TEKS SULUH


Jumat, 07 Mei 2021

Tadarus Puisi V 1442 H/2021 , Puisi 71-80




 71. Iin muthmainnah


Rindu Yang Berpalung


Angin semilir mengembara tenang tampa dengki

isyaratkan malam belum lelap dalam belaian separuh rembulan.

Bintang yang bergelanyut tersenyum candu,

Merebut pesona malam dalam sayembara ramadhan.

Detak waktu mengiring rindu dalam balut kain kafan,

Sedang basuh diri belum tuntas

Dan rindu belum separuhpun mengelupas.

Andai anggur waktu mampu memabukkan,

 perang nafsu pulangkan bendera kemenangan.

Namun jiwa terlena dalam buai dan bual,

Hingga segala mengutuk melupa tujuan.

Wahai bulan penuh damai,

Merajuklah agar pertemuan kita tampa usai.

Sumenep, 02 April 2021

Iin Muthmainnah, berpijak di pulau garam di desa sejuk telaga pakamban daja  pragaan sumenep madura.














72. Ary Toekan


Purnama Di Atas Menara


Aku lihat purnama di atas menara

menggantung cahaya dalam temaram

Sedangkan gulita malam telah karam

hingga jiwa-jiwa resah bagai dipenjara

 

Malam ini purnama ke duabelas

Tak lagi kudengar kelu suara memelas

merengek merapal doa dan harap

Mendesah memuja dalam nada lindap

 

Akankah pergimu menyisakan perih mendengus

lalu menyisip  lirih dalam hati merenggus

Ramadhan rindu ini tak ingin purnama

agar sua ini tetap menetap penuh rahmah

 

Kilatan cahaya dan gemuruh guntur

mengantarmu pergi memuja syukur

menapaki jalan takdir yang tak terukur

dan kami hanya mampu sujud dan tagakkur

Adonara, 03 Mei 2021

 










Ary Toekan merupakan nama pena dari Asy’ari Hidayah Hanafi, lahir di Wewit-Adonara Tengah-Flores Timur NTT. pada tanggal 11 Agustus 1981.

Beberapa Karyanya berupa jurnalistik, esai dan puisi dimuat di Media Online weeklyline.net, Flores Pos, dan Media Pendidikan Cakrawala NTT. Menulis beberapa buku diantaranya:

1. Buku Antologi Puisi Tapak Tuah, 2017

2. Buku Revolusi Mental Ala Guru, 2018

3. Buku Asal- Usul Lewo-Lewo di Flores Timur, 2019

4. Buku Antologi Puisi Nusantara dan Malaysia "Jiwa-jiwa yang Bahagia dan Menang", 2020

5. Antologi Puisi Kabut di Puncak Pasandan, 2020

6. Antologi Puisi 201 Penulis 9 Negara Corona Gone by the Poetry, 2020. Menjadi Wakil Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA) Flores Timur. Tergabung dalam Nara Teater dan menjadi salah satu aktor dalam Lakon Ina Lewo dan tampil pada Festival Teater Nasional Taman Ismail Marjuki Jakarta 2018. Kini menjadi tenaga pengajar pada SMP Negeri Panca Marga Kolimasang Adonara, Flores Timur, NTT.














73.El-Amirin

Kami Yang Lupa


Goyang bumi retak ratakan gedung-gedung rumah

Tangisan awan menangiskan insan-insan

Kunjungan bak Tsunami mengharubirukan tuan rumah

Bersin-bersin merapi menyemburkan pengungsian-pengungsian


Kami yang lupa

Tumpukan sampah sungai membawa malapetaka

Kami yang lupa

Botak rambut hutan membawa bencana

Kami yang lupa

Kerakus tamakan menghancurkan segalanya

Kami yang lupa

Dosa kemaksiatan mengundang hadirnya siksa


Saat bencana datang tiba-tiba

Kami masih lupa penuh tanda tanya

Salah apa kami Tuhan ?!

Dosa apa kami ya Allah ?!


