TEKS SULUH


Minggu, 09 Mei 2021

Puisi Tadarus Puisi V 1442 H/2021 , Puisi 91-100

 


91.Rissa Churria


Tadarus di Tengah Pandemi


Hela napas tak terjeda

Satu satu  ayat  terbaca

Air mata jatuh tak terasa

Terbiar di antara lara duka

 

Pedih tak lagi tersamar

Pandemi  makin  mengakar

Ketakutan kian membelukar

Tadarus  kita  tetap  di kamar

 

Larangan terus tersiar

Ada saja wajah-wajah sendu

Datang dengan nada memelas

Terbungkam  menahan lapar

 

Tadarus kita belum sempurna

Hati harus tetap  terjaga

Memberi sebatas bahu

Sembari mengusap airmatanya

 

Inilah wabah

Yang di dahinya

Tertulis kegelapan

Kedua matanya tertutup

Hanya bergerak menyerang

Tanpa tahu aku kamu dan dia

 

Proses evolusi

Kita bertatap-tatap kadang saling curiga

Patuh akan bertahan melawan berarti hengkang

Berhadapan pada pilihan bertahan tetap berjalan

Menepi untuk melawan doa dimunajatkan

 

Tadarus belum sampai di perbatasan

Pintu rahmat masih terbuka

Datang dengan pakaian lusuh menuju cahaya

Meski malu tak tersisa kepada pemilik cinta

Sedang wabah bungkam tertunduk menghamba

Setu, 24.04.2021

 

Rissa Churria


Dari Magrip ke Pintu Masjid


Inilah waktu haru

Bersembahyang dalam seteru

Pada dini hingga hari petang

Hanya merunduk tunduk

 

Demi waktu magrib

Usai ifthar mengantar samar wulu

Mentadaburi segala kelakar

Kadang membuat kuncup tak mekar

 

Sesekali riuh menjadi senyap

Menuju perjamuan yang terlelap

Melelehkan nikmatnya pertemuan

Membenamkan satu-satu kecupan

Yang datang dan pergi tanpa pesan

 

Bermula dari magrib menuju pintu masjid

Mengingatmu dari riuh hingga sunyi

Mengosongkan muasal dan isi

Tak ada selainmu di sini

Hati yang bertatap

Di lingkar jemari meranumi bibir

 

Padamu

Maka hanya adamu tanpa kecuali

Menafikan segala kefaanaan

Melarungkan nafsu menuju ikhlas

Adamu dalam tiadaku menjadi sama saja

Di balik tirani aku menujumu kembali

Lubang Buaya, 2 Ramadhan 1442H

 

Rissa Churria, biasa dipanggil Ummi Rissa adalah penyair yang saat ini tinggal dan menetap di Bekasi, Jawa Barat. Karyanya diterbitkan dalam buku kumpulan puisi tunggal, yaitu : “Harum Haramain” (2016), “Perempuan Wetan” (2017), “Blakasuta Liku Luka Perang Saudara”(2019),  “Matahari Senja di Bumi Osing” (2020). Puisi Rissa juga dimuat di berbagai media cetak, antara lain : Jawa Pos, Radar Banyuwangi, Radar Bekasi, BMR Fox Kotamobagu,Pemuisi Malaysia, dan lain lain. Selain itu puisinya juga sudah dimuat di lebih 80 kumpulan puisi bersama, antara lain yaitu : Jazirah 1, 2, 3,4, dan 5 Festival Sastra Internasional Gunung Bintan (2018-2020), Festival Lembah Ijen (2017), Negeri Poci (2018 -2020), Alumni Munsi (2020), Banjar Baru Festival ; Rainy day (2020), ), Bias Warna Hati ( Sastra Nusa Widhita - 2021), Gembok – (Lumbung Puisi Indonesia 2021),  Suara Dari Lembah Kata Kata (2021), Di Haribaan Puisi- 10 Penyair Berkiprah (2021), dan lain lain.Rissa aktif mengikuti berbagai Festival sastra dan tampil membaca puisi, antara lain : Women of  Words Poetry Slam Ubud Writers and Readers Festival (2017 dan 2019),  Pertemuan Penyair Nusantara di Singapura (2017),Pertemuan Penyair dan Akademisi di Universitas Sultan Azlan Syah Negeri Perak (2017),  Penyair Nusantara di Malaysia (2018), Pertemuan Penyair Ziarah Karyawan Nusantara di Jandabaik-Malaysia (2019), dan lain lain. Media sosial Fb. Rissa Churria (Ummi Rissa), IG. RissaChurria, email. churriarissa@gmail.com hp/wa. +6281287812264





























