TEKS SULUH


Minggu, 25 April 2021

Tadarus Puisi V 1442h /2021 , 31-39

 31.Arya Setra

MURKAMU...KASIHMU

Menunggu Cinta

Menanti kasih

Berharap pada mentari yang selalu mengasihi dan tak pernah ingkar janji.


Ketulusan angin

Kejujuran bumi dan rendah hatinya air yg selalu bisa beradaftasi

mengisi celah kosong dalam lembah sampai alur ter bawah.


Setiap langkah yang penuh dengan harap akan diri

Berusaha mengikuti jejak jejak pudar dan samar

Namun semerbak wanginya menusuk  sampai ke ulu hati.


Betapa besar cinta kasihmu

Api....Air.... Angin... dan Tanah

Namun kami sering lupa

Sehingga engkau murka untuk menyadarkan kami atas kealfaan diri.....


Keangkuhan kesombongan

Ke Aku-an

Yang menutupi nurani 

Untuk menjamah kelestarian dan keindahan bumi

MurkaMU ... adalah KasihMU

Jakarta, 24 April 2021


32.Yus Harris

Ramadhan Bukan Toko Busana

Ramadhan bukan toko busana yang setiap tahun dipadati pembeli baju dan celana. Orang berpuasa menahan lapar tapi tak sanggup menahan dahaga untuk berbelanja. Memborong baju model terbaru meski harga setinggi tiang lampu.


Di etalase toko 

manekin-manekin berwajah kelabu tak tahu diri

berpose layaknya peragawati

Menawarkan harga diri 

berbaju bergaya gamis nan sexi


Tak kau lihatkah di luar etalase kaca

bocah-bocah korban bencana kelaparan dan bertelanjang dada

Mereka bukan manekin seperti yang terpajang di toko busana

Bukan pula tontonan topeng monyet yang dipermainkan layaknya hewan melata


Apakah ini roti pahit

Sebagai santapan saat berbuka puasa

Yang kau tawarkan gratisan di tepi-tepi jalan

Mereka menerima pahitnya dan kalian y…



Yus Harris


Ramadhan Di tengah Bencana


Sebuah kampung nampak seperti gadis berwajah murung

Sungainya mengalirkan air mata 

Bukit dan gunungnya memuntahkan raungnya.

Lahan yang dulu sesubur mbakyu penjual bubur 

sekarang jadi lahan tanah kubur

Tak ada bunyi kentongan saur.

Mengapa Ramadhan tahun ini mesti diiringi bencana yang sepi dari belasungkawa.


Semenjak kampung jauh itu digulung longsoran gunung 

Malam pekat bagai ampas kopi mencekam digerogoti sepi

Di corong masjid tak ada tadarus, hanya ada ratap tangis yang tak kunjung putus

Hiruk pikuk lelaki dan perempuan melantunkan tahlil bagi anak cucu dan leluhur yang telah terkubur


Sungguh Ramadhan tahun ini tak sempurna jika berpuasa cuma menahan lapar dan dahaga

Masih adakah belasungkawa dan empati 

Bukan hanya hiasan lipstik dan iklan berjalan di televisi hitam putih 14 inci.

 2021

YUSTINUS HARRIS atau Yusharris tinggal di Jombang Jawa Timur, lahir di Surabaya tgl.14 April 1968 . Bergiat di Terminal sastra Mojokerto dan Sela Sastra Boenga Ketjil Jombang. Pernah menjadi dewan juri baca puisi tk SD/ MI Se Kab Jombang yg diadakan Dinas Perpus kab.Jombang th 2019. Buku puisi tunggalnya ;Bulan merindukan Anak ikan, selendang bianglala, mengenang teman kantor, Surga KW1, Surga KW2. Cintaku di atas perahu,

33.Hari Yono

Maafkan Kami Tuhan

 

Kalau dulu kami bermunajad kepadaMu

Meminta tanpa ada jeda

Mencari di mana letak kami yang keliru

Menapaki dalam lingkaran taubat

 

Namun, sering kami lupa

Berbicara yang tak seharusnya

Memakan daging saudara layaknya kambing

Mencecar pada upaya pengerdilan pribadi

 