Ah ini hanya gejala alam

Gejala alam cipta siapa?!

Mungkin ini ujian

Sudah shalihkah tingkah raja-raja raga ?!


Masa’ ini adzab ?!

Tanyakan pada tingkah yang menghias hari-hari kita

Kerusakan lautan dan daratan

Disebabkan oleh tangan-tangan jahil manusia

Kangean, Madura 03 Mei 2021

Nama pena buat Hendri Abu Afrin Brilliant El-Amirin, lahir pada 09 Juli 1986. Ayah dari

AFRIN dan AMJAD BRILLIANT ini adalah guru tidak tetap pada beberapa sekolah swasta

di kampung ia tinggal.






























74. R. Muhammad. A. A


Lumbung Sederhana

 

Menyelimuti daur kesibukan kota

manusia menumpahkan aksara dan irama

tenang dikala gulita menggoda

hidup dikala mentari mengudara.

 

Manusia berteman sepi mengetuk relung hati

mencari pintu-pintu menuju hidup abadi.

 

Banjarbaru, 30-03-2021

 

Nama  : R. Muhammad. A. A

TTL  : Banjarbaru, 7 Februari 2000

Instansi : STKIP PGRI Banjarmasin


















75.Dian Purnama Dewi


Dari Ayah kepada Anaknya

Nak, mengapa kau begitu pelupa.

Yang kau perlu cuma sepasang sepatu.

Mungkin dua pasang kaus kaki juga,

untuk menyerap keringat

di telapak kakimu yang jumlahnya dua.

Mengapa galau?

 

Yang kau butuh selembar kain,

untuk menutup tubuh.

Tak mesti sutra, belacu pun tak jadi soal.

Asal ia lindungi kulitmu dari panas hujan.

Mengapa risau?

 

Tapi kau betah berdiri di depan etalase,

mata liar menjelajah model sepatu baru,

henti di sela potongan gaun trendi.

Menimbang gamang uang di saku,

tak kunjung cukup meredam lobamu,

bergemuruh semarak di simpul otakmu.

 

Duh, nak, mengapa kau begitu mudah lupa?

(Denpasar, 2021)

 









Duka Pun Akan Berlalu

 

Sebagaimana suka yang lenyap,

disapu satu hembus angin,

usai memecah tawa di antara manusia.

kelindan pedih luka ini pun,

esok-lusa, tulat-tubin, akan usai juga.

Kobarnya padam, gemuruhnya redam

di antara detik jarum waktu.

 

Kita yang senantiasa lupa,

bahwa duka tak tinggal selamanya.

Selayaknya suka yang bertolak kemarin lusa,

sedih sedu pun akan lenyap berlalu,

di luar pintu kamarmu.

Lalu kita seruput kopi, merayakannya.

(Denpasar, 2021)


Dian Purnama Dewi, Penulis kelahiran Bali tahun 1988 yang berdomisili di kabupaten Badung ini sudah menulis puisi dan cerita pendek sejak tahun 2006. Novel pertamanya berjudul Astangga, terbit perdana pada tahun 2020 dan diperbaharui serta dicetak ulang pada tahun 2021 di bawah bendera Penerbit Ruang Aksara. Puisi-puisi dan cerpennya tersebar di berbagai media dan antologi puisi.

 








76.Bayu Nindyoko


Lailatul Qadar 1



Di sepuluh hari terakhir, semua menjadi samar. Aku dengan sebaris pasukan lengkap dengan pakaian perang, menghadang di lini terdepan menggapai berkah, yang entah rasa dan ujudnya.

Di sinilah letak semangat tanpa teriak, hanya ada tangis dan isak. Menunggu datang yang berkehendak. 

"Tuhan, bila bisa aku tawar, cukuplah bagiku 63 tahun seusia nabiku pahala itu, tak perlu seribu bulan, meski usia aku minta seribu bulan lebih sepekan, karena hidup tanpa dosa aneh rasanya bila hanya manusia biasa."


Di sepuluh hari terakhir, Allahumma innaka 'afwuwun tahibbul 'afwa fa'fu'anni, tetap aku pertajam, karena itu senjata mematikan".

Pracimantoro, 030521















Lailatul Qadar 2



Tuhan

Bila kau berikan itu padaku, beri pula aku usia jangan hanya delapan puluh tiga tahun, biar jelas bahwa aku ini manusia biasa.

Pracimantoro, 03052



























77. Hasani Hamzah


Telur Ikan Terbang, Menu Buka Puasa Hari Ini


Barangkali ini sangatlah spesial 

Berbuka puasa dengan telur ikan terbang

Menggoda perutku yang kian mual


Sepiring telur ikan terbang telah terhidang

Tak sabar aku menunggu petang 

Dan adzan magrib lekas berkumandang


Hari ini akan kunikmati senja rasa crunchy

Hingga kelezatan membuatku lupa diri

O, nikmat Tuhan yang mana lagi harus kudustai


Sepiring telur menetas di mulutku

Berlaksa ikan berenang dalam perutku

Saya-sayapnya menggelapar menebus laparku


Di dada, palung paling dalam

Di sana aku menyelami dasarnya 

Tenggelam di kedalaman cinta-Nya

Sumenep, 29 April 2021


Hasani Hamzah

Kehadiratmu


Dengan apa aku menandai diriku 

Sedang adaku tak menjangkau hadirat-Mu

Tanganku berlumur nista

Penglihatanku penuh jelaga


Dengan apa aku menginsyafi diriku

Sedang dzikirku tak cukup bagi-Mu

Bermegah dalam kealpaan

Berjubah dengan kesombongan


Dengan apa aku membaca diriku

Sedang lenaku menghalau pandangan-Mu

Tuhan, aku telah lupa 

Kau memelukku bahkan dalam bencana

Sumenep, 30 April 2021


Hasani Hamzah, lahir di Sumenep pada 16 Agustus 1974. Menulis puisi, prosa dan lakon drama anak. Terlibat dalam beberapa buku antologi bersama di antaranya; Pelangi Surga (Inci Malang, 2014), Doa Dunia Antologi Puisi Solidaritas untuk Palestina Pembebasan dan Kemanusiaan (Diandra Yogyakarta, 2015), Perjalanan Merdeka (Independent Journey) Antologi Puisi Internasional oleh Penyair Indonesia dan Luar Negeri (Penebar Media Pustaka, Yogyakarta 2020), Enigma Covid Kumpulan puisi SKS Crew dan Jam Malam Yogya, Oase Pustaka, 2020), Antologi Puisi Dua Larik Kata Kita (CV. Aksara Sastra Mendunia, 2020) dan lain-lain. Selain menulis, penyair berdarah Bajo/Bajau campuran Madura ini juga menjadi pegiat budaya dan Komunitas Malam Puisi Anak Pulau di kampung halamannya.









78.Riami

Tadarus Puisi


Hamba sering terselap, saat membaca diri hamba kurang teliti, bahwa puasa bukan sekedar instrospeksi jasmani.

Dahaga meradang

oh tenggorokan

rasa lekat

dan kering

 

Aku hanya membaca haus tenggorokan sendiri bertubi-tubi. Aku lupa banyak bibir-bibir kering tak pernah tersentuh jus stroberi. Di bilangan waktu ego terkunci tak mampu membaca ayat dalam diri

 

Rasa dera lapar

perut bersuara

peristaltik

menggeram

 

Kubaca lapar sendiri. Hingga bertumpuk jenis menu di perut serakahku.  Tuhan di luas waktu aku tak bisa merasakan lapar teman sendiri. Aku sibuk urusi dentang perut sendiri.