92.Gambuh R Basedo


Jamas Bulan Suci


Tak hanya basa-basi lambai ayumu

Tanganmu menarilk lembut menggandeng

Ruang riang pemandian banyu ampuni

Basah basuh kembang-kembang rahmati

 

Pada busuk napasku yang mengkristal

Bertahun karena selingkuh khofi

Pada dinding tertempeli arogansi

 Akuku serupa berhala

Pada bilik-bilik rahasia anak-anak iblisku

Kau rekahi senyum rahmani

Tenggelam hingga

 

Rengkuhmu merangkul tunjuki

Api tak lagi mengapi

Borok-borok bobrokku tertambal kini

Nafsu nurani kembali pada ikrar sejati

Merunduk dalam debar tadarus

Hingga bungkamku tak hangus

 

Rembang, 14.04.2021

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambuh R Basedo


 Ciptaning Lelaku 


Elok semburat dahsyat pada pucuk puncak

Cahaya lintang turun menjamah

Serupa kilau mutiara

 

Tengah ratri ,jantung kidung pangkur

Simpuh tinggalkan sejenak duniawi

Meraba  kesah kisah masa lalu

 

Jiwa gembalakan raga

Renungi cerita purba

Gelimang tak jujur dan dosa

 

Cep tumancep tancapkan

Dinginkan ingin sumarah serah

Ciptaning kidung pangkur

 

Bertabur wangi puspa

Aku hanya manusia biasa

Sembah hati ini pada-Mu

Harap berkah lelaku

 

Ciptaning kidung pangkur

Terjang penghalang

Berangus nafsu merusuh

 

Diam hening renung ,agungkan

Heneng hening henung

Dalam tadarus penghambaanku

 

Rembang, 05.05.2021

Gambuh R. Basedo adalah penyair yang saat ini tinggal dan menetap di Rembang, Jawa Tengah. Antologi tunggalnya adalah “Suluk Cinta Kawah Candradimuka” terbit di tahun 2020 9 Samudra Printing). Karya karyanya telah diterbitkan dalam antologi bersama, antara lain yaitu : menjadi salah satu "Penyair Jingga” (2012)  “Kado Pernikahan”, (2010),  “Dandani Luka Luka Tanah Air” (Antologi puisi Numera  Malaysia - 2020), “C Antagonis” (Fakultas Penulis Kreatif dan Filem – Malaysia :2020),  “Tribute Sapardi” (2020), “Antologi Para Pendaki” (2020), Broken Heart (2020), Pelangi Cinta (2020), Antologi Mengenang Najmi Adhani (2020), Romantika Cinta Dalam Aksara (2020), Bias Warna Hati ( Sastra Nusa Widhita - 2021), Gembok – (Lumbung Puisi Indonesia2021),  Suara Dari Lembah Kata Kata (2021), dan lain lain, juga menulis di harian lokal BMRFox Kotamobagu. Prestasi yang pernah dicapai dalam berkesenian adalah sebagai Duta tari Festifal Tari Surabaya, Jawa timur, tahun 2004,  Dalang suluk, Penggagas dan pencipta  “Wayang Lontar Ganyar” sejak tahun 2003  hingga sekarang. Penggagas “Ketoprak Cilik” (anak anak usia 10 – 13 tahun) sejak tahun  1990 hingga sekarang.   Kegiatan sehari hari sebagai Penggiat Seni dan Perawat Kebudayaan Jawa juga pelaku Teater Mistis dan Interculturalisme ala Gambuh.

 









93. Tono


Kutip Waktu 


 

Tabur debu menempel daun menanti rintik hujan 

Kusam kasat mata menahan rasa 

Terpana, mengapa? 

Kuasa menutup mata 

Kuasa menutup telinga 

Kuasa mati rasa 

Rasa kabur terbawa waktu 

Terpampang lembaran lempeng keras tercecer jalan semu terselimut tebalnya debu 

Lubang kecil besar berliku-liku kutip waktu menanti 

Suara tak berirama terngiang sepanjang jalan

 

Waktu 

Kapan kau kutip menghampiri? 

Rasa berat tertuang wajah sepanjang jalan 

Lelah letih lesu menahan hawa nafsu  

Kekuatan luntur mengikuti putaran roda 

Tetesan air mengalir membasahi penutup tubuh 

Panas terik matahari penyemangat asa 

Puasa ini mengharap kutip waktu  

Merapal doa harap desah meminta

 

Kutip waktu  

Selalu dinanti Insan merindu 

Gelegar butiran cahaya 

Penghias hidup merintis hati 

Merasuk pori  

Menghias sanubari 

Celah manis menanti kalbu menyatu taburan bintang 

Memuja syukur, mampu bersujud, dan menerima takdir

 

Diri berusaha menenangkan pola pikir 

Hasrat terpondasi penuh manfaat 

Ayat suci terucap merdu  

Merajut lisan kenikmatan kekal 

Kutip waktu dinanti dalam diri penuh makna 

Mengharap pada-Mu 

Penuh keberkahan kembali menghias alam dan umat-Mu

 


Tono lahir di Blora. Penulis merupakan seorang pendidik dan bukan lulusan dari sastra tapi menyukai sastra. Turut serta menulis berbagai macam karya merupakan perwujutan rasa suka pada sastra. Penulis seorang Admin Komunitas Karya Kreatif Menulis (K3M).

Penulis sering menulis bersama sastrawan-sastrawan Indonesia dan Luar Negeri. Karyanya berupa: Antrologi Puisi Guru Se-Asean, Terbang Dalam Deen Assalam, Menenun Rinai Hujan, Kita Kata Kata Jilid 1 bersama M. Aan Mansyur, Love In Summer Internasional, Antologi Puisi Kuliner Gabin Barandam, Kumpulan Cerpen Tualang, Kumpulan Cerpen Samin dan Dukun bersama Susilo Toer, Antologi Gembok, Antologi Quotes Lentera Makna bersama Ganjar Pranowo, Quotes Bersama Membangun Blora utk Indonesia Antalogi Puisi Gembok, Winter November To Desember Internasional, Simpul Rasa, dan masih banyak lagi karya bersama K3M. Karya kumpulan Fabel juga banyak. Beberapa puisi dapat penghargaan dari UMPPL Internasional, dan Global Award Encuentros Poeticos Globales Internasional.



94.Dwi Wahyu Candra Dewi


Tasbih Seorang Ibu Perapal Doa


Di kursi kayu duduk seorang ibu menanti datang waktu azan.

Kumandang panggilan dari surau pun masjid bersahutan

Tiada resah pun gundah menghalang langkah tuk dapatkan berkah

Tiap lelah dalam helaan nafas terbayar nikmat sehat dalam doa khidmat

Zikir sebagai pelipur jiwa, teman perjalanan menuju waktu-Nya.

Tasbih dalam genggaman teruntai doa hingga fajar datang menyapa

Masihkah kau ragu akan doa ibu?

Masihkah kau berani menentangnya?

Di mana lagi kau dapatkan ketenangan selain dalam peluknya?

Di mana lagi kau temukan sentuh lembut selain pada belai tangannya?

Di masa senja masa terbaik tuk tak lagi silau dunia

Masa melupa gelora badaniah memupuk Lillah

Jangan kau serakah agar tak lepas arah

Jangan kau mudah marah agar hidupmu penuh berkah

Doa ibu sepanjang waktu untuk anak-anak beradab dan berilmu

Agar tak menanggung pilu

Tak juga lupa diri akan nurani

Tiada pernah mendoa bencana menimpa

Tapi jika ada jadikanlah penguat iman dan takwa

Tiada pernah meminta duka nestapa

Tapi jika terjadi jadikanlah pengingat bahwa diri bukan siapa-siapa

Selama jiwa dan raga masih menyatu

Arahkanlah diri pada Pemilik waktu.

Tasbih ibu mengantar doa menuju Sang Esa.

 

 

Dwi Wahyu Candra Dewi. Kelahiran Blora, 8 Mei 1983. Penulis seorang dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Lambung Mangkurat. Penulis merupakan penulis Kumpulan Puisi “Kado Istimewa”. Karya puisinya telah dimuat dibeberapa antologi bersama dengan rekan-rekan sastrawan pada Teater Kail, Bengkel Puisi Perruas, Lumbung Puisi Indonesia, dan Komunitas Karya Kreatif Menulis (K3M). Beberapa karyanya pun mendapat penghargaan Internasional oleh UMPPL (Union Mundial de Poetas por la Paz y Libertad) dan Global Award Encuentros Poeticos Globales Internasional. Selain itu, karya puisinya juga mendapat apresiasi dari Malaysia dalam acara International Virtual Poetry Festival bersama Teater Tradisi  Bangsawan UPM. Penulis termasuk salah satu wanita yang mendapat penghargaan dari APEU (Asociacion de Poetas y Escritores Universitas) El Savador sebagai wanita berpengaruh dalam puisi. Penulis merupakan salah satu Tim Kurator Puisi Budaya Internasional Indonesia-Bolivia. Penulis merupakan pendiri K3M (Komunitas Karya Kreatif Menulis). Penulis dapat disapa melalui fb: Dwi Wahyu Candra Dewi. Surel: dewicd0805@gmail.com. Kontak Wa: 085228801405






95. Rusdin Pohan


Dia datang, pergi dan akan datang lagi


Setiap tahun kita pasti menanti kehadiran nya

Terlebih bila saat itu jelang jadwal kehadiran nya

Rasa kerinduan kita semakin menggebu gebu

Bagaikan menanti kekasih yang telah setahun tak berjumpa

Luapan kerinduan kepada nya terkadang saat ini sering digoreskan di medsos


Memang dia adalah kekasih yang dirindukan setiap insan yang beriman

Yang ada malam Lailatur QadarNya Yang lebih baik dari seribu bulan

Yang penuh rahmat dan penuh keampunanNya

Yang dibelengguNya semua syetan

Yang dibukaNya pintu syorga dan ditutupnya pintu neraka

Yang diturunkannya kitab suci Al Qur'an


Kini setelah kehadiran nya dan dalam dekapan kerinduan kita

Pada awalnya kita begitu mesra pada nya

Kita laksanakan apa yang diinginkan nya

Menahan haus dan lapar serta semua yang membatalkan nya

Mengerjakan sholat tarawih dan tadarus di masjid setiap malamnya

Dan juga pada awalnya kemesraan dengan nya masih berjalan mulus

Tujuan untuk menjadi insan yang "taqwa" itu yang utama


Namun mulai pertengahan kemesraan itu semakin berkurang

Tarawih dan tadarus mulai perlahan sepi

Hanya yg benar benar cinta kepada nya yg masih terus mendekap dan memeluk mesra dia


Hingga di akhir kehadiran nya lengang dan sepi sudah biasa

Kehadiran nya tinggal kenangan semata

Akhirnya dia pergi meninggalkan kita semua yg tadi begitu merindukannya

Tapi yg pasti dia akan hadir lagi ditengah kita yg juga pasti akan merindukan nya lagi

Tapi, kita semua belum tentu pasti akan berjumpa lagi dengan nya

Karena mungkin diantara kita ada yg telah mendahului dipanggil Nya. 


Medan, 08 Mei 2021



Rusdin pohan dilahirkan tanggal 03 Juli 1955.

Aktif menulis di beberapa harian dikota medan seperti harian Analisa, Waspada dan beberapa harian lainnya.

Di samping itu juga aktif mengisi acara di beberapa radio swasta untuk acara membaca puisi dan teater, juga membimbing anak-anak remaja masjid dalam musikalisasi puisi pada beberapa acara di Medan.. 







96. Sulistyo Nugroho


Doa yang Terlupa


Ada yang ditinggalkan

Kalam-kalam Tuhan tercampakkan

Keserakahann berserakan mencipta keresahan

Kepongahan bersembunyi di balik topeng-topeng


Banyak manusia kehilangan arah

Berlari dari kenyataan, mengubah jati diri

Iman kehilangan mata air, hanya indah di bibir

Gemerlap mayapada mengecoh penglihatan


Kerusakan begitu lihai melenggang

Menyusup di celah hati yang gersang

Ekosistem berantakan, polusi membabi buta

Bumi pun berderak mencari keseimbangan


Ada yang terlupa

Doa-doa tersumbat gunungan sampah

Air sungai keruh dan pekat, mengalir tak wajar

Dunia semakin renta dan penuh keganjilan


Lupa dan Luka 


Kucoba mengais buku memori 

Di sisi mana kuletakkan lupa

Lupa mana yang membuatku lupa

Aku terjebak di terumbu luka


Aku masih antusias mencari-cari

Ke arah mana lupa berlari

Dimana lupa bersembunyi

Aku tak sengaja melukakan diri


Luka menganga tertusuk lupa

Lupa menancap di badan-badan gelap

Karatnya menginfeksi relung hati

Aku pun bak zombi merindukan kekasih


Ada yang benar-benar terabai

Doa-doa tertidur lelap di lalap mimpi

Sunyi menemani lupa

Dingin menggumuli luka


Kini kusadari

Hidup hanyalah sekedar

Lupakan lupa, lupakan luka

Kularung ia menuju laut lepas


Tuhan maafkan aku

Dalam gelap ku hunus kalap

Tuhan ampuni aku

Lama aku dalam lingkaran murtad


Tangerang, 08052021


Sulistyo Nugroho, S.Pd. TTL : Solo, 3 September

Profesi : Staf Pengajar di SMK Media Informatika JakartaAlamat sekolah : Jln Lestari 2 no 99 Komplek Deplu, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jaksel

Alamat rumah : Gg. Mandor No 56 RT 004/010, Kel Parung Serab, Ciledug, Tangerang, Banten

Note : Penikmat puisi




97. Suhendi RI


METAL: Membaca Tafsir Al-Qur'an


menartil ayat-ayat rindu

kutenggelam di kedalaman makna

sungguh luas lautan ilmu 


membacamu mata berkaca-kaca


dari dulu aku diamkan engkau

dijamah waktu hingga tubuh berdebu


setelah rasa itu hadir mengetuk

ruang yang kosong akankah

aku setia mencintaimu sampai surga nanti

Ruang Sunyi, 4 Mei 2021



MEMBACA KITAB DIRI

: Manusia


di mana-mana

yang terlihat wujudnya


walau dirinya ada

penuhi jagat raya

tapi tinggal sebuah nama


lalu pergi ke mana

sejatinya manusia di dunia?


dalam semesta

hanya jejak yang dijumpa

sebagai tanda purba


manusia hilang berubah muka!


di mana-mana

malih rupa

lalu bersuara

"aku adalah manusia"


mengenal Dia

raga lupa, bahwa

dirinya seorang hamba


siapa yang dapat dipercaya?


mata buta

telinga kurang peka

hati dan jiwa seperti arca


masihkah disebut manusia?

Kamar Hitam, 7 Mei 2021



 Suhendi RI lahir di Bekasi 1986. Saat ini berkegiatan sastra di grup Kelas Puisi Bekasi (KPB). Selain hobi menulis puisi juga suka mendengarkan musik-musik metal sebagai inspirasi dalam berpuisi. Karya-karyanya tergabung pada antologi puisi bersama dan termuat di berbagai media. Podium (2015) kumpulan puisi tunggal yang dicetak oleh penerbit Rose Book. Jika ingin mengenal lebih dekat dapat menghubungi saya di 085287338876



98. Riswo Mulyadi

 

AKU MASIH MENCARI PUASAKU

 

aku sampai malu menghitung lupa

dalam lapar dahaga kuhitung waktu

ratapan-ratapan di rongga dada terus berdendang

bermunculan duka-luka keinginan tiada berujung

 

aku masih mencari puasaku sampai ke ujung bulan

tanpa mengecap rasa manis di dalamnya

pahit, getir lidah napsuku terus mencecap sebatas lapar

 

dalam dzikir kuhitung pahala

lupakan dosa-dosa

seolah telah kutemukan diri sejati

 

o, kesombongan yang terus menjerat

mengikat sayap-sayap cinta

pada ketakutan akan dosa

puasa belum mampu ciptakan api yang membakar hijab-hijab

 

di ujung bulan ini mestinya sudah berada di undak pendakian

pada seribu derajat di atas jalan pengabdian

aku masih saja berputar-putar di ruang pikiran

berhitung angka-angka

bukan keagungan-Mu yang memenuhi dada

sampai aku lupa karena siapa aku puasa

 

Karanganjog, 8 Mei 2021

 

 

 

Riswo Mulyadi

IKTIKAF

 

Di atas sajadah lusuh kudiami sunyi

Mengukur puji yang kusebut

Sejauh mana menjadi rasa

 

O, pujaku memusar sebatas kata

Wirid tanpa rasa

Dominasi pikiran dalam keinginan

Mengikat kuat sekujur tubuh

 

Dalam sunyi semakin riuh

Napsuku menghitung butuh

 

Karanganjog, 4 Mei 2021

 

 

RISWO MULYADI, lahir di Banyumas tahun 1968, aktif menulis puisi dan geguritan bahasa banyumasan. Beberapa Geguritannya pernah dimuat di Majalah Ancas dan antologi Geguritan Banyumasan “Inyong Sapa Rika Sapa” (Aksara Indonesia,2016). Puisinya juga tergabung dalam sejumlah antologi : Mendaras Cahaya (Bengkel Publisher,2014), Jalan Terjal Berliku Menuju-Mu (Bengkel Publisher,2014), Nayanyian Kafilah (Bengkel Publisher,2014), Memo untuk Presiden (Forum Sastra Surakarta,2014), Metamorfosis (Teras Budaya Jakarta,2014), 1000 HAIKU Indonesia (KKK, 2015), Surau Kampung Gelatik (Sibuku Media,2015), Puisi Sakkarepmu (Sibuku Media,2015), Palagan Sastra (Teras Budaya Jakarta, 2016), Lumbung Puisi Jilid IV Penyair Indonesia (Sibuku Media, 2016), Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (Forum Sastra Surakarta, 2016), Negeri Awan (KKK, 2017), Kembang Glepang 2 (SIP Publisher, 2020), Sajak-sajak Berhamburan di Atas Meja (Satria Publisher, 2021), dll.

 

Kini aktif sebagai pendidik di MI Ma’arif NU 1 Cilangkap, Tinggal di Karanganjog RT 002 RW 009 Desa Cihonje Kecamatan Gumelar Banyumas, Jawa Tengah, Kode Pos 53165.


























99. Aisyah Rauf


Keteduhan Hati


Ya Rabb

Dengan cinta-Mu

Hati selalu hidup

Tiada jelaga yang tertirah

 

Dosa-dosa di setiap langkah

Segala khilaf kata

Pun alpa mensyukuri segala nikmat-Mu

Menjadi daki

Pada hati

Mengeras mati

 

Ya Rabb

Aliri bongkah kealpaanku

Biarkan mengalir

Hanyutkan sampah-sampah liarku

Dekap pada seribu zikir

Menombak sepi dalam hening

 

Keteduhan hati

Di kedalaman sunyi

Kutumpahkan tangis dan pinta

Pada butiran tasbih

Batin merintih

Rindu pada-Mu kian menghunjam

Bersimpuh di malam-malam-Mu

Pasrah sebelum fajar

Agar kembali suci

Bulukumba, 9 Mei 2021

 

Aisyah Rauf, S.Pd, nama pena Nyanari Rauf. Lahir di Sinjai, 5 Desember 1973. Alumni IKIP Ujung Pandang (sekarang UNM Makassar) jurusan Bahasa dan Seni tahun 1995. Kemudian melanjutkan pendidikan di STKIP Muhammadiyah Bulukumba, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Sekarang giat menjalani tugas sebagai guru di SMP Negeri 6 Bulikumba Pembina Pramuka dan seni. Mengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada tahun 2017 mengikuti OGN (Olimpiade Guru Nasional) mata pelajaran Bahasa Indonesia dan meraih juara 2 tingkat Kabupaten Bulukumba, kemudian pada tahun 2019 kembali mengikuti OGN (Olimpiade Guru Nasional) mata pelajaran Bahasa Indonesia dan meraih juara 1 tingkat Kabupaten Bulukumba hingga melangkah ke tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.

Telah menelurkan karya antologi puisi tunggal dengan judul Bibir di Tepi Hati. Karyanya pun telah dimuat dalam buku antologi puisi bersama:

Memeluk Bulan, Lukisan Jiwa, Bumbu Hidup, Solutan Kaj Bonvenon, Sebelum Hilang Waktu, Gembok_Tilas Sebingkai Desember(puisi patarisit), Senandung Atma Dalam Aksara,  Berpuisi Tanpa Batas, Penantian Panjang,dan _Kreasi Semaris

Beralamat BTN Cabalu, Kec. Gantarang, Kab. Bulukumba, Prov. Sulawesi Selatan.

IG: aisyah_rauf05

Email: aisyahrauf.smpn6blk@gmail.com

No Hp/WA: 085230626273






100. Sami’an Adib

 

Pemburu Lailatul Qadar


malam yang dijanjikan telah terbentang

menyimpan kebaikan melebihi seribu bulan kebajikan

: Lailatul Qadar, pemantik semesta raya benderang

bertabur kasih sayang Sang Pengarak Ramadan

 

layaknya seorang pemburu ulung

kupersiapkan perangkat terbaik yang kumiliki

sajadah terlembut dengan aroma tiada banding

demi mengarungi hening malam di luar mimpi

 

kokok jago bersahutan panjang melengking

mengiringi langkahku menuju masjid ujung tikungan

beriktikaf di hamparan sajadah yang telah terbentang

memohon berjumpa Lailatul Qadar yang dirindukan

 

entah karena bekalku yang masih kurang

atau tersebab waktu yang terlalu gegas berlalu

malam yang kuburu tak kunjung menjelang

malah kemewahan hidup membayang selalu

 

tiba-tiba ada lamat-lamat riuh suara terngiang

semacam monolog kenangan tentang jiwa yang lalai

lupa pada nikmat sempurna dari Sang Penyayang

dengan membiarkan segalanya menjadi terbengkalai

 

tanpa terasa fajar hampir sempurna terentang

tapi ruang dada masih dipenuhi alur-alur fiksi

kekhusyukan zikir pun perlahan pudar, lalu hilang

hingga kutemukan diri terkapar dalam timbunan mimpi

Jember, 2021

Senandung Sesal

 

sudah terlalu lama usia ini dilumur luka

teriris pisau mainan bocah-bocah kelana

saat bersama terlena dalam keriangan maya

 

sudah puluhan Ramadan berlalu tanpa kesan

selain rasa lapar dan keringnya kerongkongan

euforia kerap mengisi malam-malam keceriaan

dengan derai tawa di antara riuh bunyi petasan

 

pahatan jejak-jejak yang telah lama kutinggalkan

menjelma relief di dinding museum penampungan

: ragam kisah riang yang enggan lepas dari ingatan

 

lalu di tikungan ke sekian napasku mulai tersengal

dari kafilah penjaga marwah Ramadan aku tertinggal

sendiri dalam kubang alpa melenguhkan zikir sesal

 

ada histeria yang ingin kulantunkan tanpa suara

sebab dada tak sanggup lagi menampung gema

pernah kuutus media sosial menyimpan rahasia

sebelum pertukaran nista dalam ritual udar rasa

 

masih adakah barisan yang dapat kugenapi

sebelum lorong yang kulewati menjelma api

dan jasad rentaku menjadi hiasan peti mati?

Jember, 2021

 

 

 

 

 

 

Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Lulus Strata I pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember (Unej).  Prestasi kepenulisan antara lain: pernah memenangkan Juara I Lomba Cipta puisi Gus Dur yang diselenggarakan Pelataran Sastra Kaliwungu-Kendal, Puisi Pilihihan II Poetry Prairie Literature Journal#5, Puisi-puisinya terpublikasikan di sejumlah media cetak dan on line. Antologi puisi bersama antara lain: Negeri Pesisiran (2019), Banjarbaru Rain (2020),  Perjalanan Merdeka (2020), Alumni MUNSI Menulis (2020), Suara Guru di Masa Pandemi (2020), Sang Acarya (2021), Gembok (2021), Narasi Bait Waktu (2021), Para Penuai Makna (2021),dan lain-lain. Aktivitas sekarang selain sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember, bergiat juga di Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI)