71. Iin muthmainnah
Rindu Yang Berpalung
Angin semilir mengembara tenang tampa dengki
isyaratkan malam belum lelap dalam belaian separuh rembulan.
Bintang yang bergelanyut tersenyum candu,
Merebut pesona malam dalam sayembara ramadhan.
Detak waktu mengiring rindu dalam balut kain kafan,
Sedang basuh diri belum tuntas
Dan rindu belum separuhpun mengelupas.
Andai anggur waktu mampu memabukkan,
perang nafsu pulangkan bendera kemenangan.
Namun jiwa terlena dalam buai dan bual,
Hingga segala mengutuk melupa tujuan.
Wahai bulan penuh damai,
Merajuklah agar pertemuan kita tampa usai.
Sumenep, 02 April 2021
Iin Muthmainnah, berpijak di pulau garam di desa sejuk telaga pakamban daja pragaan sumenep madura.
72. Ary Toekan
Purnama Di Atas Menara
Aku lihat purnama di atas menara
menggantung cahaya dalam temaram
Sedangkan gulita malam telah karam
hingga jiwa-jiwa resah bagai dipenjara
Malam ini purnama ke duabelas
Tak lagi kudengar kelu suara memelas
merengek merapal doa dan harap
Mendesah memuja dalam nada lindap
Akankah pergimu menyisakan perih mendengus
lalu menyisip lirih dalam hati merenggus
Ramadhan rindu ini tak ingin purnama
agar sua ini tetap menetap penuh rahmah
Kilatan cahaya dan gemuruh guntur
mengantarmu pergi memuja syukur
menapaki jalan takdir yang tak terukur
dan kami hanya mampu sujud dan tagakkur
Adonara, 03 Mei 2021
Ary Toekan merupakan nama pena dari Asy’ari Hidayah Hanafi, lahir di Wewit-Adonara Tengah-Flores Timur NTT. pada tanggal 11 Agustus 1981.
Beberapa Karyanya berupa jurnalistik, esai dan puisi dimuat di Media Online weeklyline.net, Flores Pos, dan Media Pendidikan Cakrawala NTT. Menulis beberapa buku diantaranya:
1. Buku Antologi Puisi Tapak Tuah, 2017
2. Buku Revolusi Mental Ala Guru, 2018
3. Buku Asal- Usul Lewo-Lewo di Flores Timur, 2019
4. Buku Antologi Puisi Nusantara dan Malaysia "Jiwa-jiwa yang Bahagia dan Menang", 2020
5. Antologi Puisi Kabut di Puncak Pasandan, 2020
6. Antologi Puisi 201 Penulis 9 Negara Corona Gone by the Poetry, 2020. Menjadi Wakil Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA) Flores Timur. Tergabung dalam Nara Teater dan menjadi salah satu aktor dalam Lakon Ina Lewo dan tampil pada Festival Teater Nasional Taman Ismail Marjuki Jakarta 2018. Kini menjadi tenaga pengajar pada SMP Negeri Panca Marga Kolimasang Adonara, Flores Timur, NTT.
73.El-Amirin
Kami Yang Lupa
Goyang bumi retak ratakan gedung-gedung rumah
Tangisan awan menangiskan insan-insan
Kunjungan bak Tsunami mengharubirukan tuan rumah
Bersin-bersin merapi menyemburkan pengungsian-pengungsian
Kami yang lupa
Tumpukan sampah sungai membawa malapetaka
Kami yang lupa
Botak rambut hutan membawa bencana
Kami yang lupa
Kerakus tamakan menghancurkan segalanya
Kami yang lupa
Dosa kemaksiatan mengundang hadirnya siksa
Saat bencana datang tiba-tiba
Kami masih lupa penuh tanda tanya
Salah apa kami Tuhan ?!
Dosa apa kami ya Allah ?!
Ah ini hanya gejala alam
Gejala alam cipta siapa?!