Jauh dari itikad Ilahi

Menjambak segala nurani kekeliruan

Berteman dengan dosa

Menambah jeratan kerusakan atma

 

Maafkan kami Tuhan

Atas segala khilaf ini

Memecahkan sendimen diksi positif

Tanpa menatanya jadi bait kebaikan

 

Kami sadari kami lupa

Akan goresan kebaikanMu

Menambah daftar gelap dalam harsa

Tanpa peduli uluran tanganmu menjamah selalu

Blitar, 24 April 2021

 

Hari yono. Beralamatkan di Kabupaten Blitar. Pekerjaaan sebagai pedagang. Bermain dalam facebook akun ary shikamaru, bernomokan ponsel 085645708216. Semoga kau terhibur.


34. Hendra Sukmawan


SURAT CINTA DARI LANGIT

 

aku kian lupa jika waktu

terus berjalan tanpa jeda

 

aku sering lupa jika malam

dan siang terus saling berganti

 

meski doa-doa sering dipanjatkan

tak membuatku kian peka

 

: disapa gempa,

ditegur amuk gunung yang letus,

diingatkan hutan yang terbakar (atau entah dibakar),

dikutuk laut yang sering melabrak daratan,

lalu banjir dan kekeringan

mencibir

sebab aku tak mau berpikir

 

“dzaharal fasadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aidinnaasi”

 

aku bercermin di riak gelombang

 

rasanya aku malu terus mengadu

sementara tangan serakah ini terus menjadi musabab penghancur

keseimbangan semesta

 

duhai jiwa, haruskah kuwariskan kelupaan ini

pada anak-anakku nanti?

Garut, 23 April 2021

 

 

Hendra Sukmawan. Lahir di Garut, Jawa Barat. Sempat kuliah di Institute of Arabic and Islamic Studies Al-Imarat Bandung. Lulus kuliah di STAI SABILI Bandung. Pendiri KTT (Komunitas Teater Tandatanya) dan inisiator bedirinya Rumah Budaya Sunda Galuh Pakuan.


35. Sulistyo


LEBARAN DALAM INTAIAN PANDEMI


Lebaran datang 

apa yang terhidang di meja makan?

segelas air mata

sepiring rasa lapar

opor ayam hanya cerita masa silam

tak ada irisan empal menemani sarapan

sayur ketupat hanya mampir dalam kenangan

kisah pandemi sudah cukup mengenyangkan perut-perut kami


Lebaran datang

hati dag dig dug bergantian dengan suara bedug

kekhawatiran dan kegelisahan mengunyah kami saban hari

wajah-wajah sembunyi dari intaian pandemi


Gema takbir seperti isyarat kematian 

ajal bagai menanti di pintu-pintu rumah 

nyanyian bocah menghilang dari keriuhan

kembang api menguncup redup

petasan terdiam bungkam


Gema takbir menyayat dari kejauhan

mengiris kepongahan 

memaksa air mata menyesali kedurhakaan dan dosa 

sekian lama terlena 

sekian lama terlupa


Lebaran datang bersama pandemi 

nengabarkan janji

meninabobokan nyawa-nyawa kami

Jakarta, 21.05.2020


AKU TAK PERNAH MELUPAKAN-MU


Apakah hari ini aku melupakan-Mu, Tuhan? 

tidak! 

aku tak pernah melupakan-Mu

saat aku sibuk mencumbu bidadari di lokalisasi, aku justru ingat Engkau

saat aku asyik ngibing di kafe pinggir rel sambil menenggak topi miring, sedikipun aku tak melupakan Engkau

saat rupiah hasil nyolong duit kantor mengalir deras mengisi dompetku, berkali-kali aku berterima kasih kepada-Mu


Aku selalu mengingat-Mu

  sepanjang tarikan nafasku

  sebanyak hembusan nafasku

  dalam maksiatku

  dalam kebejatanku


Bahkan ketika istriku melempar kursi ruang tamu ke wajahku, aku teriak menyebut nama-Mu


Aku selalu mengingat nama-Mu, di manapun kakiku menuju

tapi Tuhan, ada satu yang kulupa

aku tak tahu lagi jalan menuju rumah-Mu 

Jakarta, 24 april 2021

*Topi miring adalah merk minuman beralkohol/ minuman keras.

Sulistyo, Lahir 11 September di Kudus. Tinggal di Jakarta. Menyukai sastra dan semua yang berkaitan dengan seni. Berprofesi sebagai Disc Joekey.


36. Herry Lamongan


PERKENANKAN KIRANYA

 

Mohon kiranya maafMu, Gusti

Nyata sekali

Kami tak cermat mewiridkan rasa terima kasih

Atas anugerah iman, usia serta

berkah ilmu dan kehidupan

Kami selalu bersombong diri

setiap kali hadir dalam masarakat bumi

Manusia

Tumbuhan

Margasatwa

Dan alam raya.

Mohon kiranya maafMu, Gusti

Atas tingkah laku kami

semena-mena melayani alam dan budaya selama ini.

Lantas ketika semua umur beringsut tak seimbang

Air

Tanah

Udara

Api

Tertatih sempoyongan merampungkan waktu

Barulah kami hiruk pikuk melawan alpa

Riuh rendah mengeluh bersama

Sesambat menyalahkan seluruh akibat khianat diri terhadap cuaca.

Duh, Gusti cahaya agung semesta

karenaMu kami tiada, ada, kemudian tiada

Jalan puisi membenturkan kendi persulangan, selugut ingatan

menegur sesat kiblat kami

Maka sebisa-bisa kami memohon maaf yang sungguh

Akan arang kranjang luka sejarah yang sudah kami perbuat.

Perkenankan kiranya.

24.04.2021

Herry Lamongan


POHON AKING

Dari tangan

Jejak zaman

Melahirkan banjir

Memojokkan garing

Pohon-pohon aking

Lantas luasan tanah

Membiar lembah bukit luruh

Bumi  terlunta diam merana

Tangan kami telah lama rontok

Bersama daun-daun

Kepada hutan yang sendiri

Burung-burung pulang

Ke sarang tanpa musim semi

Kepada tangan

Kami hanya membilang umur

Kemudian tidur dalam puisi

24.04.2021

 

Herry Lamongan, nama aslinya Djuhaeri. Lahir di Bondowoso, 8 Mei. Mulai bersajak dengan serius tahun 1983, dalam  ersam Indonesia dan Jawa. Karya puisinya pernah dimuat berbagai media cetak pusat dan daerah. Terhimpun dalam lebih dari 50 antologi puisi  ersama. Terkumpul pula dalam antologi tunggal Lambaian Muara (1989), Gunem Suwung (2004), Latar Ngarep (2008), Surat Hening (cetakan ke-2 2020), Rahasia Hujan (puisi anak 2020), dan Berbalas Pantun (2020). 

37. Raeditya Andung Susanto


RIUH

 

Malam telah ditutup, pintu rumah

Sedang dibuka untuk gemuruh pulang.

 

Marah, kecewa, kesepian dan putus asa

Semuanya sempat menyanyikan sebuah tembang

Dan berpelukan denganku.

 

Tuan Tuhan datang berkunjung, mengetuk

Sajadah yang sudah digelar sejak riuh

Menggelegar.

 

Selamat datang, terima kasih

Sudah mampir di tubuhku yang compang

Camping dan sendu, kataku.

Cikarang, 2021

NYALA

Tuhan yang Budiman

 

Kamarku gelap gulita

Malam ini bulan tidak datang

 

Sepi

Gigil

Angin berdesir

 

Aku kehilangan nomormu dalam

Lima waktu. Pertemukan aku dengan

Banyak nyala

Dekatkan aku pada cahaya

Cikarang, 2021

Raeditya Andung Susanto, penyair kelahiran Bumiayu Brebes. Anggota Bumiayu Creative City Forum (BCCF). Penulis Puisi Anak Balai Bahasa Jawa Tengan dan Kemdikbud, Konferensi Penyair Dunia (KONPEN) di Malaysia, Kemah Sastra Nusantara 2018. Buku pertamanya berjudul, Sorai (FAM Publishing, 2019)

 

38. Dyah Nkusuma


DARI MANA ASAP?


