TEKS SULUH


Selasa, 22 Mei 2018

"Nyanyian Di Batas Senja" Oleh:Christian Bataona

"Nyanyian Di Batas Senja"


Camar-camar kian bercelote ria...
Menghantar surya ke penbaringan
Riuh ombak kian berdeburan
Melepas perginya sang senja...

Di bibir pantai ini...
Masih kusingkap rasa di hati
Masih aksarakan asa di jiwa
Ingin kuceritakan pada pawana...

Alunan gitarku terus beralun indah...
Hingga malam tiba mendekap resah
Dan menghapus keambangan jiwaku
Hingga aku akhiri sebait syair dan laguku...

Nyanyianku tentang rasa...
Sejumlah syairku tentang asa
Melodiku masih tentang cinta
Dan sajakku masih tentang rindu...

Nyanyian di batas senja...
Batas dimana aku masih merasa
Tak berdaya dan buncah menerima
Setiap retrorika dan alibi tak bertuan....

"Nyanyian Di Batas Senja" Oleh:Christian Bataona

"Nyanyian Di Batas Senja"


Camar-camar kian bercelote ria...
Menghantar surya ke penbaringan
Riuh ombak kian berdeburan
Melepas perginya sang senja...

Di bibir pantai ini...
Masih kusingkap rasa di hati
Masih aksarakan asa di jiwa
Ingin kuceritakan pada pawana...

Alunan gitarku terus beralun indah...
Hingga malam tiba mendekap resah
Dan menghapus keambangan jiwaku
Hingga aku akhiri sebait syair dan laguku...

Nyanyianku tentang rasa...
Sejumlah syairku tentang asa
Melodiku masih tentang cinta
Dan sajakku masih tentang rindu...

Nyanyian di batas senja...
Batas dimana aku masih merasa
Tak berdaya dan buncah menerima
Setiap retrorika dan alibi tak bertuan....

Farida Iskandar : Sudah Hari Keenam

Sudah hari keenam
Kita jalani Puasa Ramadhan,
Masih duapuluhempat hari lagi inshaa Allah sampai dihari kemenangan semoga sampai kesana. . .semoga
Kesabaran dan keikhlasan hati yang kudambakan
Onak duri menghadang mungkinkah kusingkirkan
Ya Allah Yang Maha Segala. . . .
Karuniai hamba kesabaran yang rangkap rangkap
Karuniai hamba keikhlasan yang rangkap rangkap
Jangan sampai hamba terjebak dan terperangkap
Karena hanya ENGKAU lah yang kuharap
Karena hanya Engkaulah pemilik cinta dan rindu
Hanya ENGKAU jua yang bisa membagi dan mencabutnya. . .
Hamba tak mampu melakukannya. . . .

Jkt 22052018

Rah Jaffar : Mungkir

MUNGKIR

Tuhan mengirimmu
sebagai cenderawasih
untuk menggerakkan
rasaku ingin terbang
menghantarmu sebagai teman
tempatku mengadu resah
tempatku menyandar harap
agar aku lebih tafakur
akan tetapi
Tuhan mendekatkanmu
kepada hatiku
sebagai kekasih yang mungkir
untuk aku sedar
takdir itu urusan-Nya.

Rah Jaffar
Selasa - 22/5/18

Minggu, 20 Mei 2018

Che Aldo : Satu Bagi Semua

SATU BAGI SEMUA

Jika Tuhan
Memberiku satu
Aku akan
Bagi sepotong,
Jika Tuhan
Memberiku sepotong
Aku akan
Bagi secuil,
Jika Tuhan
Memberiku secuil
Aku akan
Bagi setitik,
Jika Tuhan
Memberiku setitik
Aku akan
Bagi semua.