 

Betapa susahnya

tadarus diri

agar paham

sekitar

 

Alpha masih sering kuasai diri. Dan ramadan telah ketuk-ketuk hati. Semoga tak lupa selalu baca diri. Untuk pahami ayat nyata-Mu

Bukit Nuris, 1 Mei 2021

 

Riami

Lebaran


Kita saling berjabat rasa. Lupakan segala dosa, sekarang, kemarin, tahun lalu. Semoga kita tak lupa menapaki jalan ini kembali. Dan mesti ingat bahwa rintang dalam jalan hidup selalu ada meremas-remas niat kita.

 

Beraneka kue

di atas meja

semuanya

untukmu

 

Tak ada lagi dendam kesumat. Terasa diri dihipnotis oleh berkah. Kau tersenyum. Aku tertawa. Kita berdua menunduk pada idul Fitri.

 

Tangan bersalaman

lepaslah dosa

karat hati

tercuci

 

Doa-doa, apakah sama? Semoga kita tak lupa untuk saling memaafkan begini di musim yang akan datang. Ketika kemarau meranggas jiwa. Semoga tak lupa saling ingatkan dan maafkan.

Bukit Nuris, 2021

 

 





Riami, tinggal di Malang. Pernah menulis di Malang Post, , penulis buku "Catatan Harian Belajar di Bukit  Nuris", "Pelangi Kerinduan", " Kisah Romansa di Negeri Awan", "Serpihan-serpihan Kisah Kita", “Dua Mata Haiku”, bersama Mohamad Iskandar, “Sajak Biru”, dan “Harmoni Tiga Penjuru Bersama Mohamad Ikandar dan Ani Herinia”.   Aktif menulis di kompasiana.com, aktif di Group Sahabat Guru Super Indonesia, Competer, Kepul (Kelas Puisi Alit), Ruang Kata, dan Group Puisi Bekasi, juara 2 Anugerah Competer Indonesia tahun 2021.  Mengajar di SMPN 2 Pakisaji Kab. Malang. Instagram: Riami7482, Face book: Ria Mi, Blog kepenulisan 






















79. Mohammad Iskandar


Rahasia Malam

 

kuketuk pintu langit

dengan zikir teramat lirih

di sepanjang tahajud

ada sesal terlampau khusuk

ampuni ya Rabi

diri tak mengenal rasa syukur


telah kupahami segala teguran-Mu

dalam bentuk banjir, gempa, longsor, kebakaran hutan dan lainnya

semua itu membuka mata batinku

untuk senantiasa berdzikir dan mendekat kepada-Mu


tapi kekhilafan berulang kulakukan

berbuat dosa dengan riang hati

tidak berpikir semua makhluk akan mati

sesuai garis yang telah ditentukan


Tuhanku

pemilik tubuh dan ruhku

izinkan kusibak rahasia malam

yang menyimpan napas keniscayaan

ketika kularungkan doa dalam telaga air mata


tahajud yang ditegakkan

adalah tangga menuju arasy

meminta rida dan ampunan

kepada Tuhan Maha Pemberi

atas segala khilaf diri--

Demak, 03 Mei 2021

Mohammad Iskandar

 

Dari Sebuah Doa


dari sebuah doa

kita belajar ikhlas

atas kuasa takdir-Nya

mengatur seluruh semesta


dari segala firman-Nya

kita belajar mengenali diri

bahwa semua yang tercipta

bakal tiada pada akhirnya


dari halus ayat-Nya

kita semestinya berkaca

yang merusak dan merawat

bakal mendapat balasan

sesuai kadarnya


di jalan keagungan

kita menempa diri

inginkan rida

waktu-waktu terlewatkan

siapa melupa diri?

tersesat di lorong gelap

tanpa cahaya


baiknya kita renungi diri

siapa kita?