Demo marak menghias berita di media massa

Berbondong-bondong orang menuju pusat kota

Kebijakan dipertanyakan?

Oknum memanfaatkan keadaan?

Peserta demo bayaran yang butuh pendapatan?

Ceteknya penalaran, mudahnya tersulut, ribut tak tahu yang diributkan?

Atau uforia, seiring viral jadi dambaan?


Dari mana muasal keadaan?

Pengambil keputusan lupa bawa nurani?

Birokrasi yang konon dipangkas, penyederhanaan regulasi

Nyatanya, pada pelayanan satu pintu, tak kenal, mengantre dulu

Sahabat, kerabat, baju licin berdasi, sepatu kilap bergegas dihampiri

Santun bersambut sepenuh hati

Apalah arti janji-janji, rupanya angin lewat semata, ih..., cuma mimpi


Pandemi kembangkan empati?

Lupa, makin asyik sendiri

Pikirkan stok kecukupan kebutuhan berjangka

Gerbang-gerbang semakin rapat terkunci

Si papa sibuk memikirkan hidup esok hari

Jangan heran mengendap, melompat sekedar sekerat roti

Berkeruman tak hirau prokes, mengais rezeki, tanpa pikir apa 'kan terjadi


Bantuan langsung tunai dikucurkan

Terlupa pula bagaimana memutar dan bertahan

Habis sesaat dibelanjakan

Budaya menadah  yang memalukan

Memanjakan yang melenakan

Kaillah diperlukan, bukan ikan sekali telan


Asap tak mungkin membumbung gelap

Bila tiada api yang jadi penyebab

Akan selalu ada tanya yang harus terjawab

Bukan melulu lupa, lupa, dan lupa hingga berlaksa akibat

Tobat tobat dan tobat, esok kumat

Asap, asap, asap, mengangkasa semakin gelap

Sampit, 25 04 2021


Dyah Nkusuma, terlahir pada 17 Mei 1975, dengan nama Dyah Nur Kusumawati. 

Ibu rumahtangga, istri purnawira perwira polisi, mengelola Rumah Jahit Kin dan Sudut Baca Kin.

Domisili Sampit Kalimantan Tengah. Hobby menulis dan berpuisi sejak sekolah. Menulis di laman gawai sejak Oktober 2019.  Ada beberapa antologi bersama kawan kawan. 


39. Wyaz Ibn Sinentang


SAUM DI TANAH BANUA


Sahur sahur sahur

mata terkatup impi berbunga

waktu bergulir di tengah persimpangan

antara rindu yang menahun

 

Sejuk mendekap manja

selimut enggan bergeser

mata setengah terpejam

rindu padamu terus menggeliat

 

Sahur sahur sahur

sepi mendulang detik berlalu

di tanah banua berbalut peluh

rindu padamu menggebu lintasi waktu terbenam

 

Banjarbaru,  14 April 2021

 

SADRAH

 

Tetes embun lekat

Aroma cemas rajut waktu

Hampa menatap

 

Langkah kita ada batasnya

Sinyal kehidupan mulai menepi

Bumi Ale-Ale,  25 April 2021

 WYAZ (Wahyudi Abdurrahman Zaenal) IBN SINENTANG lahir di kota Pontianak tanggal 24 April 1966. Karyanya pernah dimuat di beberapa media lokal, nasional/luar pulau, negeri jiran, baik cetak maupun online. Karyanya juga terangkum dalam beberapa antologi dan cerpen bersama; IJE JELA (DKK Batola, 2016), RINDU RENDRA (2019), DANDANI LUKA-LUKA TANAH AIR ( Numera, 2020), dll. Antologi puisi tunggalnya, antara lain; BERSAMA HUJAN (2011), HIJRAH (2012), NYANYIAN LILIN PUTIH (2012), PERJALANAN SAJAK BULAN KOSONG (2013), REKAH CAMELIA DI LANGIT DESEMBER (2014), TIGA IBU (2016), SANG PENYAJAK (2021). Kumpulan cerpen tunggalnya PUING (2014). Menetap di kota Ketapang (Kalimantan Barat),