Mungkin ini ujian
Sudah shalihkah tingkah raja-raja raga ?!
Masa’ ini adzab ?!
Tanyakan pada tingkah yang menghias hari-hari kita
Kerusakan lautan dan daratan
Disebabkan oleh tangan-tangan jahil manusia
Kangean, Madura 03 Mei 2021
Nama pena buat Hendri Abu Afrin Brilliant El-Amirin, lahir pada 09 Juli 1986. Ayah dari
AFRIN dan AMJAD BRILLIANT ini adalah guru tidak tetap pada beberapa sekolah swasta
di kampung ia tinggal.
74. R. Muhammad. A. A
Lumbung Sederhana
Menyelimuti daur kesibukan kota
manusia menumpahkan aksara dan irama
tenang dikala gulita menggoda
hidup dikala mentari mengudara.
Manusia berteman sepi mengetuk relung hati
mencari pintu-pintu menuju hidup abadi.
Banjarbaru, 30-03-2021
Nama : R. Muhammad. A. A
TTL : Banjarbaru, 7 Februari 2000
Instansi : STKIP PGRI Banjarmasin
75.Dian Purnama Dewi
Dari Ayah kepada Anaknya
Nak, mengapa kau begitu pelupa.
Yang kau perlu cuma sepasang sepatu.
Mungkin dua pasang kaus kaki juga,
untuk menyerap keringat
di telapak kakimu yang jumlahnya dua.
Mengapa galau?
Yang kau butuh selembar kain,
untuk menutup tubuh.
Tak mesti sutra, belacu pun tak jadi soal.
Asal ia lindungi kulitmu dari panas hujan.
Mengapa risau?
Tapi kau betah berdiri di depan etalase,
mata liar menjelajah model sepatu baru,
henti di sela potongan gaun trendi.
Menimbang gamang uang di saku,
tak kunjung cukup meredam lobamu,
bergemuruh semarak di simpul otakmu.
Duh, nak, mengapa kau begitu mudah lupa?
(Denpasar, 2021)
Duka Pun Akan Berlalu
Sebagaimana suka yang lenyap,
disapu satu hembus angin,
usai memecah tawa di antara manusia.
kelindan pedih luka ini pun,
esok-lusa, tulat-tubin, akan usai juga.
Kobarnya padam, gemuruhnya redam
di antara detik jarum waktu.
Kita yang senantiasa lupa,
bahwa duka tak tinggal selamanya.
Selayaknya suka yang bertolak kemarin lusa,
sedih sedu pun akan lenyap berlalu,
di luar pintu kamarmu.
Lalu kita seruput kopi, merayakannya.
(Denpasar, 2021)
Dian Purnama Dewi, Penulis kelahiran Bali tahun 1988 yang berdomisili di kabupaten Badung ini sudah menulis puisi dan cerita pendek sejak tahun 2006. Novel pertamanya berjudul Astangga, terbit perdana pada tahun 2020 dan diperbaharui serta dicetak ulang pada tahun 2021 di bawah bendera Penerbit Ruang Aksara. Puisi-puisi dan cerpennya tersebar di berbagai media dan antologi puisi.
76.Bayu Nindyoko
Lailatul Qadar 1
Di sepuluh hari terakhir, semua menjadi samar. Aku dengan sebaris pasukan lengkap dengan pakaian perang, menghadang di lini terdepan menggapai berkah, yang entah rasa dan ujudnya.
Di sinilah letak semangat tanpa teriak, hanya ada tangis dan isak. Menunggu datang yang berkehendak.
"Tuhan, bila bisa aku tawar, cukuplah bagiku 63 tahun seusia nabiku pahala itu, tak perlu seribu bulan, meski usia aku minta seribu bulan lebih sepekan, karena hidup tanpa dosa aneh rasanya bila hanya manusia biasa."
Di sepuluh hari terakhir, Allahumma innaka 'afwuwun tahibbul 'afwa fa'fu'anni, tetap aku pertajam, karena itu senjata mematikan".
Pracimantoro, 030521
Lailatul Qadar 2
Tuhan
Bila kau berikan itu padaku, beri pula aku usia jangan hanya delapan puluh tiga tahun, biar jelas bahwa aku ini manusia biasa.
Pracimantoro, 03052
77. Hasani Hamzah
Telur Ikan Terbang, Menu Buka Puasa Hari Ini
Barangkali ini sangatlah spesial
Berbuka puasa dengan telur ikan terbang
Menggoda perutku yang kian mual
Sepiring telur ikan terbang telah terhidang
Tak sabar aku menunggu petang
Dan adzan magrib lekas berkumandang
Hari ini akan kunikmati senja rasa crunchy
Hingga kelezatan membuatku lupa diri
O, nikmat Tuhan yang mana lagi harus kudustai
Sepiring telur menetas di mulutku
Berlaksa ikan berenang dalam perutku
Saya-sayapnya menggelapar menebus laparku
Di dada, palung paling dalam
Di sana aku menyelami dasarnya
Tenggelam di kedalaman cinta-Nya
Sumenep, 29 April 2021
Hasani Hamzah
Kehadiratmu
Dengan apa aku menandai diriku
Sedang adaku tak menjangkau hadirat-Mu
Tanganku berlumur nista
Penglihatanku penuh jelaga
Dengan apa aku menginsyafi diriku
Sedang dzikirku tak cukup bagi-Mu
Bermegah dalam kealpaan
Berjubah dengan kesombongan
Dengan apa aku membaca diriku
Sedang lenaku menghalau pandangan-Mu
Tuhan, aku telah lupa
Kau memelukku bahkan dalam bencana
Sumenep, 30 April 2021
Hasani Hamzah, lahir di Sumenep pada 16 Agustus 1974. Menulis puisi, prosa dan lakon drama anak. Terlibat dalam beberapa buku antologi bersama di antaranya; Pelangi Surga (Inci Malang, 2014), Doa Dunia Antologi Puisi Solidaritas untuk Palestina Pembebasan dan Kemanusiaan (Diandra Yogyakarta, 2015), Perjalanan Merdeka (Independent Journey) Antologi Puisi Internasional oleh Penyair Indonesia dan Luar Negeri (Penebar Media Pustaka, Yogyakarta 2020), Enigma Covid Kumpulan puisi SKS Crew dan Jam Malam Yogya, Oase Pustaka, 2020), Antologi Puisi Dua Larik Kata Kita (CV. Aksara Sastra Mendunia, 2020) dan lain-lain. Selain menulis, penyair berdarah Bajo/Bajau campuran Madura ini juga menjadi pegiat budaya dan Komunitas Malam Puisi Anak Pulau di kampung halamannya.
78.Riami
Tadarus Puisi
Hamba sering terselap, saat membaca diri hamba kurang teliti, bahwa puasa bukan sekedar instrospeksi jasmani.
Dahaga meradang
oh tenggorokan
rasa lekat
dan kering
Aku hanya membaca haus tenggorokan sendiri bertubi-tubi. Aku lupa banyak bibir-bibir kering tak pernah tersentuh jus stroberi. Di bilangan waktu ego terkunci tak mampu membaca ayat dalam diri
Rasa dera lapar
perut bersuara
peristaltik
menggeram
Kubaca lapar sendiri. Hingga bertumpuk jenis menu di perut serakahku. Tuhan di luas waktu aku tak bisa merasakan lapar teman sendiri. Aku sibuk urusi dentang perut sendiri.
Betapa susahnya
tadarus diri
agar paham
sekitar
Alpha masih sering kuasai diri. Dan ramadan telah ketuk-ketuk hati. Semoga tak lupa selalu baca diri. Untuk pahami ayat nyata-Mu
Bukit Nuris, 1 Mei 2021
Riami
Lebaran
Kita saling berjabat rasa. Lupakan segala dosa, sekarang, kemarin, tahun lalu. Semoga kita tak lupa menapaki jalan ini kembali. Dan mesti ingat bahwa rintang dalam jalan hidup selalu ada meremas-remas niat kita.
Beraneka kue
di atas meja
semuanya
untukmu
Tak ada lagi dendam kesumat. Terasa diri dihipnotis oleh berkah. Kau tersenyum. Aku tertawa. Kita berdua menunduk pada idul Fitri.
Tangan bersalaman
lepaslah dosa
karat hati
tercuci
Doa-doa, apakah sama? Semoga kita tak lupa untuk saling memaafkan begini di musim yang akan datang. Ketika kemarau meranggas jiwa. Semoga tak lupa saling ingatkan dan maafkan.
Bukit Nuris, 2021
Riami, tinggal di Malang. Pernah menulis di Malang Post, , penulis buku "Catatan Harian Belajar di Bukit Nuris", "Pelangi Kerinduan", " Kisah Romansa di Negeri Awan", "Serpihan-serpihan Kisah Kita", “Dua Mata Haiku”, bersama Mohamad Iskandar, “Sajak Biru”, dan “Harmoni Tiga Penjuru Bersama Mohamad Ikandar dan Ani Herinia”. Aktif menulis di kompasiana.com, aktif di Group Sahabat Guru Super Indonesia, Competer, Kepul (Kelas Puisi Alit), Ruang Kata, dan Group Puisi Bekasi, juara 2 Anugerah Competer Indonesia tahun 2021. Mengajar di SMPN 2 Pakisaji Kab. Malang. Instagram: Riami7482, Face book: Ria Mi, Blog kepenulisan
79. Mohammad Iskandar
Rahasia Malam
kuketuk pintu langit
dengan zikir teramat lirih
di sepanjang tahajud
ada sesal terlampau khusuk
ampuni ya Rabi
diri tak mengenal rasa syukur
telah kupahami segala teguran-Mu
dalam bentuk banjir, gempa, longsor, kebakaran hutan dan lainnya
semua itu membuka mata batinku
untuk senantiasa berdzikir dan mendekat kepada-Mu
tapi kekhilafan berulang kulakukan
berbuat dosa dengan riang hati
tidak berpikir semua makhluk akan mati
sesuai garis yang telah ditentukan
Tuhanku
pemilik tubuh dan ruhku
izinkan kusibak rahasia malam
yang menyimpan napas keniscayaan
ketika kularungkan doa dalam telaga air mata
tahajud yang ditegakkan
adalah tangga menuju arasy
meminta rida dan ampunan
kepada Tuhan Maha Pemberi
atas segala khilaf diri--
Demak, 03 Mei 2021
Mohammad Iskandar
Dari Sebuah Doa
dari sebuah doa
kita belajar ikhlas
atas kuasa takdir-Nya
mengatur seluruh semesta
dari segala firman-Nya
kita belajar mengenali diri
bahwa semua yang tercipta
bakal tiada pada akhirnya
dari halus ayat-Nya
kita semestinya berkaca
yang merusak dan merawat
bakal mendapat balasan
sesuai kadarnya
di jalan keagungan
kita menempa diri
inginkan rida
waktu-waktu terlewatkan
siapa melupa diri?
tersesat di lorong gelap
tanpa cahaya
baiknya kita renungi diri
siapa kita?
Pandean, 02 Mei 2021
Mohammad Iskandar, Lelaki penulis puisi kelahiran Sidomulyo Demak. Sedang belajar menciptakan puisi dalam berbagai genre, jejak puisinya ada di puluhan antologi bersama, halaman Facebook, halaman Instagram dan koran digital. Sedang berproses di Competer, KEPUL dan Ruang Kata. Buku puisinya adalah Dua Mata Haiku bersama Riami (2020), antologi tunggal Lelaki Utara (2020) dan Harmoni Tiga Penjuru bersama Riami dan Ani (2021) Sedang mempersiapkan buku puisi selanjutnya yaitu Okin dan Sinar Mata
80. Amal Mustofa
Sepuluh Hari Terakhir
Mari kita habiskan uk uke hari-hari terakhir pertemuan syahdu ini
Pertemuan di bulan yang kita rindukan
Dengan harapan selalu taat padanya
Satu bulan saja
Tinggalkan segala sumpah serapah politik dan persaingan kerja
Membuat segala mimpi jadi terjaga
Tumpukan kertas dan usulan proyek penuh uk uk dan dosa
Kita tak pernah jijik menjilati dan menelannya
Sudahlah tinggalkan semua yang melelahkan
Melupakan sujud dan zikir padanya
Kita uk uke entah esok atau lusa
Bulan Ramadhan yang kita rindu, masihkah bertemu dan uk uke
Uang – uang kita dari hasil kerja
Mengapa belum juga cukup menjadi kita kaya
Berpesta pora
Bertamasya
Banyak waktu terbuang begitu saja
Sementara Tuhan tiada henti dan tak bosan
Terus memanggil dengan uk u dan syahdu, penuh kasih lagi mesra
Tak pernah berhenti memberi makan dan uang untuk anak bersekolah
Mari sini sejenak… kita menepi merenung dan mengenal diri
Tinggalkan tumpukan kertas putih dan semua aturan tak pasti lagi membebani
Segala dusta rekayasa, tanda tangan dan uk uke palsunya
Harusakah kita berhenti setelah bergaun putih lalu mencium tanah sementara anak dan isrti menangis uk uk berucap’’ Jangan pergi papah ‘’
Mari sini …di sepuluh hari terakhir uk uke ini kita berpasrah diri
Tinggalkan serta lupakan tekanan kerja, hutang melilit dan cicilan yang memusingkan kepala
Biarkan jiwa kotor dan berdebu menyatu denganNya …menyadari segala khilaf dan nista meraja
Semoga Dia hadir masuk ke dalam jiwa… menetap uk uke hingga tak harus terus dicari karena terlupa sebab kau dan aku sibuk berkerja mencari nafkah untuk hidup yang sebentar saja
Sepuluh hari terakhir telah tiba
Diamlah… tinggal dan duduk di rumahNya
Bertasbih
Menyatu denganNya.
30 April 2021
Amal Mustofa yang bernana asli Amaludin bin Muhidin Bin Mustofa merupakan seorang ASN
yang bertugas di Kabupaten Bogor yang dalam
kesehariannya sebagai seorang pendidik. Penulis dikenal dengan nama FB sebagai Amal Mustofa, dengan alamat email amalbinmustofa@gmail.com atau Kangamaludin2@gmail.com. Laki -laki berdarah asli Sunda ini dilahirkan di Kabupaten Bogor pada tanggal 21 Agustus 1969.Pria yang memiliki hobbi membuat puisi ini mendapatkan gelar Pendidikan terkahir Magister Manajmen Pendidikan Lingkungan Hidup pada program Pasca Sarjana Universitas Pakuan Bogor tahun 2008. Karya tulisnya pernah dipublikasikan diantaranya pada media massa tabloid humor, Majalah Islam Al-Muslimun dan juga Majalah Pendidikan Bhinekakarya. Buku pertama penulis adalah Antologi Kumpulan Puisi HUT PIPP ke-4 berjudul “Keniscayaan Sebuah Perubahan” merupakan karya perdananya yang dibukukan. uk uke – 13 yang merupakan karya terbarunya pada tahun 2021 adalah antologi puisi yang berjudul Kartini Teladan Sang Dewi Penerang, merupakan sebuah antologi puisi yang diadakan oleh Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat.