

Menjulang tinggi tanpa dedaun

Kokoh besar tapi tak rimbun

 

Di kota ini, sahabat

Langitnya sesak berjaring kawat

Kabel listrik dan telepon melilit rapat

Terjulur dari atap ke atap

Mencekik jiwa-jiwa berpesta umpat

Menghimpit dada bernafas pengap

Tersuruk-suruk memintal pilinan laknat

Menenggelamkan benih ribuan harap

 

Di kota ini, sayang

Jalan-jalan aspal bak sungai kerontang

Mengalirkan pusaran debu roda-roda jalang

Bersicepat berebut nyalang

Menyemaikan geriap saling menghadang

Padat bergilir mengubur pandang

Dengus-dengus birahi para kurcaci

Digerus syahwat tanpa penetrasi

 

Adakah kau terselip di sana, kekasih

Di antara ribuan dendang lagu risih

Lantang menyeru gubuk-gubuk kumuh letih

Tergencet aroma congkak pembangunan menindas perih

Adakah kau terselip di sana, adinda

Merentang jerat sepanjang cakrawala

Menabur lupa tanpa lika-liku kekata

Memasung nalar di kegagapan makna

Tasikmalaya, 19 April 2021

 

Nanggala Empat Kosong Dua

 

Entah siapa yang telah lupa

Bahwa paus besi itu kian renta

Walau ternampak perkasa bak dewa Baruna

Atau seperti siluman buaya

Namun yang biasanya menyelam ke dasar samudera

Kini tenggelam tiada daya

 

Entah siapa yang salah

Hingga paus tua hancur sudah

Kepingan-kepingan yang muncul ke permukaan

Pertanda nyata satu kealpaan

Walau dikerahkan segala usaha

Berbagai alat canggih berebut upaya

Namun telah menyadi kehendak Ilahi

Lima puluh tiga patriot berpulang ke pangkuan bumi

 

Entah siapa yang lupa

Entah siapa yang salah

Mari tunduk sejenak menghaturkan khidmat do'a

Untuk 53 syuhada Nanggala yang berpulang ke pangkuan Allah

 

Sebaiknya kita sadarkan diri

Bahwa samudera angkasa bumi matahari milik Ilahi

Jangan pula saling melempar salah

Kita semua khilaf atas peringatan Allah

Tugas hidup harus segera diselesaikan

Mengharap pengampunan dari Tuhan

Tasikmalaya 26 April 2021

 

Sugeng Joko Utomo, kelahiran Gombong Kebumen, saat ini menjadi guru Biologi di SMA Bina Insan Mandiri Bantarkalong, juga guru Kimia, Fisika dan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK Riyadul Ulum Cisempur Tasikmalaya



























48. Amini


Kami Lupa Ada Kedalaman Cinta


Kami tak pernah tahu ada hujan yang turun

Jika tidak pada musimnya


Kami tak pernah tahu kalau ada aniaya di sekitar kota

Jika tak ada berita yang terhembus dari sudut-sudutnya


Entah karena kami yang tak tahu

Ataukah kami yang tak mau tahu


Di tengah gelimang sibuk beragam perkara

Selalu menyelipkan senandung lupa

Bahwa di sana ada kedalaman cinta

Yang belum mampu kami selami

Ada berjuta nikmat yang justru kami tangisi


Satu persatu nikmat di bumi ini Kau ambil kembali

Dengan cara yang hanya Engkau yang bisa

Semeronta apapun kami

Hujan tetap turun di awal dan akhir Januari


Inilah yang membuat kami sering lupa

Bahwa selalu ada cinta-Mu di setiap lini perkara

Tercabik-cabiknya kami adalah bukti cinta-Mu

Agar kami tak lupa untuk kembali

Nganjuk, 27/04/2021






Kami Lupa Ramadan


Kata orang bulan Ramadan adalah penuh berkah

Banyak orang menuliskan bahwa setiap kata jadi ibadah

Setiap tarikan napas jadi indah

Namun kami lupa kalau hari ini adalah bulan mulia itu


Dari jatah waktu yang diberikan

Semua mendapat bagian yang sama

Dari ujung sini sampai sana

Tak peduli hewan tumbuhan dan manusia

Sungguh Allah maha kaya


Namun kami sering lupa

Jatah waktu yang kami terima tak bisa kami isi dengan yang semestinya

Masih ada yang menggunakannya dengan asyik bercanda

Dengan kawan lama maupun kawan baru lewat WA

Masih ada yang nikmat dengan berbagai link adegan yang tersedia

Beragam game yang merajalela

Barang-barang konsumtif lainnya yang tak boleh terlewatkan sebentar saja

Kata hati semakin jauh dari menyebut indah nama-Nya


Ampuni kami yang telah lupa

Bahwa Ramadan adalah bulan termulia

Nganjuk, 27/04/2021






Amini, S.S. adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Nganjuk. Kesukaannya pada tulis-menulis dia abadikan dalam karya. Sudah beberapa buku yang dia hasilkan baik buku tunggal maupun antologi  ersama penulis yang lain. Untuk bisa mengenalnya lebih jauh bisa melalui alamat email aminiparwoto76@gmail.com.




























49.Nur Khofifah 

Tafakur


Subuh menjala

Melangit doa

Tangan-tangan bergumul resah

Membuka tabir sembunyi entah

 

Titah

 

Lembar-lembar Titah terdengar patah

Pantaskah diri ini menengadah

Sementara berhala-berhala menumpuk di hati

Bersembunyi atas nama Tuhan Suci

 

Bagaimana Engkau menilai islam kami ya Rabb

 

Setiap waktu pintu Kau buka

Setiap waktu  pula kami alpa

Lebih terbuai pada malam gemerlap

tapi beraroma nikmat

 

Ya Tuhan

Tercecer dosa kami di setiap sela

Hilang terhanyut

Bersujud pada Engkau yang Maujud

BWI, 270421

      

 

 

 

 



Viefa

Duka Lautan

 

Kuiring kepergianmu wahai duka mendalam

Nanggala 402

Duka ramadan membelah lautan

Menambah deret panjang luka Nusantara

 

Di bawah kedalaman 850

Pusara gelombang menyerap

Lintas perjalanan

Banyuwangi - Bali mengunci

Lelaki setangkas alun menggelung 

Tunaikan janji

 

72 jam saja kau hirup tanpa berita

Tersengal di batas napas

Berlari di alam samudera

Terseret

Tergulung

Tergerus

Tenggelam

 

Karam

 

Ramadan kali ini duka Lautan

Pecah gelombang sedahsyat tangis bocah

Tangannya memeluk pundak

"Ayah, jangan pergi!"

Rengekan manja kekasih

Langkah tak surut dihenti

 

Kusuma bangsa

Kukirim puja puji  gending Kamboj

Pulanglah pulang

Berkawan angin buritan

Lelaki setangkas alun menerjang

 

Tidurlah berselimut relung karang

Bertabur ganggang dan bunga-bunga impian

Jiwa tenang menuju Zat keheningan

 

Tuhan

 

Ramadan duka Lautan

Lelaki pujaan hilang tenggelam

Berkeping rindu mencacah

Kau ksatria

Lautmu pecah

Bwi, 250421

 

       Nur Khofifah dengan nama pena Viefa kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur. Menembus padang kata dengan menuangkan pengalaman dalam bingkai kalimat mengolah rasa. Viefa aktif dalam berbagai komunitas penulis untuk mengembangkan diri. Memandang Lumbung Puisi bukan saja tempat unjuk kreasi, tetapi lebih menjadi tempat belajar dan bersilaturrahmi. Terakhir mengikuti antologi Gembok bersama penyair nusantara dari Lumbung Puisi, antologi Puisi ke VII Para Penuai Makna dari Dapur Sastra Jakarta, dan antologi puisi lainnya yang masih dalam proses penerbitan.

 






50. Iwang nirwana



Iblis menjadi peluk

Gemuruh bermain di sela bayang

Mentari memoles gincu di bibir hari

Menikmati belaian angin diatas kapal usang

Sementar takbir sibuk mengais jiwa datang

Manusia manusia lain merias takwa

Manusia lain diam saja

Manusia ini duduk manis menikmati merahnya senja pada ronanya

Yang asik mencumbu riak dalam geliat ombak

Orang orang lain sibuk mencari baik

Menamai ikhlas dengan pahala

Orang yang lain ramai mencari angka dan lupa pada nyata

Orang ini hadir dalam ribuan dosa untuk Kau balur dalam gincu senja

Ini hari begitu sepoi

Manusia manusia lupa menjadi srigala

Iblis iblis lupa menjadi peluk

Pemalang.jawa tengah