TEKS SULUH


Sabtu, 14 Juni 2014

Jalan Tak Berumah karya Bambang Widiatmoko 2014

Jalan Tak Berumah karya Bambang Widiatmoko 2014. Sebuah buku antologi di tahun 2014 ini di tengah hiruk-pikuknya suasana politik dimana tahun ini terdapat pemilu legeslatif dan presiden. Penyair ternyata komitment pada duinianya, namun bukan berarti tidak mengikuti sejarah dalam arti lain penyair tetap memberikan warnanya meski dalam suasana negara apa pun, Bahkan penyair dapat menjadi saksi atas peristiwa sejarah. Tetapi ini tidak disalah artikan dengan terlibat langsung kedalam politik praktis, jika ini terjadi maka akan abu-abu bahkan hilang jiwa kepenyairannya.
Bambang Widiatmoko ternyata tidak sama sekali terpengaruh akan suasana gonjang-ganjing negara, ia tetap memperlihatkan kepada dunianya bahwa dirinya tetaplah seorang pnyair yang komitment untuk berkarya. *
Bambang Widiatmoko, penyair kelahiran Yogyakarta ini telah memiliki kumpulan puisi tunggal Pertempuran (1980), Anak Panah (1996), Agama Jam (2002), Kota Tanpa Bunga (2008), Hikayat Kata (2011), danJalan Tak Berumah (2014).  Cerpennya terhimpun dalam antologi Bupati Pedro, Laki-laki Kota Rembulan (DKS, 2002), dan Elegi Gerimis Pagi (KSI, 2002). Sajak-sajaknya terhimpun dalam antologi bersama penyair lain Puisi Indonesia 1987 (DKJ, 1987), Tonggak IV (Gramedia, 1987), Antologi Puisi Indonesia (Angkasa, 1997), Antologi berbahasa Mandarin Penyair Kontemporer Indonesia (Yin Hua, 2008), Tanah Pilih (TSI I, 1998), Sajak Rindu Bagi Rasul (Pustaka Pelajar, 2010), Equator (edisi tiga bahasa, Indonesia, Inggris dan Jerman, 2011), Akulah Musi (PPN V, 2011), Tuah Tara No Ale (TSI IV, 2011), Deklarasi Puisi Indonesia (2012), Sauk Seloko (PPN VI, 2012), Penyair Menolak Korupsi (2013), Secangkir Kopi (antologi 6 negara, 2013), Lintang Panjer Wengi di Langit Yogyakarta (2014),  Jula Juli Asem Jakarta(2014), dan di lebih 60 kumpulan puisi yang lain. Karya-karyanya dibahas dalam buku kritik sastra  Puisi Indonesia Hari Ini: Sebuah Kritik (Korrie Layun Rampan, 1980),   Bahasa Puisi Penyair Bambang Widiatmoko (Fakultas Sastra UGM, 1987), Berburu Kata Mencari Tuhan (Gama Media, 2008), Perjumpaan dengan Banten (Kumpulan Esai Wan Anwar, Kubah Budaya, 2011). Bianglala  Perempuan dalam Sastra (Sugihastuti, Lembah Manah, 2012). Negeri Api Berlangit Puisi (KSI, 2013).  Oktober 2013 diundang mengikuti 33rd World Congress Of Poets di Ipoh Malaysia. Memenangi lomba menulis puisi Nusantara Melayu Raya (Numera) di Malaysia, Maret 2014. Kini sebagai redaktur majalah Sastra Pusat (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud RI), staf pengajar ilmu komunikasi pada beberapa universitas di Jakarta, dan Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Pusat.