TEKS SULUH


Sabtu, 01 Mei 2021

Tadarus Puisi V 1442 H/2021 , Puisi 51-60

 51.Mohammad Saroni


Berharap Pada Malam


Malam datang malam pergi

langit berganti ganti

matahari rembulan dan bintang bintang

bumi hanya memandang

sebab alam telah berjanji

 

Sementara itu orang orang bergerak

susuri  lorong lorong kehidupan

membawa beban yang tak habis habis

datang dan datang tiada henti

seperti gelombang dari lautan

menghempas menggempur

dinding hati serasa tak mampu bertahan

koyak moyak dimana mana

tetapi diri harus bertahan

walau setiap saat ada yang datang dan pergi

menjalani sunnatullah

 

Hidup memang harus dijalani

tidak mungkin menghindari

karena kita salah satu pelaku hidup

 

Dan, pada malam malam yang selalu datang

kita berbisik pada bumi

kita merayu langit

berharap esok lebih baik

Matahari lebih terang

bumi dan langit benderang

Gembongan, 27 April 2021

 

Mohammad Saroni


Saat Malam Kehilangan Misteri


Apakah sesungguhnya hal yang paling berbahaya dalam hidup ini?

 

Tuhan telah menciptakan alam ini untuk kehidupan hakiki

semua dilengkapi agar hidup tak terasa berat

walaupun onak duri ada di manamana

tetapi semua itu untuk orang yang beriman

yang tidak beriman tak begitu peduli

 

Ini adalah misteri yang abadi

 

Tetapi, ketika misteri telah terkuak

seperti malam yang kehilangan gelapnya

apalagi yang kita perjuangkan

kehidupan sudah telanjang

semua orang sudah mengetahuinya

lantas apa artinya

 

Tetapi, langit tetap sumber misteri

tak akan terkuak

tak akan terbaca

sebab mendung tak selalu menjadi hujan

kadang langit yang terang tibatiba gelap

dan hujan

 

Saat malam kehilangan misteri

orangorang bergerak tak menghitung waktu dan wayah

Malam telah menjadi siang

semua nampak jelas

tak ada misteri

 

Inilah sesungguhnya bahaya hidup

: ketika semua misteri tersingkap dan alam telanjang bulat.

Gembongan, 27 April 2021

Mohammad Saroni, lahir di Mojokerto, Jawa Timur pada tahun 1965.

Alumni IKIP Surabaya Jurusan Teknik Mesin Produksi, aktif menulis buku pengetahuan pendidikan. Saat ini mengabdikan diri sebagai Pendidik di SMK Swasta Brawijaya di Kota Mojokerto. Sejumlah buku telah ditulis dan diterbitkan oleh Penerbit Yogyakarta. Orang Miskin Harus Sekolah; Orang Miskin Bukan Orang Bodoh, Pendidikan Untuk Orang Miskin, dll. Buku fiksi ditulis dan terkumpul dalam Cerita – cerita dari Empunala dan Bupati Roller Coaster dan Sandal Jepit Ayu. Kumpulan puisi pertama diberi judul Surat Cinta Untuk Aimel, Mbelingnya Aku, Laki-laki,Prahara diNegeri Dongeng, Potret dan Suratmu adalah Cinta Kita,
















52. Hal Halis


Atau memang benar-benar lupa

 

Asa menggeliat rasa

Apa bertanya engkau sama

Diam yang sunyi oleh malam

Rumit merumitkan pikir yang sempit

Kekasih bernada apa saja akan syahdu dan teduh

 

Bisakah aku pinjam binar bola matamu untuk melihat kembali diri kedalam

Bisakah kemudian diri memahami siapa sebenarnya sejati

Diam-kah yang membuat mengalir dengan tenang?

Apakah karena sebuah kompleks yang disiplin saling merangkul jari-jari pada ruang-ruang

Bisa tidak menjadi kita tanpa harus bersama

Meski kadang lupa

Dan mungkin benar-benar telah lupa

 

Kami yang kemudian bersama kelabu yang menguning pada senja merona pucuk padi matang setengah membentang luas di kaki-kaki bukit

Jika kemudian itu simbolik dari sebuah lestari dari alam dan bijaksana dari zaman

Siapa yang ingat dan lupa bahwa dirinya datang dari ketidak tahuannya

Yang kemudian memercikkan refleksi faham, rasa dan tata-tata nilai

 

Seseorang bersembunyi di balik meja

Bersembunyi lagi di balik gorden jendela

Lalu berusaha berbisik memanggil nama temannya

Membuatnya seolah itu sebuah suara misterius penuh nuansa kegelapan

Yang terjadi adalah tidak hadirnya sebuah sensitifitas misteri pada korbannya

Ia malah di beri pukulan kecil

Siapakah yang akan pergi dan kembali?

Atau kita benar-benar telah lupa tentang apa yang telah menjadi sejarah

Dan berusaha membangun sebuah kontruksi zaman yang benar-benar baru

Tidak hadir sensitivitas cerita yang komplek membangun imaji perkembangan diri

Atau memang benar-benar lupa

Selasa, 20 April 2021

 

Hal Halis


Sungguh kami sedang lupa


Sungguh aku mengelabuhi diriku untuk bisa mengenang mu

Bertikai setiap detiknya sadar

Akan arti hadirmu

Dan bagaimana menjaga cinta itu tetap tumbuh

Rindu seperti khianat menurutnya

Dan disisi yang lain aku mulai terperdaya

Sebelum ku sebut namamu dalam harapan pada doa-doa terbaik

Engkau kupu-kupu biru menjelma merak yang hinggap pada dahan pohon yang menjulang tinggi

 

Aku ingin menegaskan sekali lagi bahwa aku mencoba melupakan semua hal

Namun rumitnya sistem kehidupan pada zaman ini membuat aku rindu akan canda tawa bersamamu

Semrawutnya kehidupan sosial

Yang tahu mulai memberi jarak pada bicara

Dan yang baru tahu sedikit mencoba ikut-ikutan memperkeruh hal-hal yang sudah membuat resah

Bagaimana aku ingin percaya diri sayang

Bagaimana akan besar harapan kemajuan bersama

Jika satu sama lainnya tidak begitu saling percaya

Malah saling menuduh satu dan yang lainnya

Hadirlah wahai engkau yang di rindu

Yang telah di janjikan

Menyusupkan pada sadar dan hati

Terimalah sujud penghambaan diri

Tunjukkan jalanmu

Pimpin-lah kami

Sang penyelamat yang sebenar dan sejati

 

Kami yang lupa ketika nafas kami mulai menyatu pada mimpi-mimpi duniawi

Saat kami di belenggu keindahannya

Saat mata kami mulai sayu.dan memudar

Kerinduan hanya padamu

Wahai yang maha kasih

Jemput-lah kerinduan kami

Temani-lah hari-hari kami

Telisik-lah kesalahan kami

Koreksi

Dan evaluasi

Agar kami mampu mencintai

Meski hanya pada sebatas diksi-diksi

Meski rumit dengan misteri

Hati yang kian resah sendiri

Sungguh kami hanya hamba yang lupa

Mahluk yang terbatas engkau

Mereka

Dia

Dan yang lainnya

Serta aku yang kadang angkuh sendiri

Sungguh kami sedang lupa

Temani kami

Selasa, 27 April 2021

 

Hal Halis, umur 26 tahun. Bekerja sebagai petani dan begitu tertarik pada kerja-kerja kreatif. Beragama Islam sejak kecil. Lahir di sebuah desa pada salah satu kabupaten di seulawesi selatan, tepatnya desa bialo di kabupaten Bulukumba. Lahir tahun 1993 tanggal 14 November dengan sosial scorpion.




















53.Bayu Aji Anwari 


Selampiran Doa

: untuk Robb-ku

 

Dari batas kesadaran nalarku

kutemui engkau wahai Ramadhan

Di mana hati ini luruh

terhijab oleh cahaya-Mu

 

Kaki ini bersimpuh

meluruskan segenap niat

berharap syafaat kemuliaan-Mu

 

Hampir tiada yang tersisa

dari waktu kemarinku

terkikis habis

oleh ruku’ dan tadharu’

menjelma satu keinginan

menyatu dalam satu keyakinan

meniadakan segala

yang menghalangi kerinduan ini

 

Jangan pernah engkau abai pada diriku

Terimalah diri memasuki pelataran-Mu

menikmati ruang kekhusyukan

juga doa-doa

 

Berpanjat puja-puji ke hadirat Robbi

mengisi hari demi hari

di hitungan hari dalam bulan-Mu

 

Pondok Pereng Kahfi, Lempongsari

Semarang, 22 April 2021

54. Fadil Kania Putra


Jangan Tunggu

 

Satwa hutan bergembira bernyani

Menciptakan simponi yang harmoni

Suara daun gemerisik

Suara burung bersiulan

Suara angin meniup damai

Suara air mengalir tenang

 

Simponi harmoni tercipta alami

Nampak padang ilalang menari ke kanan ke kiri

 

Indahnya Ibu Pertiwi

Menyaksikan seribu kisah anak Negeri

 

Padi, dulu ditanam Petani

Seketika berubah menjadi tiang konstruksi bertulang besi

Hutan tempat mencari kayu bakar

Telah menjadi hutan yang mudah terbakar

 

Jerit tangis Ibu Pertiwi

Tak terdengar oleh mereka yang tak manusiawi

Jika Ibu Pertiwi hendak bertanya!

Inikah balasanmu?

Setelah aku memberikan semua yang aku miliki

Setelah aku dapat membantu

Menyambung hidup keluargamu

 

Kau ingkari janji

Saat hendak kau injakan kaki di muka Bumi

 

Kau sakiti Aku!

Kau binasakan Aku perlahan!

Dan kau undang bencan Alam!

Dan kau juga yang salahkan Aku!

 

Sadarkah Kau?

Ketika airku tak jernih lagi

Ketika hutanku tak rimbun lagi

Ketika serangga mati sebelum umurnya

Ketika daun gugur sebelum waktunya

 

Rasa peduli untuk sesama

Uluran tangan untuk sesama

Menyisihkan harta untuk sesama

Kau lakukan hanya ketika bencana telah tiba

 

Jangan kau tunggu bencana datang

Lalu kau mau bersahabat dengan Alam

Garut, 15 Ramadan 1442H

Fadil Kania Putra
















55. Putri Bungsu

Maafkan Aku Alpa

 

Pada daun-daun Subuh berjubah purnama

Paruh Ramadhan mengantarkan cahaya-Mu

Kulafaz doa paling khusyuk

Mengharap rahmat dan ampunan

Atas laku salah pada waktu dan hari yang resah

 

Gemuruh ombak dalam lautan sesal

Terdengar parau di setiap detak

Rotasi terus berulang menghampiri

Apalagi hendak dicari

Dari fajar sodiq hingga terbenam  urani 

 

Air mengalir dari sudut mata

Beningkan ingatan jernihkan  urani

Betapa diri berkubang dosa

Menghamba pada tuhan-tuhan dunia

Kemilau membutakan rasa

 

Setelah kubaca beberapa bahasa alam

Ada frasa yang tak bisa dieja

Luka yang sayat menyelimuti bumi

Darah duka mengalir dimana-mana

Menjadi teguran hamba yang alpa

Karanganyar, 28 April 2021

 





Putri Bungsu, guru yang gemar membaca, menulis, dan avontur. Lahir di Kulon Progo wilayah barat Yogyakarta. Masa mudanya bergabung di komunitas Pemantau Aktivitas Gunung Merapi. Pengalamannya selama bersahabat dengan alam telah menebalkan karakter religiusnya dan ditulisnya dalam puisi. Sampai saat ini telah menerbitkan dua buku puisi tunggal dan tak kurang 80 buku antologi Bersama.





























56. Muhamad Salam


Kembalinya si Petualang


Semakin suny,i merajaut kata

Tanpa batas waktu berputar 

Bingkai diri didepan cermin

Ku lukis liku-kuku diri

Wajah tak bertopeng

Jujur apa yang terjadi begitu saja. 


Mungkin diri tak lagi tahu

Jejak petualang,menginjak tanah air, yang lama tak terjamah

Tak tersujud, dalam petualangan ku


Tanah terpijak,air pengobat dahaga, tak lagi jernih, terlalu  banyak nokta- nokta tak sadar

Membanggakan diri semau dirinya. 


Jalan terjal, rimbun dedaunan gugur.  Harapan yang tak lagi sempurna

Percuma oretanku, Terpampang di sudut-sudut kehidupan

Menjadi hiasan kota belaka












56. Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi


Tadzikar Diri

O Abidi

kau sebutir debu

yang menjelma dari firman Tuhan


O Abidi

kau sebutir debu

yang telanjang di hadapan Tuhan


O Abidi

kau sebutir debu

yang angkuh dan lupa status


O Abidi

kau sebutir debu

yang kembali menjadi debu dalam senggama waktu


Mengapa kau lupa pada maghfirah Tuhan yang tidak terbatas?

Inshaflah!


BANDA ACEH, 27 April 2021


BUMI DAN KITA


By: Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi


Bumi menjerit dan menangis

merayu Tuhan dalam doa-doanya

karena kecewa pada keangkuhan kita yang lupa bersyukur;

doa-doanya maqbul dan menertawakan kita


Akhirnya

bumi memeluk kita dalam doa-doanya;

kita dan bumi, menyatu

BANDA ACEH, 27 April 2021


Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi. Lahir pada 8 September 1983 di Perlak, Aceh Timur dan tinggal di Ponpes Nidaul Islam, Peusangan Selatan, Bireuen, Provinsi Aceh. Penyair yang akrab dipanggil Kang Abid atau Mas Abi ini dimasa kecilnya bernama Goelsani Razz Al-Ba'arifi adalah pendiri, pengasuh, dan pengajar Majlis Jambo Stress. Belajar menulis secara otodidak melalui buku-buku yang selalu dibelikan oleh orangtuanya setiap hari. Juga dari berbagai buku yang dibelinya sendiri dan temannya. Puisi-puisinya termuat dalam beberapa antologi bersama melalui Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia dibawah asuhan penulis dan sastrawan ternama Indonesia Rg Bagus Warsono. Rg Bagus Warsono merupakan salah satu tokoh kunci yang selalu memberi berbagai tips dan motivasi padanya dalam dunia sastra.













57. A. Zainuddin Kr


Lapar


karena laparmu, 

berlapis bumi langit terus 

kau iris. 

gunung dan bukit di gali di lubangi. 

hutan-hutan yang berabad kehilangan penghuni terus di babad, pohon-pohon kian merana dalam kembara, kau cerai dari akar cepuri.

lautan dikuras tiada henti. bahkan udara maunya dihirup 

sendiri.

maka laparku 

lapar semesta

lapar jagad raya

jagad besar jagad alit

jagad wadag jagad di batin

aku terlunta

aku meronta

aku tumpah segala kesah lewat badai, 

gelombang pasang, curah karbon

dari langit-langit yang bolong.

laparmu

laparku

lapar kita

adalah lapar yang sama

tidak oleh karena puasa

Pekalongan, 19042021.





A. Zainuddin Kr, dilahirkan di Pekalongan Jawa Tengah, 13 Agustus 1967. Ketertarikan di dunia tulis menulis, termasuk puisi, diawali setelah gabung bersama "SANGGAR SAUR SEPUH" yang dikelola Niki Kosasih, pada pertengahan 80-an. Sampai saat ini belum punya Antologi Tunggal dan hanya beberapa tergabung pada Antologi Bersama, termasuk yang ada pada CORONA, SAMPAH, dan GEMBOK terbitan Grup Lumbung Puisi

Kang dikirim pada 25 April pada 00.07

Dan sekarang selain menjabat sebagai Ketua RW di kampung, lebih suka nulis puisi di fesbok, dengan akun "Kang Zay".























58.Indri Yuswandari


Langitpun Pecah


Sekonyong-konyong angkasa bagai terkoyak dentam-dentam palugodam


Hu, Hu, Hu


Senyap sakral lebih dari yang sakral

Sebab sakral telah menjelma misteri kegaiban yang takbisa dinalar, tak semua mampu mencapainya

Lampu yang hanya samar-samar terang menciptakan bayang-bayang lebih gelap sejumlah kepala berkopiah hitam menggeleng ke kanan dan ke kiri


Tak ada ritme, hanya tarikan napas berulang-ulang, membekukan malam, menggetarkan ruang entah sampai kapan


Hu, Hu, Hu...


Sang Dia

Yang kekal perkasa,

Yang berkehendak kuasa

Yang meliputi segalanya


Zikir suluk tarikat

Menjejak lintasan untuk mencapai dia

Berenang ke langit menghayati keberadaaNya

Menyepi untuk bertemu kebenaran

Berlabuh dalam keimanan 

Membasuh segala keresahan

Melenyapkan keragu-raguan

Menghadap dia yang satu-satunya

Di tempat yang tiada padanannya

Meresapi kehinaan diri, tetap menapak bumi


Hanya ada satu jalan menuju Allah

Jalan yang dia rentangkan sendiri melalui ajaran para rasul dan syariat Muhammad SAW

Ia yang tak bersekutu dan tak punya saingan

Ia yang sesungguhnya berada di dalam diri 


Temuilah ia dalam labuh iman yang teguh

Pada jalan-jalan keselamatan yang berpegang talinya

Dan dia akan menemuimu hingga kau capai derajat khawasul khawash


24.02.2020

Merepih Alam


Pada angin yang bertiup mengawinkan serbuk jantan dan betina

Pada hujan yang menghidupkan tanah gersang

Pada detak jantung sepanjang kehidupan yang kita tempuh

Pada rahmat melimpah setelah kita dihantarkan ke pemakaman dengan ampunannya


Rumahnya selalu terbuka, menunggu kita dengan setia


Ia yang tak pernah mengikat manusia di dalam kesukaran

Ia yang tak pernah membebani manusia  di luar batas kemampuan

Ia  yang selalu memberikan kemudahan dan pengampunan


Pintunya senantiasa terbuka, menyambut kita dengan cinta


Sementara kita begitu angkuh merasa seolah dekat dan mengenalnya, namun tak pernah mampu mengalahkan kejahatan napsu yang mengeram dalam diri


Engkau yang tidak bertabir,

ampuni kami yang telah merentangkan tabir, sehingga tak bisa melihat keindahanmu karena mata batin kami penuh dengan jelaga

25.01.2020

Indri Yuswandari

Indri Yuswandari yang pada tahun 2019 masuk dalam profil sastrawan Jawa Tengah versi Balai Bahasa Jawa Tengah sudah menulis 4 antologi puisi tunggal berjudul:

LUKISAN PEREMPUAN ( 2017 )

INI HAMPIR PUKUL TIGA ( 2018 )

TEKATEKI CATATAN KAKI ( 2019 )

ASMARADANA-DALAN KATRESNAN BIYUNG (2021)

Puisi-puisinya juga dimuat di lebih dari tujuhpuluh lima antologi bersama penyair Nusantara dan dua antologi  Malaysia.

Selain membaca puisi dan geguritan, Indri juga bermonolog, main teater, film pendek, sekali waktu menjadi juri lomba baca puisi/ bercerita.









59. Yuda Wira Jaya


Ramadhan Jenaka Dibalik Nestapa 

 

Bait-bait puisi mengalun merdu menghias ramadhan

Sajak-sajaknya seakan membisikkan nada kerinduan

Senyum yang tersungging dari bibirmu tak lagi mekar

Meski tak lama lagi datang lailatul kodar

 

Ramadhan dua warsa menyapa terasa sendu

Riangnya yang jenaka tak ku lihat lagi

Tertutup oleh purnama yang bergelayut dibalik awan kelabu

Nestapa seolah temukan kedamaian, bertengger sombong dirambutmu

 

Puisi para penyair terus bermunculan

Tertawakan saja tak perlu ratapi kesedihan

Musibah yang melambaikan salam tetap anugrah Tuhan

Kartika tetap berkedip dikejauhan, meski cahyanya redup menyiratkan penderitaan

 

Jam kian merangkak menghampiri waktu sahur

Puisiku tetap bernyanyi dalam dengkur

Mengalun lembut Laksana gadis melenggang mengenakan sampur

Disini, termenung hikmat tadarus puisi lebih menghibur

Wonosobo, 29 April 2021

 

 

 

 

 

 

Barokah, atau yang menggunakan nama pena Yuda Wira Jaya, merupakan penyandang disabilitas tunanetra kelahiran Wonosobo, 20 Desember 1997

Hobinya dalam bersyair sebenarnya bermula dari mendengarkan sandiwara radio Tutur Tinular. Dimana ia tergila-gila dengan tokoh bernama Arya Dwipangga alias Pendekar Syair Berdarah.

Dia sering kali berimajinasi menjadi tokoh tersebut.

Akhirnya ia mulai belajar merangkai aksara agar terasa sedap dinikmati.

Pada akhir tahun 2020, dia barusaja menerbitkan antologi puisi dan cerpennya dengan judul Tersenyum Dalam Gulita.

Banyak bercerita tentang hidup seorang tunanetra.





















60. Edison P. Malau


Kopi Hitam Dalam Bukuku 


Lembaran-lembaran kusam bertinta hitam menyala

Tersusun rapi di antara kejora-kejora yang redup

Titah tak tertulis kembali menyanjung para penakluk perkutut


Halaman pertama, kutulis kisah hutanku berbaris-baris

Lembaran berikutnya, kulihat halaman penuh asap mengepul


Warna-warni bunga tak luput dari goresan jari, kala itu

Menambah semaraknya berita tentang hidupnya lingkungan ramah

Semuanya, hanyalah sirat yang tak bermakna dalam buku usang


Hutanku tak lagi asri

Kopi hitamku tak lagi tersuguh dengan rapi

Bukuku, kadang berserak tak bertuan

Semua berisi rintihan dan tangisan


Sidikalang, 23 April 2021



Nama : Edison P. Malau

Alamat : Jl Rumah Sakit Umum Sidikalang, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara

Kode Pos : 22211

Nomot Hp : 0821-6114-9111


Biodata Riwayat Kepenulisan


Edison P. Malau, lahir di Dusun Napambelang, Desa Soban, Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara, 1 Maret 1977. Lulus dan tamat dari Sekolah Dasar (SD) 030372 Soban tahun 1990. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan tahun 1993 dari SMPN 1 Siempat Nempu. Melanjut ke Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Negeri 1 Sidikalang dan lulus pada tahun 1996.


Sampai saat ini masih aktif menulis di Harian Sinar Indonesia Baru (SIB) terbit di Medan Sumatera Utara, Jl Brigjen Katamso, Medan. Pernah meraih Juara Harapan III pada Lomba Karya Tulis Jurnalistik tahun 2009 yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Tulisan dengan judul “Mengangkat Mutiara Bumi Turang” mendapat nominasi saat itu. Selain itu, tulisannya juga telah terbit di Harian Analisa dengan judul “Berkeliling Tao Toba”.


Sejak tahun 2016, setelah kembali ke kampung halaman Sidikalang, Dairi, penulis sudah bersosialisasi untuk membuka ekstra Jurnalistik di sekolah-sekolah. Namun, pada awal 2019, rencana dan mimpi itu dapat terwujud. Penulis sudah mengajar Jurnalistik di 2 sekolah yang berbeda, SMA St Petrus Sidikalang dan SMPN 1 Tigalingga. Dalam memberi materi pelajaran ekstra Jurnalistik, penulis menekankan dan memberikan motivasi kepada para pelajar, supaya rajin membaca dan menulis. Khsusus menulis Puisi, penulis juga memberikan ruang dan kesempatan kepada seluruh pelajar.


Karena kecintaan penulis terhadap puisi dan karya sastra lainnya, penulis sudah membuat laman sendiri dengan “menyontek” karya Chairil Anwar dengan nama halaman “Aku Mau Menulis 1000 Tahun Lagi” pada awal tahun 2020. Penulis juga aktif di berbagai grup kegiatan menulis, baik di sosial media dan nyata. Mengajar Ekstra Jurnalistik di SMA St Petrus Sidikalang dan SMPN 2 Tigalingga, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.


Buku yang sudah terbit, "Gema Lobat Tanoh Sulang Silima", meraih juara 1 nasional dengan membawa bahasa Daerah yaitu Bahasa Pakpak, di Komunitas Penulis Sastra Indonesia (KPSI) berdua dengan Ahmad Z. Ujung, selanjutnya buku antologi bersama "Gembok" di lumbung puisi sastrawan indonesia dan buku antologi bersama "Selamat Tinggal Hari yang Lalu, Selamat Datang Kisah Terbaru" meraih juara harapan dan meraih terbaik ketiga pada Nubar Puisi dan Cerpen Ramadhan 2021 di KPSI.