Atambua,NTT, 2018

Muhammad Afip : Puasa Itu

PUASA ITU

Puasa itu, Kawan
Kau boleh minum dan makan siang
(tempe dan sayur asem di rumah,
atau ayam goreng kriuk di restoran)
Tapi kau tidak lakukan
Semua ditahan dengan senyuman

Puasa itu, Kawan
Kau bebas mengumpat—rerasan
(menggunjing tetangga sebelah,
mencela kerja pemerintah)
Tapi kau tidak lakukan
Kata-kata disepuh jadi cinta dan doa

Puasa itu Kawan !
Aku bisa bunuh dan lukai sesama
(meledakkan bom di keramaian,
merancang fitnah dan kerusuhan)
Tapi Aku tidak lakukan
Kebencianku ditutup kasih-sayang Tuhan

Puasa itu, Kawan
Kau dan Aku
Boleh, bebas dan bisa
Menikmati kedamaian

3 Romadlon 1439 H

Yanu Faoji : Pancaran Makrifat

PANCARAN MAKRIFAT

Dia akan melengkapi angka empat
Pada pilar-pilar yang nyaris tak utuh
Siasat keramat yang turun menuju telinga
Digambarkan pada runcing
Ujung tombak bercabang empat
Yang menyatu setelah kepergiannya
Pada tabligh yang di bisikan gusti
Dan menebar kepada semua gulita
Pada fathonah sebagai mukjizat
Yang melarungkan tuna waca
Merangkul shidiq
Pada setiap hembusan nafas
Dan meniupkan jilat yang melalap
Membasah kuyupkan seluruh tubuh
Dengan amanah yang sampai
Pada telinga dunia
Menjadi pawang tubuh utuh
Menahan nafsu, amarah, prasangka
Dan menjelmakan kebencian
Menjadi abu
Pada angka-angka kalender
Yang menyala hanya sesekali
Pada lingkaran penuh tahunan
Jakarta, 11 April 2018

(SEDEKAH PUISI)

Sinaga Nelson dalam Saksi

Saksi

Semuanya ada ceritanya
Ada dongeng tentang perjalanan
Semuanya tersurat dan tersirat
Suka duka perjalanan
Adalah langkah kaki yg
Sudah di tentukan oleh diri & alam

Apa hendak berkata
Kenyataan adalah saksi
Dan kita sebagai saksi
Semuanya adalah nyata dari Gusti

Apa yg harus terucapkan
Apa yg harus terungkapkan
Apa yg harus terjadi
Apa yg harus jadi pertanggungjawaban

Adalah berkah tersendiri bagi
Yang menjalankan dengan
Kesadaran diri
Bukan membohongi diri sendiri

Sabtu, 19 Mei 2018

Siti Khodijah Nasution : Raibnya Rakaat Sembahyang

Siti Khodijah Nasution



Raibnya Rakaat Sembahyang

Rakaat apa yang terlupakan
hingga kepulan sesaji doa mendahuluinya
'tuk mencecap kata surgawi
Rakaat apa yang termaknakan
pada lungkrah hati masa
Menampiknya
simpan kepakkan maut ragawi
Ah..ah..
Tak kutatap lagi rakaat sembahyang
Penyempurna bertemunya
Hablur!
Dilesap qoid' membuhul liat
Apatah lagi ini sembahyang?
Kususuri lengang jalan
Sendiri...
Jakarta-2018

Shah Ri Zan : KEJAM

Shah Ri Zan



KEJAM



Untuk apa dan atas asbab yang bagaimana?

perlu aku memberi laluan

demi kemustahilan cinta

sedangkan kautahu

takkan sesekali aku mengetuk gencar

pintu kota larangan

biarpun kausemaikan

seluruh keabadian rindumu terhadapku

Perlukah?

kaupetik dengan nama mungkar dan kufur perjanjian sumpahmu yang terdahulu

usah sengaja membuka ketertutupan hatiku yang terkunci beku

kurelakan diri menjadi bisu

walaupun aku sedar

kebersendirian dalam persunyian ini

yang dilimpahi getir hidup seusia hayat

merupakan lembah terasing yang lebih aman

berbanding dari mencuba sedaya asa

mendapatkan kebahagiaan

tiada punya restu

daripada Sang Penguasa di puncak langit

Pengharapanmu kepadaku

takkan kusambut di mercu singgahsana cinta

pengembaraan fikir akalmu

terhadap imaginasi kebersamaan kita

hanya akan memerangkap

ke suatu lembah yang paling hina

apa yang diciptakan

terbentuk dari dusta semata-mata

kemuliaan sepasang genggam tangan kekasih pasti akan berakhir

dengan penyesalan tidak bernoktah

Maka biarkan

semuanya berlalu menjadi simfoni

bersenandung dalam keterlukaan ini

bergumam sunyi

TONGKAT SAKTI

Belantara Konkrit

Semenanjung Tanah Melayu

19 Mei 2018







Chan Chan Parase Dalam Tadarus Puisi Ramadhan 1439 H , DENTING DARI LUBUK LUKA

Chan Chan Parase
DENTING DARI LUBUK LUKA

Lumut menumbuhi paradigmaku
Pada igau peluru hantu
Yang giat sekali memesan target pintu
Dengan menamakan perang terbuka
Hari ini dan hari itu
Benang laba laba membentuk,pada kampung kelahiran
Seperti apa hidup yang ingin dirimu rindu.
Duhai,belati kiriman serdadu kelabang
Aku hingga hari ini tidak mampu menyimak
Dari segala tafsir,gejalanya
Coba kita ambil simpuh,
Dan merenunginya,
Coba harus memakai sifat telaga
Bukan sifat udara di udara,Lihat...
Kedewasaanmu prematur saudaraku.
Kita hanya ikut menglariskan senjata mereka
Mereka kian tertawa
Gembira
Sukaria
Menikmati teater
Yang membuat mereka semakin betah menontonnya
Melihat tokoh ditayangan itu seru sekali
Dan dirimu akan diberi penghargaan sebagai aktor terbaik
Dengan berjanji,belilah senjata kami :
Apa begini yang memberimu berani mati!
Kita kembali sebelum masehi
Perang untuk kafir katamu
Sedang dirimu dalam permainan kafir
Tidak tau menahu
Tela'ah Nabi jadi alasan
Sedangkan yang kafir itu adalah yang menginkari agamanya(tanpa agama) kenapa banyak agama jadi pecundang
Apalagi agamamu agamaku
Yang diangkut kezaman kini
Sungguh naluri sudah merugi
Kenapa kami dijelaskan kebimbangan
Terbawa kebingungan
Keraguan tentang keyakinan diri
Menjadi meminta kematian,
Mata burung gagak mana yang telah memberimu petunjuk akan itu
Apakah memang diharuskan
Bulu bulu sesama burung gagak
Dilanjutkan penuh kepak
Hingga telur dan sarang
Serta pohon tempatmu bernaung dibencikan
Sehingga ditiap titik titik rumput kunimg
Dianggap taik
Aku tidak bisa menjalani puasa jiwa
Maupun taraweh rasa
Bahkan menahan haus dan lapar dada karenamu
Sebab Attahiyatulku sangat tidak wajar kepadamu saudaraku
Batam Island Indonesia 14052018


Rg Bagus Warsono Menanti Tajilmu di Surau Al Ikhlas

Rg Bagus Warsono

Menanti Tajilmu di Surau Al Ikhlas

Dalam penantian anak-anak yatim Al Ikhlas
dengan kopiah yang putihnya memudar
sarung yang penuh jahitan tangan
baju kokomu tampak besar ukurannya
di surau Al Ikhlas menati
magrib menutup lapar
membayang ransum dan kue kotakan
seperti mereka pertontonkan di tv nasional
kapan giliran di surau kami
wajah-wajah manis semakin manis melihat matahari menghilang.
Anak-anak berebut pisang, ubi dan gelas air mineral
dari kemuliaan mereka yang datang
dengan tampah penuh makanan
untuk kiayai merea
untuk anak-anak yatim piatu
di surau itu
makanan disisa
untuk waktu kemudian
terima kasih ridlomu
tangan tangan Allah
dan kami tak mengharap hayal
kacang rebus atau buras
sekadar mengganjal perutnya yang bertulang.
Ramadhan 1439 H


Rabu, 16 Mei 2018

Penggagas L:umbung Puisi Sastrawan Indonesia





Dengan Antologi-antologi Menarik yang diselenggarakan khusus di Lumbung Puisi






Menggali Cerita Rakyat Indramayu






Geliat Penyair Indonesia dan Bincang-bincang Syair dan Penyair


   Sepeninggal HB Jassin, tokoh kurator sekaligus sastrawan kenamaan Indonesia, yang memiliki komitment dalam dunia sastra serta memiliki tanggung jawab yang tinggi akan kesusastraan Indonesia merupakan sosok yang belum ada gantinya. Idealisme yang dimiliki Ia patut menjadi contoh bagi generasi selanjutnya terutama pada bidang kurasinya yang luar biasa. Ia dapat mempertanggungjawabkan segala apa yang ditulis dalam catatan-catatan tulisannya sesuai dengan jiwanya yang kutu buku dan daya ingatnya yang luar biasa. Pantaslah Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin menjadi lembaga panutan dan corong pembenaran sastra Indonesia.

   Kini dunia sastra modern semakin pesat perkembangannya, wajarlah bila dilematika dinamika sastra slalu ada seiring perkembangan itu.

   Penulis mencoba untuk mengetengahkan perkembangan itu meski dalam tataran serendah-rendahnya. Menulis apa yang tahu dan apa yang dilihat dalam kaca mata yang jauh dari apa yang diharapkan. Namun perlu sebuah tulisan untuk diketengahkan dengan maksud berbagi informasi.
   

Kerikil dan Cita-cita, Puisi Rg Bagus Warsono


Rg Bagus Warsono


Kerikil dan Cita-cita

Ketika cita dalam kemuliaan
Dan angan sukses
Layu roda pedati dan liku jalan berlubang
Dan batuan menghadang
Atau reruntuhan cadas
Pedati dan sapi dalam siang malam berjalan
Meski perlahan
Menyingkirkan pohon penghalang, mengeraskan jalan dan membuang batu membahayakan gerobak
Ketika cita dalam kemuliaan
Sekecil lubang penghalang penghalang pedati
Ditutup untuk roda-roda berputar.

Gambar Petani dalam Kalender, puisi Rg Bagus Warsono


Rg Bagus Warsono

Gambar Petani dalam Kalender

Dan anak-anak petani yang rajin
Ingin merubah nasib
Menjadi tentara, guru dan presiden
Aku presidenmu anak seorang petani
Anak petani yang rajin
Sehingga aku mencintai petani
Petani jiwaku
Di sana
Di samping tempat duduk
Ada gambar pak tani dalam kalender
Berotot kuat dengan cangkul dan padi
Baju hitam komboran
Dan ikat kepala
Pilihan gambar kalendermu
Yang dipasang di ruang makan.
Jogyakarta,Maret 2018



Dan Gunung-gunung Berjabat Tangan, Puisi Rg Bagus Warsono

Rg Bagus Warsono

Dan Gunung-gunung  Berjabat Tangan

Untuk apa
menjadi presidenmu kalau tak membangun
agar tak dibilang tertinggal
fisik yang diperlukan
saat dirimu  disebut miskin
Miskin oleh perasaan
Mingkiri dirimu sendiri
Untuk nusantaramu terang benderang
Agar terhubung pulau ke pulau
Agar terdengar bunyi
Geregaji dikikir
Karat di batu asahan
Dan suara gaung palu
Dan air dirindukan petani
Melalui parit meleleh di pematang sawah
Desa ke desa dan gunung-gunung  berjabat tangan
Jogyakarta,Maret 2018