91.Rissa Churria
Tadarus di Tengah Pandemi
Hela napas tak terjeda
Satu satu ayat terbaca
Air mata jatuh tak terasa
Terbiar di antara lara duka
Pedih tak lagi tersamar
Pandemi makin mengakar
Ketakutan kian membelukar
Tadarus kita tetap di kamar
Larangan terus tersiar
Ada saja wajah-wajah sendu
Datang dengan nada memelas
Terbungkam menahan lapar
Tadarus kita belum sempurna
Hati harus tetap terjaga
Memberi sebatas bahu
Sembari mengusap airmatanya
Inilah wabah
Yang di dahinya
Tertulis kegelapan
Kedua matanya tertutup
Hanya bergerak menyerang
Tanpa tahu aku kamu dan dia
Proses evolusi
Kita bertatap-tatap kadang saling curiga
Patuh akan bertahan melawan berarti hengkang
Berhadapan pada pilihan bertahan tetap berjalan
Menepi untuk melawan doa dimunajatkan
Tadarus belum sampai di perbatasan
Pintu rahmat masih terbuka
Datang dengan pakaian lusuh menuju cahaya
Meski malu tak tersisa kepada pemilik cinta
Sedang wabah bungkam tertunduk menghamba
Setu, 24.04.2021
Rissa Churria
Dari Magrip ke Pintu Masjid
Inilah waktu haru
Bersembahyang dalam seteru
Pada dini hingga hari petang
Hanya merunduk tunduk
Demi waktu magrib
Usai ifthar mengantar samar wulu
Mentadaburi segala kelakar
Kadang membuat kuncup tak mekar
Sesekali riuh menjadi senyap
Menuju perjamuan yang terlelap
Melelehkan nikmatnya pertemuan
Membenamkan satu-satu kecupan
Yang datang dan pergi tanpa pesan
Bermula dari magrib menuju pintu masjid
Mengingatmu dari riuh hingga sunyi
Mengosongkan muasal dan isi
Tak ada selainmu di sini
Hati yang bertatap
Di lingkar jemari meranumi bibir
Padamu
Maka hanya adamu tanpa kecuali
Menafikan segala kefaanaan
Melarungkan nafsu menuju ikhlas
Adamu dalam tiadaku menjadi sama saja
Di balik tirani aku menujumu kembali
Lubang Buaya, 2 Ramadhan 1442H
Rissa Churria, biasa dipanggil Ummi Rissa adalah penyair yang saat ini tinggal dan menetap di Bekasi, Jawa Barat. Karyanya diterbitkan dalam buku kumpulan puisi tunggal, yaitu : “Harum Haramain” (2016), “Perempuan Wetan” (2017), “Blakasuta Liku Luka Perang Saudara”(2019), “Matahari Senja di Bumi Osing” (2020). Puisi Rissa juga dimuat di berbagai media cetak, antara lain : Jawa Pos, Radar Banyuwangi, Radar Bekasi, BMR Fox Kotamobagu,Pemuisi Malaysia, dan lain lain. Selain itu puisinya juga sudah dimuat di lebih 80 kumpulan puisi bersama, antara lain yaitu : Jazirah 1, 2, 3,4, dan 5 Festival Sastra Internasional Gunung Bintan (2018-2020), Festival Lembah Ijen (2017), Negeri Poci (2018 -2020), Alumni Munsi (2020), Banjar Baru Festival ; Rainy day (2020), ), Bias Warna Hati ( Sastra Nusa Widhita - 2021), Gembok – (Lumbung Puisi Indonesia 2021), Suara Dari Lembah Kata Kata (2021), Di Haribaan Puisi- 10 Penyair Berkiprah (2021), dan lain lain.Rissa aktif mengikuti berbagai Festival sastra dan tampil membaca puisi, antara lain : Women of Words Poetry Slam Ubud Writers and Readers Festival (2017 dan 2019), Pertemuan Penyair Nusantara di Singapura (2017),Pertemuan Penyair dan Akademisi di Universitas Sultan Azlan Syah Negeri Perak (2017), Penyair Nusantara di Malaysia (2018), Pertemuan Penyair Ziarah Karyawan Nusantara di Jandabaik-Malaysia (2019), dan lain lain. Media sosial Fb. Rissa Churria (Ummi Rissa), IG. RissaChurria, email. churriarissa@gmail.com hp/wa. +6281287812264
92.Gambuh R Basedo
Jamas Bulan Suci
Tak hanya basa-basi lambai ayumu
Tanganmu menarilk lembut menggandeng
Ruang riang pemandian banyu ampuni
Basah basuh kembang-kembang rahmati
Pada busuk napasku yang mengkristal
Bertahun karena selingkuh khofi
Pada dinding tertempeli arogansi
Akuku serupa berhala
Pada bilik-bilik rahasia anak-anak iblisku
Kau rekahi senyum rahmani
Tenggelam hingga
Rengkuhmu merangkul tunjuki
Api tak lagi mengapi
Borok-borok bobrokku tertambal kini
Nafsu nurani kembali pada ikrar sejati
Merunduk dalam debar tadarus
Hingga bungkamku tak hangus
Rembang, 14.04.2021
Gambuh R Basedo
Ciptaning Lelaku
Elok semburat dahsyat pada pucuk puncak
Cahaya lintang turun menjamah
Serupa kilau mutiara
Tengah ratri ,jantung kidung pangkur
Simpuh tinggalkan sejenak duniawi
Meraba kesah kisah masa lalu
Jiwa gembalakan raga
Renungi cerita purba
Gelimang tak jujur dan dosa
Cep tumancep tancapkan
Dinginkan ingin sumarah serah
Ciptaning kidung pangkur
Bertabur wangi puspa
Aku hanya manusia biasa
Sembah hati ini pada-Mu
Harap berkah lelaku
Ciptaning kidung pangkur
Terjang penghalang
Berangus nafsu merusuh
Diam hening renung ,agungkan
Heneng hening henung
Dalam tadarus penghambaanku
Rembang, 05.05.2021
Gambuh R. Basedo adalah penyair yang saat ini tinggal dan menetap di Rembang, Jawa Tengah. Antologi tunggalnya adalah “Suluk Cinta Kawah Candradimuka” terbit di tahun 2020 9 Samudra Printing). Karya karyanya telah diterbitkan dalam antologi bersama, antara lain yaitu : menjadi salah satu "Penyair Jingga” (2012) “Kado Pernikahan”, (2010), “Dandani Luka Luka Tanah Air” (Antologi puisi Numera Malaysia - 2020), “C Antagonis” (Fakultas Penulis Kreatif dan Filem – Malaysia :2020), “Tribute Sapardi” (2020), “Antologi Para Pendaki” (2020), Broken Heart (2020), Pelangi Cinta (2020), Antologi Mengenang Najmi Adhani (2020), Romantika Cinta Dalam Aksara (2020), Bias Warna Hati ( Sastra Nusa Widhita - 2021), Gembok – (Lumbung Puisi Indonesia2021), Suara Dari Lembah Kata Kata (2021), dan lain lain, juga menulis di harian lokal BMRFox Kotamobagu. Prestasi yang pernah dicapai dalam berkesenian adalah sebagai Duta tari Festifal Tari Surabaya, Jawa timur, tahun 2004, Dalang suluk, Penggagas dan pencipta “Wayang Lontar Ganyar” sejak tahun 2003 hingga sekarang. Penggagas “Ketoprak Cilik” (anak anak usia 10 – 13 tahun) sejak tahun 1990 hingga sekarang. Kegiatan sehari hari sebagai Penggiat Seni dan Perawat Kebudayaan Jawa juga pelaku Teater Mistis dan Interculturalisme ala Gambuh.
93. Tono
Kutip Waktu
Tabur debu menempel daun menanti rintik hujan
Kusam kasat mata menahan rasa
Terpana, mengapa?
Kuasa menutup mata
Kuasa menutup telinga
Kuasa mati rasa
Rasa kabur terbawa waktu
Terpampang lembaran lempeng keras tercecer jalan semu terselimut tebalnya debu
Lubang kecil besar berliku-liku kutip waktu menanti
Suara tak berirama terngiang sepanjang jalan
Waktu
Kapan kau kutip menghampiri?
Rasa berat tertuang wajah sepanjang jalan
Lelah letih lesu menahan hawa nafsu
Kekuatan luntur mengikuti putaran roda
Tetesan air mengalir membasahi penutup tubuh
Panas terik matahari penyemangat asa
Puasa ini mengharap kutip waktu
Merapal doa harap desah meminta
Kutip waktu
Selalu dinanti Insan merindu
Gelegar butiran cahaya
Penghias hidup merintis hati
Merasuk pori
Menghias sanubari
Celah manis menanti kalbu menyatu taburan bintang
Memuja syukur, mampu bersujud, dan menerima takdir
Diri berusaha menenangkan pola pikir
Hasrat terpondasi penuh manfaat
Ayat suci terucap merdu
Merajut lisan kenikmatan kekal
Kutip waktu dinanti dalam diri penuh makna
Mengharap pada-Mu
Penuh keberkahan kembali menghias alam dan umat-Mu
Tono lahir di Blora. Penulis merupakan seorang pendidik dan bukan lulusan dari sastra tapi menyukai sastra. Turut serta menulis berbagai macam karya merupakan perwujutan rasa suka pada sastra. Penulis seorang Admin Komunitas Karya Kreatif Menulis (K3M).
Penulis sering menulis bersama sastrawan-sastrawan Indonesia dan Luar Negeri. Karyanya berupa: Antrologi Puisi Guru Se-Asean, Terbang Dalam Deen Assalam, Menenun Rinai Hujan, Kita Kata Kata Jilid 1 bersama M. Aan Mansyur, Love In Summer Internasional, Antologi Puisi Kuliner Gabin Barandam, Kumpulan Cerpen Tualang, Kumpulan Cerpen Samin dan Dukun bersama Susilo Toer, Antologi Gembok, Antologi Quotes Lentera Makna bersama Ganjar Pranowo, Quotes Bersama Membangun Blora utk Indonesia Antalogi Puisi Gembok, Winter November To Desember Internasional, Simpul Rasa, dan masih banyak lagi karya bersama K3M. Karya kumpulan Fabel juga banyak. Beberapa puisi dapat penghargaan dari UMPPL Internasional, dan Global Award Encuentros Poeticos Globales Internasional.
94.Dwi Wahyu Candra Dewi
Tasbih Seorang Ibu Perapal Doa
Di kursi kayu duduk seorang ibu menanti datang waktu azan.
Kumandang panggilan dari surau pun masjid bersahutan
Tiada resah pun gundah menghalang langkah tuk dapatkan berkah
Tiap lelah dalam helaan nafas terbayar nikmat sehat dalam doa khidmat
Zikir sebagai pelipur jiwa, teman perjalanan menuju waktu-Nya.
Tasbih dalam genggaman teruntai doa hingga fajar datang menyapa
Masihkah kau ragu akan doa ibu?
Masihkah kau berani menentangnya?
Di mana lagi kau dapatkan ketenangan selain dalam peluknya?
Di mana lagi kau temukan sentuh lembut selain pada belai tangannya?
Di masa senja masa terbaik tuk tak lagi silau dunia
Masa melupa gelora badaniah memupuk Lillah
Jangan kau serakah agar tak lepas arah
Jangan kau mudah marah agar hidupmu penuh berkah
Doa ibu sepanjang waktu untuk anak-anak beradab dan berilmu
Agar tak menanggung pilu
Tak juga lupa diri akan nurani
Tiada pernah mendoa bencana menimpa
Tapi jika ada jadikanlah penguat iman dan takwa
Tiada pernah meminta duka nestapa
Tapi jika terjadi jadikanlah pengingat bahwa diri bukan siapa-siapa
Selama jiwa dan raga masih menyatu
Arahkanlah diri pada Pemilik waktu.
Tasbih ibu mengantar doa menuju Sang Esa.