Pandean, 02 Mei 2021



Mohammad Iskandar, Lelaki penulis puisi kelahiran Sidomulyo Demak. Sedang belajar menciptakan puisi dalam berbagai genre, jejak puisinya ada di puluhan antologi bersama, halaman Facebook, halaman Instagram dan koran digital. Sedang berproses di Competer, KEPUL dan Ruang Kata. Buku puisinya adalah Dua Mata Haiku bersama Riami (2020), antologi tunggal Lelaki Utara (2020) dan Harmoni Tiga Penjuru bersama Riami dan Ani (2021) Sedang mempersiapkan buku puisi selanjutnya yaitu Okin dan Sinar Mata

























80.  Amal Mustofa


Sepuluh Hari Terakhir

 

Mari kita habiskan  uk uke hari-hari terakhir pertemuan syahdu ini

Pertemuan di bulan yang kita rindukan

Dengan harapan selalu taat padanya

Satu bulan saja

 

Tinggalkan segala sumpah serapah politik dan persaingan kerja

Membuat segala mimpi jadi terjaga

Tumpukan kertas dan usulan proyek  penuh  uk uk dan dosa

Kita tak pernah jijik menjilati dan menelannya

 

Sudahlah tinggalkan semua yang melelahkan

Melupakan sujud dan zikir padanya

Kita  uk uke  entah esok atau lusa

Bulan Ramadhan yang kita rindu, masihkah bertemu dan  uk uke

 

Uang – uang kita dari hasil kerja

Mengapa belum juga cukup menjadi kita kaya

Berpesta pora

Bertamasya

 

Banyak waktu terbuang begitu saja

Sementara Tuhan tiada henti dan tak bosan

Terus memanggil dengan  uk u dan syahdu, penuh kasih lagi mesra

Tak pernah  berhenti memberi makan dan uang untuk anak bersekolah

 

Mari sini sejenak… kita menepi merenung dan mengenal diri

Tinggalkan tumpukan kertas putih dan semua aturan  tak pasti  lagi membebani

Segala dusta rekayasa, tanda tangan dan  uk uke palsunya

Harusakah kita berhenti setelah bergaun putih lalu mencium tanah sementara anak dan isrti menangis  uk uk berucap’’ Jangan pergi papah ‘’

 

Mari sini …di sepuluh hari terakhir  uk uke  ini kita berpasrah diri

Tinggalkan serta lupakan tekanan kerja, hutang melilit dan cicilan yang memusingkan kepala

Biarkan jiwa kotor dan berdebu menyatu denganNya …menyadari segala khilaf dan nista meraja

Semoga Dia hadir masuk ke dalam jiwa… menetap  uk uke hingga tak harus terus dicari karena terlupa sebab kau dan aku sibuk berkerja mencari nafkah untuk hidup yang sebentar saja

 

Sepuluh hari terakhir telah tiba

Diamlah… tinggal dan duduk di rumahNya

Bertasbih

Menyatu denganNya.

30 April 2021







Amal Mustofa yang bernana asli Amaludin                  bin Muhidin Bin Mustofa merupakan seorang ASN   

yang bertugas di Kabupaten Bogor yang dalam   

kesehariannya sebagai seorang pendidik. Penulis dikenal dengan nama FB sebagai Amal Mustofa, dengan alamat email amalbinmustofa@gmail.com atau Kangamaludin2@gmail.com. Laki -laki berdarah asli Sunda ini dilahirkan di Kabupaten Bogor pada tanggal 21 Agustus 1969.Pria yang memiliki hobbi membuat puisi ini mendapatkan gelar Pendidikan terkahir Magister Manajmen Pendidikan Lingkungan Hidup pada program Pasca Sarjana Universitas Pakuan Bogor tahun 2008. Karya tulisnya pernah dipublikasikan diantaranya pada media massa tabloid humor, Majalah Islam Al-Muslimun dan juga Majalah Pendidikan Bhinekakarya. Buku pertama penulis adalah Antologi Kumpulan Puisi HUT PIPP ke-4 berjudul “Keniscayaan Sebuah Perubahan” merupakan karya perdananya yang dibukukan.  uk uke – 13 yang merupakan karya terbarunya pada tahun 2021 adalah antologi puisi yang berjudul Kartini Teladan Sang Dewi Penerang, merupakan sebuah antologi puisi yang diadakan oleh Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat.