51.Mohammad Saroni
Berharap Pada Malam
Malam datang malam pergi
langit berganti ganti
matahari rembulan dan bintang bintang
bumi hanya memandang
sebab alam telah berjanji
Sementara itu orang orang bergerak
susuri lorong lorong kehidupan
membawa beban yang tak habis habis
datang dan datang tiada henti
seperti gelombang dari lautan
menghempas menggempur
dinding hati serasa tak mampu bertahan
koyak moyak dimana mana
tetapi diri harus bertahan
walau setiap saat ada yang datang dan pergi
menjalani sunnatullah
Hidup memang harus dijalani
tidak mungkin menghindari
karena kita salah satu pelaku hidup
Dan, pada malam malam yang selalu datang
kita berbisik pada bumi
kita merayu langit
berharap esok lebih baik
Matahari lebih terang
bumi dan langit benderang
Gembongan, 27 April 2021
Mohammad Saroni
Saat Malam Kehilangan Misteri
Apakah sesungguhnya hal yang paling berbahaya dalam hidup ini?
Tuhan telah menciptakan alam ini untuk kehidupan hakiki
semua dilengkapi agar hidup tak terasa berat
walaupun onak duri ada di manamana
tetapi semua itu untuk orang yang beriman
yang tidak beriman tak begitu peduli
Ini adalah misteri yang abadi
Tetapi, ketika misteri telah terkuak
seperti malam yang kehilangan gelapnya
apalagi yang kita perjuangkan
kehidupan sudah telanjang
semua orang sudah mengetahuinya
lantas apa artinya
Tetapi, langit tetap sumber misteri
tak akan terkuak
tak akan terbaca
sebab mendung tak selalu menjadi hujan
kadang langit yang terang tibatiba gelap
dan hujan
Saat malam kehilangan misteri
orangorang bergerak tak menghitung waktu dan wayah
Malam telah menjadi siang
semua nampak jelas
tak ada misteri
Inilah sesungguhnya bahaya hidup
: ketika semua misteri tersingkap dan alam telanjang bulat.
Gembongan, 27 April 2021
Mohammad Saroni, lahir di Mojokerto, Jawa Timur pada tahun 1965.
Alumni IKIP Surabaya Jurusan Teknik Mesin Produksi, aktif menulis buku pengetahuan pendidikan. Saat ini mengabdikan diri sebagai Pendidik di SMK Swasta Brawijaya di Kota Mojokerto. Sejumlah buku telah ditulis dan diterbitkan oleh Penerbit Yogyakarta. Orang Miskin Harus Sekolah; Orang Miskin Bukan Orang Bodoh, Pendidikan Untuk Orang Miskin, dll. Buku fiksi ditulis dan terkumpul dalam Cerita – cerita dari Empunala dan Bupati Roller Coaster dan Sandal Jepit Ayu. Kumpulan puisi pertama diberi judul Surat Cinta Untuk Aimel, Mbelingnya Aku, Laki-laki,Prahara diNegeri Dongeng, Potret dan Suratmu adalah Cinta Kita,
52. Hal Halis
Atau memang benar-benar lupa
Asa menggeliat rasa
Apa bertanya engkau sama
Diam yang sunyi oleh malam
Rumit merumitkan pikir yang sempit
Kekasih bernada apa saja akan syahdu dan teduh
Bisakah aku pinjam binar bola matamu untuk melihat kembali diri kedalam
Bisakah kemudian diri memahami siapa sebenarnya sejati
Diam-kah yang membuat mengalir dengan tenang?
Apakah karena sebuah kompleks yang disiplin saling merangkul jari-jari pada ruang-ruang
Bisa tidak menjadi kita tanpa harus bersama
Meski kadang lupa
Dan mungkin benar-benar telah lupa
Kami yang kemudian bersama kelabu yang menguning pada senja merona pucuk padi matang setengah membentang luas di kaki-kaki bukit
Jika kemudian itu simbolik dari sebuah lestari dari alam dan bijaksana dari zaman
Siapa yang ingat dan lupa bahwa dirinya datang dari ketidak tahuannya
Yang kemudian memercikkan refleksi faham, rasa dan tata-tata nilai
Seseorang bersembunyi di balik meja
Bersembunyi lagi di balik gorden jendela
Lalu berusaha berbisik memanggil nama temannya
Membuatnya seolah itu sebuah suara misterius penuh nuansa kegelapan
Yang terjadi adalah tidak hadirnya sebuah sensitifitas misteri pada korbannya
Ia malah di beri pukulan kecil
Siapakah yang akan pergi dan kembali?
Atau kita benar-benar telah lupa tentang apa yang telah menjadi sejarah
Dan berusaha membangun sebuah kontruksi zaman yang benar-benar baru
Tidak hadir sensitivitas cerita yang komplek membangun imaji perkembangan diri
Atau memang benar-benar lupa
Selasa, 20 April 2021
Hal Halis
Sungguh kami sedang lupa
Sungguh aku mengelabuhi diriku untuk bisa mengenang mu
Bertikai setiap detiknya sadar
Akan arti hadirmu
Dan bagaimana menjaga cinta itu tetap tumbuh
Rindu seperti khianat menurutnya
Dan disisi yang lain aku mulai terperdaya
Sebelum ku sebut namamu dalam harapan pada doa-doa terbaik
Engkau kupu-kupu biru menjelma merak yang hinggap pada dahan pohon yang menjulang tinggi
Aku ingin menegaskan sekali lagi bahwa aku mencoba melupakan semua hal
Namun rumitnya sistem kehidupan pada zaman ini membuat aku rindu akan canda tawa bersamamu
Semrawutnya kehidupan sosial
Yang tahu mulai memberi jarak pada bicara
Dan yang baru tahu sedikit mencoba ikut-ikutan memperkeruh hal-hal yang sudah membuat resah
Bagaimana aku ingin percaya diri sayang
Bagaimana akan besar harapan kemajuan bersama
Jika satu sama lainnya tidak begitu saling percaya
Malah saling menuduh satu dan yang lainnya
Hadirlah wahai engkau yang di rindu
Yang telah di janjikan
Menyusupkan pada sadar dan hati
Terimalah sujud penghambaan diri
Tunjukkan jalanmu
Pimpin-lah kami
Sang penyelamat yang sebenar dan sejati
Kami yang lupa ketika nafas kami mulai menyatu pada mimpi-mimpi duniawi
Saat kami di belenggu keindahannya
Saat mata kami mulai sayu.dan memudar
Kerinduan hanya padamu
Wahai yang maha kasih
Jemput-lah kerinduan kami
Temani-lah hari-hari kami
Telisik-lah kesalahan kami
Koreksi
Dan evaluasi
Agar kami mampu mencintai
Meski hanya pada sebatas diksi-diksi
Meski rumit dengan misteri
Hati yang kian resah sendiri
Sungguh kami hanya hamba yang lupa
Mahluk yang terbatas engkau
Mereka
Dia
Dan yang lainnya
Serta aku yang kadang angkuh sendiri
Sungguh kami sedang lupa
Temani kami
Selasa, 27 April 2021
Hal Halis, umur 26 tahun. Bekerja sebagai petani dan begitu tertarik pada kerja-kerja kreatif. Beragama Islam sejak kecil. Lahir di sebuah desa pada salah satu kabupaten di seulawesi selatan, tepatnya desa bialo di kabupaten Bulukumba. Lahir tahun 1993 tanggal 14 November dengan sosial scorpion.
53.Bayu Aji Anwari
Selampiran Doa
: untuk Robb-ku
Dari batas kesadaran nalarku
kutemui engkau wahai Ramadhan
Di mana hati ini luruh
terhijab oleh cahaya-Mu
Kaki ini bersimpuh
meluruskan segenap niat
berharap syafaat kemuliaan-Mu
Hampir tiada yang tersisa
dari waktu kemarinku
terkikis habis
oleh ruku’ dan tadharu’
menjelma satu keinginan
menyatu dalam satu keyakinan
meniadakan segala
yang menghalangi kerinduan ini
Jangan pernah engkau abai pada diriku
Terimalah diri memasuki pelataran-Mu
menikmati ruang kekhusyukan
juga doa-doa
Berpanjat puja-puji ke hadirat Robbi
mengisi hari demi hari
di hitungan hari dalam bulan-Mu
Pondok Pereng Kahfi, Lempongsari
Semarang, 22 April 2021
54. Fadil Kania Putra
Jangan Tunggu
Satwa hutan bergembira bernyani
Menciptakan simponi yang harmoni
Suara daun gemerisik
Suara burung bersiulan
Suara angin meniup damai
Suara air mengalir tenang
Simponi harmoni tercipta alami
Nampak padang ilalang menari ke kanan ke kiri
Indahnya Ibu Pertiwi
Menyaksikan seribu kisah anak Negeri
Padi, dulu ditanam Petani
Seketika berubah menjadi tiang konstruksi bertulang besi
Hutan tempat mencari kayu bakar
Telah menjadi hutan yang mudah terbakar
Jerit tangis Ibu Pertiwi
Tak terdengar oleh mereka yang tak manusiawi
Jika Ibu Pertiwi hendak bertanya!
Inikah balasanmu?
Setelah aku memberikan semua yang aku miliki
Setelah aku dapat membantu
Menyambung hidup keluargamu
Kau ingkari janji
Saat hendak kau injakan kaki di muka Bumi
Kau sakiti Aku!
Kau binasakan Aku perlahan!
Dan kau undang bencan Alam!
Dan kau juga yang salahkan Aku!
Sadarkah Kau?
Ketika airku tak jernih lagi
Ketika hutanku tak rimbun lagi
Ketika serangga mati sebelum umurnya
Ketika daun gugur sebelum waktunya
Rasa peduli untuk sesama
Uluran tangan untuk sesama
Menyisihkan harta untuk sesama
Kau lakukan hanya ketika bencana telah tiba
Jangan kau tunggu bencana datang
Lalu kau mau bersahabat dengan Alam
Garut, 15 Ramadan 1442H
Fadil Kania Putra
55. Putri Bungsu
Maafkan Aku Alpa
Pada daun-daun Subuh berjubah purnama
Paruh Ramadhan mengantarkan cahaya-Mu
Kulafaz doa paling khusyuk
Mengharap rahmat dan ampunan
Atas laku salah pada waktu dan hari yang resah
Gemuruh ombak dalam lautan sesal
Terdengar parau di setiap detak
Rotasi terus berulang menghampiri
Apalagi hendak dicari
Dari fajar sodiq hingga terbenam urani
Air mengalir dari sudut mata
Beningkan ingatan jernihkan urani
Betapa diri berkubang dosa
Menghamba pada tuhan-tuhan dunia
Kemilau membutakan rasa
Setelah kubaca beberapa bahasa alam
Ada frasa yang tak bisa dieja
Luka yang sayat menyelimuti bumi
Darah duka mengalir dimana-mana
Menjadi teguran hamba yang alpa
Karanganyar, 28 April 2021
Putri Bungsu, guru yang gemar membaca, menulis, dan avontur. Lahir di Kulon Progo wilayah barat Yogyakarta. Masa mudanya bergabung di komunitas Pemantau Aktivitas Gunung Merapi. Pengalamannya selama bersahabat dengan alam telah menebalkan karakter religiusnya dan ditulisnya dalam puisi. Sampai saat ini telah menerbitkan dua buku puisi tunggal dan tak kurang 80 buku antologi Bersama.
56. Muhamad Salam
Kembalinya si Petualang
Semakin suny,i merajaut kata
Tanpa batas waktu berputar
Bingkai diri didepan cermin
Ku lukis liku-kuku diri
Wajah tak bertopeng
Jujur apa yang terjadi begitu saja.
Mungkin diri tak lagi tahu
Jejak petualang,menginjak tanah air, yang lama tak terjamah
Tak tersujud, dalam petualangan ku
Tanah terpijak,air pengobat dahaga, tak lagi jernih, terlalu banyak nokta- nokta tak sadar
Membanggakan diri semau dirinya.
Jalan terjal, rimbun dedaunan gugur. Harapan yang tak lagi sempurna
Percuma oretanku, Terpampang di sudut-sudut kehidupan
Menjadi hiasan kota belaka
56. Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi
Tadzikar Diri
O Abidi
kau sebutir debu
yang menjelma dari firman Tuhan
O Abidi
kau sebutir debu
yang telanjang di hadapan Tuhan
O Abidi
kau sebutir debu
yang angkuh dan lupa status
O Abidi
kau sebutir debu
yang kembali menjadi debu dalam senggama waktu
Mengapa kau lupa pada maghfirah Tuhan yang tidak terbatas?
Inshaflah!
BANDA ACEH, 27 April 2021
BUMI DAN KITA
By: Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi
Bumi menjerit dan menangis
merayu Tuhan dalam doa-doanya
karena kecewa pada keangkuhan kita yang lupa bersyukur;
doa-doanya maqbul dan menertawakan kita
Akhirnya
bumi memeluk kita dalam doa-doanya;
kita dan bumi, menyatu
BANDA ACEH, 27 April 2021
Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi. Lahir pada 8 September 1983 di Perlak, Aceh Timur dan tinggal di Ponpes Nidaul Islam, Peusangan Selatan, Bireuen, Provinsi Aceh. Penyair yang akrab dipanggil Kang Abid atau Mas Abi ini dimasa kecilnya bernama Goelsani Razz Al-Ba'arifi adalah pendiri, pengasuh, dan pengajar Majlis Jambo Stress. Belajar menulis secara otodidak melalui buku-buku yang selalu dibelikan oleh orangtuanya setiap hari. Juga dari berbagai buku yang dibelinya sendiri dan temannya. Puisi-puisinya termuat dalam beberapa antologi bersama melalui Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia dibawah asuhan penulis dan sastrawan ternama Indonesia Rg Bagus Warsono. Rg Bagus Warsono merupakan salah satu tokoh kunci yang selalu memberi berbagai tips dan motivasi padanya dalam dunia sastra.
57. A. Zainuddin Kr
Lapar
karena laparmu,
berlapis bumi langit terus
kau iris.
gunung dan bukit di gali di lubangi.
hutan-hutan yang berabad kehilangan penghuni terus di babad, pohon-pohon kian merana dalam kembara, kau cerai dari akar cepuri.
lautan dikuras tiada henti. bahkan udara maunya dihirup
sendiri.
maka laparku
lapar semesta
lapar jagad raya
jagad besar jagad alit
jagad wadag jagad di batin
aku terlunta
aku meronta
aku tumpah segala kesah lewat badai,
gelombang pasang, curah karbon
dari langit-langit yang bolong.
laparmu
laparku
lapar kita
adalah lapar yang sama
tidak oleh karena puasa
Pekalongan, 19042021.
A. Zainuddin Kr, dilahirkan di Pekalongan Jawa Tengah, 13 Agustus 1967. Ketertarikan di dunia tulis menulis, termasuk puisi, diawali setelah gabung bersama "SANGGAR SAUR SEPUH" yang dikelola Niki Kosasih, pada pertengahan 80-an. Sampai saat ini belum punya Antologi Tunggal dan hanya beberapa tergabung pada Antologi Bersama, termasuk yang ada pada CORONA, SAMPAH, dan GEMBOK terbitan Grup Lumbung Puisi
Kang dikirim pada 25 April pada 00.07
Dan sekarang selain menjabat sebagai Ketua RW di kampung, lebih suka nulis puisi di fesbok, dengan akun "Kang Zay".
58.Indri Yuswandari
Langitpun Pecah
Sekonyong-konyong angkasa bagai terkoyak dentam-dentam palugodam
Hu, Hu, Hu
Senyap sakral lebih dari yang sakral
Sebab sakral telah menjelma misteri kegaiban yang takbisa dinalar, tak semua mampu mencapainya
Lampu yang hanya samar-samar terang menciptakan bayang-bayang lebih gelap sejumlah kepala berkopiah hitam menggeleng ke kanan dan ke kiri
Tak ada ritme, hanya tarikan napas berulang-ulang, membekukan malam, menggetarkan ruang entah sampai kapan
Hu, Hu, Hu...
Sang Dia
Yang kekal perkasa,
Yang berkehendak kuasa
Yang meliputi segalanya
Zikir suluk tarikat
Menjejak lintasan untuk mencapai dia
Berenang ke langit menghayati keberadaaNya
Menyepi untuk bertemu kebenaran
Berlabuh dalam keimanan
Membasuh segala keresahan
Melenyapkan keragu-raguan
Menghadap dia yang satu-satunya
Di tempat yang tiada padanannya
Meresapi kehinaan diri, tetap menapak bumi
Hanya ada satu jalan menuju Allah
Jalan yang dia rentangkan sendiri melalui ajaran para rasul dan syariat Muhammad SAW
Ia yang tak bersekutu dan tak punya saingan
Ia yang sesungguhnya berada di dalam diri
Temuilah ia dalam labuh iman yang teguh
Pada jalan-jalan keselamatan yang berpegang talinya
Dan dia akan menemuimu hingga kau capai derajat khawasul khawash
24.02.2020
Merepih Alam
Pada angin yang bertiup mengawinkan serbuk jantan dan betina
Pada hujan yang menghidupkan tanah gersang
Pada detak jantung sepanjang kehidupan yang kita tempuh
Pada rahmat melimpah setelah kita dihantarkan ke pemakaman dengan ampunannya
Rumahnya selalu terbuka, menunggu kita dengan setia
Ia yang tak pernah mengikat manusia di dalam kesukaran
Ia yang tak pernah membebani manusia di luar batas kemampuan
Ia yang selalu memberikan kemudahan dan pengampunan
Pintunya senantiasa terbuka, menyambut kita dengan cinta
Sementara kita begitu angkuh merasa seolah dekat dan mengenalnya, namun tak pernah mampu mengalahkan kejahatan napsu yang mengeram dalam diri
Engkau yang tidak bertabir,
ampuni kami yang telah merentangkan tabir, sehingga tak bisa melihat keindahanmu karena mata batin kami penuh dengan jelaga
25.01.2020
Indri Yuswandari
Indri Yuswandari yang pada tahun 2019 masuk dalam profil sastrawan Jawa Tengah versi Balai Bahasa Jawa Tengah sudah menulis 4 antologi puisi tunggal berjudul:
LUKISAN PEREMPUAN ( 2017 )
INI HAMPIR PUKUL TIGA ( 2018 )
TEKATEKI CATATAN KAKI ( 2019 )
ASMARADANA-DALAN KATRESNAN BIYUNG (2021)
Puisi-puisinya juga dimuat di lebih dari tujuhpuluh lima antologi bersama penyair Nusantara dan dua antologi Malaysia.
Selain membaca puisi dan geguritan, Indri juga bermonolog, main teater, film pendek, sekali waktu menjadi juri lomba baca puisi/ bercerita.
59. Yuda Wira Jaya
Ramadhan Jenaka Dibalik Nestapa
Bait-bait puisi mengalun merdu menghias ramadhan
Sajak-sajaknya seakan membisikkan nada kerinduan
Senyum yang tersungging dari bibirmu tak lagi mekar
Meski tak lama lagi datang lailatul kodar
Ramadhan dua warsa menyapa terasa sendu
Riangnya yang jenaka tak ku lihat lagi
Tertutup oleh purnama yang bergelayut dibalik awan kelabu
Nestapa seolah temukan kedamaian, bertengger sombong dirambutmu
Puisi para penyair terus bermunculan
Tertawakan saja tak perlu ratapi kesedihan
Musibah yang melambaikan salam tetap anugrah Tuhan
Kartika tetap berkedip dikejauhan, meski cahyanya redup menyiratkan penderitaan
Jam kian merangkak menghampiri waktu sahur
Puisiku tetap bernyanyi dalam dengkur
Mengalun lembut Laksana gadis melenggang mengenakan sampur
Disini, termenung hikmat tadarus puisi lebih menghibur
Wonosobo, 29 April 2021
Barokah, atau yang menggunakan nama pena Yuda Wira Jaya, merupakan penyandang disabilitas tunanetra kelahiran Wonosobo, 20 Desember 1997
Hobinya dalam bersyair sebenarnya bermula dari mendengarkan sandiwara radio Tutur Tinular. Dimana ia tergila-gila dengan tokoh bernama Arya Dwipangga alias Pendekar Syair Berdarah.
Dia sering kali berimajinasi menjadi tokoh tersebut.
Akhirnya ia mulai belajar merangkai aksara agar terasa sedap dinikmati.
Pada akhir tahun 2020, dia barusaja menerbitkan antologi puisi dan cerpennya dengan judul Tersenyum Dalam Gulita.
Banyak bercerita tentang hidup seorang tunanetra.
60. Edison P. Malau
Kopi Hitam Dalam Bukuku
Lembaran-lembaran kusam bertinta hitam menyala
Tersusun rapi di antara kejora-kejora yang redup
Titah tak tertulis kembali menyanjung para penakluk perkutut
Halaman pertama, kutulis kisah hutanku berbaris-baris
Lembaran berikutnya, kulihat halaman penuh asap mengepul
Warna-warni bunga tak luput dari goresan jari, kala itu
Menambah semaraknya berita tentang hidupnya lingkungan ramah
Semuanya, hanyalah sirat yang tak bermakna dalam buku usang
Hutanku tak lagi asri
Kopi hitamku tak lagi tersuguh dengan rapi
Bukuku, kadang berserak tak bertuan
Semua berisi rintihan dan tangisan
Sidikalang, 23 April 2021
Nama : Edison P. Malau
Alamat : Jl Rumah Sakit Umum Sidikalang, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara
Kode Pos : 22211
Nomot Hp : 0821-6114-9111
Biodata Riwayat Kepenulisan
Edison P. Malau, lahir di Dusun Napambelang, Desa Soban, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara, 1 Maret 1977. Lulus dan tamat dari Sekolah Dasar (SD) 030372 Soban tahun 1990. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan tahun 1993 dari SMPN 1 Siempat Nempu. Melanjut ke Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Negeri 1 Sidikalang dan lulus pada tahun 1996.
Sampai saat ini masih aktif menulis di Harian Sinar Indonesia Baru (SIB) terbit di Medan Sumatera Utara, Jl Brigjen Katamso, Medan. Pernah meraih Juara Harapan III pada Lomba Karya Tulis Jurnalistik tahun 2009 yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Tulisan dengan judul “Mengangkat Mutiara Bumi Turang” mendapat nominasi saat itu. Selain itu, tulisannya juga telah terbit di Harian Analisa dengan judul “Berkeliling Tao Toba”.
Sejak tahun 2016, setelah kembali ke kampung halaman Sidikalang, Dairi, penulis sudah bersosialisasi untuk membuka ekstra Jurnalistik di sekolah-sekolah. Namun, pada awal 2019, rencana dan mimpi itu dapat terwujud. Penulis sudah mengajar Jurnalistik di 2 sekolah yang berbeda, SMA St Petrus Sidikalang dan SMPN 1 Tigalingga. Dalam memberi materi pelajaran ekstra Jurnalistik, penulis menekankan dan memberikan motivasi kepada para pelajar, supaya rajin membaca dan menulis. Khsusus menulis Puisi, penulis juga memberikan ruang dan kesempatan kepada seluruh pelajar.
Karena kecintaan penulis terhadap puisi dan karya sastra lainnya, penulis sudah membuat laman sendiri dengan “menyontek” karya Chairil Anwar dengan nama halaman “Aku Mau Menulis 1000 Tahun Lagi” pada awal tahun 2020. Penulis juga aktif di berbagai grup kegiatan menulis, baik di sosial media dan nyata. Mengajar Ekstra Jurnalistik di SMA St Petrus Sidikalang dan SMPN 2 Tigalingga, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Buku yang sudah terbit, "Gema Lobat Tanoh Sulang Silima", meraih juara 1 nasional dengan membawa bahasa Daerah yaitu Bahasa Pakpak, di Komunitas Penulis Sastra Indonesia (KPSI) berdua dengan Ahmad Z. Ujung, selanjutnya buku antologi bersama "Gembok" di lumbung puisi sastrawan indonesia dan buku antologi bersama "Selamat Tinggal Hari yang Lalu, Selamat Datang Kisah Terbaru" meraih juara harapan dan meraih terbaik ketiga pada Nubar Puisi dan Cerpen Ramadhan 2021 di KPSI.