Dwi Wahyu Candra Dewi. Kelahiran Blora, 8 Mei 1983. Penulis seorang dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Lambung Mangkurat. Penulis merupakan penulis Kumpulan Puisi “Kado Istimewa”. Karya puisinya telah dimuat dibeberapa antologi bersama dengan rekan-rekan sastrawan pada Teater Kail, Bengkel Puisi Perruas, Lumbung Puisi Indonesia, dan Komunitas Karya Kreatif Menulis (K3M). Beberapa karyanya pun mendapat penghargaan Internasional oleh UMPPL (Union Mundial de Poetas por la Paz y Libertad) dan Global Award Encuentros Poeticos Globales Internasional. Selain itu, karya puisinya juga mendapat apresiasi dari Malaysia dalam acara International Virtual Poetry Festival bersama Teater Tradisi Bangsawan UPM. Penulis termasuk salah satu wanita yang mendapat penghargaan dari APEU (Asociacion de Poetas y Escritores Universitas) El Savador sebagai wanita berpengaruh dalam puisi. Penulis merupakan salah satu Tim Kurator Puisi Budaya Internasional Indonesia-Bolivia. Penulis merupakan pendiri K3M (Komunitas Karya Kreatif Menulis). Penulis dapat disapa melalui fb: Dwi Wahyu Candra Dewi. Surel: dewicd0805@gmail.com. Kontak Wa: 085228801405
95. Rusdin Pohan
Dia datang, pergi dan akan datang lagi
Setiap tahun kita pasti menanti kehadiran nya
Terlebih bila saat itu jelang jadwal kehadiran nya
Rasa kerinduan kita semakin menggebu gebu
Bagaikan menanti kekasih yang telah setahun tak berjumpa
Luapan kerinduan kepada nya terkadang saat ini sering digoreskan di medsos
Memang dia adalah kekasih yang dirindukan setiap insan yang beriman
Yang ada malam Lailatur QadarNya Yang lebih baik dari seribu bulan
Yang penuh rahmat dan penuh keampunanNya
Yang dibelengguNya semua syetan
Yang dibukaNya pintu syorga dan ditutupnya pintu neraka
Yang diturunkannya kitab suci Al Qur'an
Kini setelah kehadiran nya dan dalam dekapan kerinduan kita
Pada awalnya kita begitu mesra pada nya
Kita laksanakan apa yang diinginkan nya
Menahan haus dan lapar serta semua yang membatalkan nya
Mengerjakan sholat tarawih dan tadarus di masjid setiap malamnya
Dan juga pada awalnya kemesraan dengan nya masih berjalan mulus
Tujuan untuk menjadi insan yang "taqwa" itu yang utama
Namun mulai pertengahan kemesraan itu semakin berkurang
Tarawih dan tadarus mulai perlahan sepi
Hanya yg benar benar cinta kepada nya yg masih terus mendekap dan memeluk mesra dia
Hingga di akhir kehadiran nya lengang dan sepi sudah biasa
Kehadiran nya tinggal kenangan semata
Akhirnya dia pergi meninggalkan kita semua yg tadi begitu merindukannya
Tapi yg pasti dia akan hadir lagi ditengah kita yg juga pasti akan merindukan nya lagi
Tapi, kita semua belum tentu pasti akan berjumpa lagi dengan nya
Karena mungkin diantara kita ada yg telah mendahului dipanggil Nya.
Medan, 08 Mei 2021
Rusdin pohan dilahirkan tanggal 03 Juli 1955.
Aktif menulis di beberapa harian dikota medan seperti harian Analisa, Waspada dan beberapa harian lainnya.
Di samping itu juga aktif mengisi acara di beberapa radio swasta untuk acara membaca puisi dan teater, juga membimbing anak-anak remaja masjid dalam musikalisasi puisi pada beberapa acara di Medan..
96. Sulistyo Nugroho
Doa yang Terlupa
Ada yang ditinggalkan
Kalam-kalam Tuhan tercampakkan
Keserakahann berserakan mencipta keresahan
Kepongahan bersembunyi di balik topeng-topeng
Banyak manusia kehilangan arah
Berlari dari kenyataan, mengubah jati diri
Iman kehilangan mata air, hanya indah di bibir
Gemerlap mayapada mengecoh penglihatan
Kerusakan begitu lihai melenggang
Menyusup di celah hati yang gersang
Ekosistem berantakan, polusi membabi buta
Bumi pun berderak mencari keseimbangan
Ada yang terlupa
Doa-doa tersumbat gunungan sampah
Air sungai keruh dan pekat, mengalir tak wajar
Dunia semakin renta dan penuh keganjilan
Lupa dan Luka
Kucoba mengais buku memori
Di sisi mana kuletakkan lupa
Lupa mana yang membuatku lupa
Aku terjebak di terumbu luka
Aku masih antusias mencari-cari
Ke arah mana lupa berlari
Dimana lupa bersembunyi
Aku tak sengaja melukakan diri
Luka menganga tertusuk lupa
Lupa menancap di badan-badan gelap
Karatnya menginfeksi relung hati
Aku pun bak zombi merindukan kekasih
Ada yang benar-benar terabai
Doa-doa tertidur lelap di lalap mimpi
Sunyi menemani lupa
Dingin menggumuli luka
Kini kusadari
Hidup hanyalah sekedar
Lupakan lupa, lupakan luka
Kularung ia menuju laut lepas
Tuhan maafkan aku
Dalam gelap ku hunus kalap
Tuhan ampuni aku
Lama aku dalam lingkaran murtad
Tangerang, 08052021
Sulistyo Nugroho, S.Pd. TTL : Solo, 3 September
Profesi : Staf Pengajar di SMK Media Informatika JakartaAlamat sekolah : Jln Lestari 2 no 99 Komplek Deplu, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jaksel
Alamat rumah : Gg. Mandor No 56 RT 004/010, Kel Parung Serab, Ciledug, Tangerang, Banten
Note : Penikmat puisi
97. Suhendi RI
METAL: Membaca Tafsir Al-Qur'an
menartil ayat-ayat rindu
kutenggelam di kedalaman makna
sungguh luas lautan ilmu
membacamu mata berkaca-kaca
dari dulu aku diamkan engkau
dijamah waktu hingga tubuh berdebu
setelah rasa itu hadir mengetuk
ruang yang kosong akankah
aku setia mencintaimu sampai surga nanti
Ruang Sunyi, 4 Mei 2021
MEMBACA KITAB DIRI
: Manusia
di mana-mana
yang terlihat wujudnya
walau dirinya ada
penuhi jagat raya
tapi tinggal sebuah nama
lalu pergi ke mana
sejatinya manusia di dunia?
dalam semesta
hanya jejak yang dijumpa
sebagai tanda purba
manusia hilang berubah muka!
di mana-mana
malih rupa
lalu bersuara
"aku adalah manusia"
mengenal Dia
raga lupa, bahwa
dirinya seorang hamba
siapa yang dapat dipercaya?
mata buta
telinga kurang peka
hati dan jiwa seperti arca
masihkah disebut manusia?
Kamar Hitam, 7 Mei 2021
Suhendi RI lahir di Bekasi 1986. Saat ini berkegiatan sastra di grup Kelas Puisi Bekasi (KPB). Selain hobi menulis puisi juga suka mendengarkan musik-musik metal sebagai inspirasi dalam berpuisi. Karya-karyanya tergabung pada antologi puisi bersama dan termuat di berbagai media. Podium (2015) kumpulan puisi tunggal yang dicetak oleh penerbit Rose Book. Jika ingin mengenal lebih dekat dapat menghubungi saya di 085287338876
98. Riswo Mulyadi
AKU MASIH MENCARI PUASAKU
aku sampai malu menghitung lupa
dalam lapar dahaga kuhitung waktu
ratapan-ratapan di rongga dada terus berdendang
bermunculan duka-luka keinginan tiada berujung
aku masih mencari puasaku sampai ke ujung bulan
tanpa mengecap rasa manis di dalamnya
pahit, getir lidah napsuku terus mencecap sebatas lapar
dalam dzikir kuhitung pahala
lupakan dosa-dosa
seolah telah kutemukan diri sejati
o, kesombongan yang terus menjerat
mengikat sayap-sayap cinta
pada ketakutan akan dosa
puasa belum mampu ciptakan api yang membakar hijab-hijab
di ujung bulan ini mestinya sudah berada di undak pendakian
pada seribu derajat di atas jalan pengabdian
aku masih saja berputar-putar di ruang pikiran
berhitung angka-angka
bukan keagungan-Mu yang memenuhi dada
sampai aku lupa karena siapa aku puasa
Karanganjog, 8 Mei 2021
Riswo Mulyadi
IKTIKAF
Di atas sajadah lusuh kudiami sunyi
Mengukur puji yang kusebut
Sejauh mana menjadi rasa
O, pujaku memusar sebatas kata
Wirid tanpa rasa
Dominasi pikiran dalam keinginan
Mengikat kuat sekujur tubuh
Dalam sunyi semakin riuh
Napsuku menghitung butuh
Karanganjog, 4 Mei 2021
RISWO MULYADI, lahir di Banyumas tahun 1968, aktif menulis puisi dan geguritan bahasa banyumasan. Beberapa Geguritannya pernah dimuat di Majalah Ancas dan antologi Geguritan Banyumasan “Inyong Sapa Rika Sapa” (Aksara Indonesia,2016). Puisinya juga tergabung dalam sejumlah antologi : Mendaras Cahaya (Bengkel Publisher,2014), Jalan Terjal Berliku Menuju-Mu (Bengkel Publisher,2014), Nayanyian Kafilah (Bengkel Publisher,2014), Memo untuk Presiden (Forum Sastra Surakarta,2014), Metamorfosis (Teras Budaya Jakarta,2014), 1000 HAIKU Indonesia (KKK, 2015), Surau Kampung Gelatik (Sibuku Media,2015), Puisi Sakkarepmu (Sibuku Media,2015), Palagan Sastra (Teras Budaya Jakarta, 2016), Lumbung Puisi Jilid IV Penyair Indonesia (Sibuku Media, 2016), Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (Forum Sastra Surakarta, 2016), Negeri Awan (KKK, 2017), Kembang Glepang 2 (SIP Publisher, 2020), Sajak-sajak Berhamburan di Atas Meja (Satria Publisher, 2021), dll.
Kini aktif sebagai pendidik di MI Ma’arif NU 1 Cilangkap, Tinggal di Karanganjog RT 002 RW 009 Desa Cihonje Kecamatan Gumelar Banyumas, Jawa Tengah, Kode Pos 53165.
99. Aisyah Rauf
Keteduhan Hati
Ya Rabb
Dengan cinta-Mu
Hati selalu hidup
Tiada jelaga yang tertirah
Dosa-dosa di setiap langkah
Segala khilaf kata
Pun alpa mensyukuri segala nikmat-Mu
Menjadi daki
Pada hati
Mengeras mati
Ya Rabb
Aliri bongkah kealpaanku
Biarkan mengalir
Hanyutkan sampah-sampah liarku
Dekap pada seribu zikir
Menombak sepi dalam hening
Keteduhan hati
Di kedalaman sunyi
Kutumpahkan tangis dan pinta
Pada butiran tasbih
Batin merintih
Rindu pada-Mu kian menghunjam
Bersimpuh di malam-malam-Mu
Pasrah sebelum fajar
Agar kembali suci
Bulukumba, 9 Mei 2021
Aisyah Rauf, S.Pd, nama pena Nyanari Rauf. Lahir di Sinjai, 5 Desember 1973. Alumni IKIP Ujung Pandang (sekarang UNM Makassar) jurusan Bahasa dan Seni tahun 1995. Kemudian melanjutkan pendidikan di STKIP Muhammadiyah Bulukumba, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sekarang giat menjalani tugas sebagai guru di SMP Negeri 6 Bulikumba Pembina Pramuka dan seni. Mengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada tahun 2017 mengikuti OGN (Olimpiade Guru Nasional) mata pelajaran Bahasa Indonesia dan meraih juara 2 tingkat Kabupaten Bulukumba, kemudian pada tahun 2019 kembali mengikuti OGN (Olimpiade Guru Nasional) mata pelajaran Bahasa Indonesia dan meraih juara 1 tingkat Kabupaten Bulukumba hingga melangkah ke tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.
Telah menelurkan karya antologi puisi tunggal dengan judul Bibir di Tepi Hati. Karyanya pun telah dimuat dalam buku antologi puisi bersama:
Memeluk Bulan, Lukisan Jiwa, Bumbu Hidup, Solutan Kaj Bonvenon, Sebelum Hilang Waktu, Gembok_Tilas Sebingkai Desember(puisi patarisit), Senandung Atma Dalam Aksara, Berpuisi Tanpa Batas, Penantian Panjang,dan _Kreasi Semaris
Beralamat BTN Cabalu, Kec. Gantarang, Kab. Bulukumba, Prov. Sulawesi Selatan.
IG: aisyah_rauf05
Email: aisyahrauf.smpn6blk@gmail.com
No Hp/WA: 085230626273
100. Sami’an Adib
Pemburu Lailatul Qadar
malam yang dijanjikan telah terbentang
menyimpan kebaikan melebihi seribu bulan kebajikan
: Lailatul Qadar, pemantik semesta raya benderang
bertabur kasih sayang Sang Pengarak Ramadan
layaknya seorang pemburu ulung
kupersiapkan perangkat terbaik yang kumiliki
sajadah terlembut dengan aroma tiada banding
demi mengarungi hening malam di luar mimpi
kokok jago bersahutan panjang melengking
mengiringi langkahku menuju masjid ujung tikungan
beriktikaf di hamparan sajadah yang telah terbentang
memohon berjumpa Lailatul Qadar yang dirindukan
entah karena bekalku yang masih kurang
atau tersebab waktu yang terlalu gegas berlalu
malam yang kuburu tak kunjung menjelang
malah kemewahan hidup membayang selalu
tiba-tiba ada lamat-lamat riuh suara terngiang
semacam monolog kenangan tentang jiwa yang lalai
lupa pada nikmat sempurna dari Sang Penyayang
dengan membiarkan segalanya menjadi terbengkalai
tanpa terasa fajar hampir sempurna terentang
tapi ruang dada masih dipenuhi alur-alur fiksi
kekhusyukan zikir pun perlahan pudar, lalu hilang
hingga kutemukan diri terkapar dalam timbunan mimpi
Jember, 2021
Senandung Sesal
sudah terlalu lama usia ini dilumur luka
teriris pisau mainan bocah-bocah kelana
saat bersama terlena dalam keriangan maya
sudah puluhan Ramadan berlalu tanpa kesan
selain rasa lapar dan keringnya kerongkongan
euforia kerap mengisi malam-malam keceriaan
dengan derai tawa di antara riuh bunyi petasan
pahatan jejak-jejak yang telah lama kutinggalkan
menjelma relief di dinding museum penampungan
: ragam kisah riang yang enggan lepas dari ingatan
lalu di tikungan ke sekian napasku mulai tersengal
dari kafilah penjaga marwah Ramadan aku tertinggal
sendiri dalam kubang alpa melenguhkan zikir sesal
ada histeria yang ingin kulantunkan tanpa suara
sebab dada tak sanggup lagi menampung gema
pernah kuutus media sosial menyimpan rahasia
sebelum pertukaran nista dalam ritual udar rasa
masih adakah barisan yang dapat kugenapi
sebelum lorong yang kulewati menjelma api
dan jasad rentaku menjadi hiasan peti mati?
Jember, 2021
Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Lulus Strata I pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember (Unej). Prestasi kepenulisan antara lain: pernah memenangkan Juara I Lomba Cipta puisi Gus Dur yang diselenggarakan Pelataran Sastra Kaliwungu-Kendal, Puisi Pilihihan II Poetry Prairie Literature Journal#5, Puisi-puisinya terpublikasikan di sejumlah media cetak dan on line. Antologi puisi bersama antara lain: Negeri Pesisiran (2019), Banjarbaru Rain (2020), Perjalanan Merdeka (2020), Alumni MUNSI Menulis (2020), Suara Guru di Masa Pandemi (2020), Sang Acarya (2021), Gembok (2021), Narasi Bait Waktu (2021), Para Penuai Makna (2021),dan lain-lain. Aktivitas sekarang selain sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember, bergiat juga di Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI)