TEKS SULUH


Rabu, 12 April 2017

Puisi Nunung Noor El Niel di Lumbung Puisi Jilid V



31.
Nunung Noor El Niel

Goyang Dangdut

coba kau ingat-ingat irama dangdut itu
meliukkan setiap lekuk pinggulku
kedua ujung jari telunjuk kita pun menggelitik udara
menggelinjangkan suasana pada setiap langkah
melewati dunia yang nyata untuk tidak selalu terjaga
membuat hidup menjadi lebih sederhana

tabuhkan gendang, tiupkan seruling
dalam setiap hentakan dan ayunkan badan
biarkan pinggang malam dirangkul kelam
masih banyak impian untuk dicumbu
sebelum bulan kesiangan
menjadi pungguk di hari memabukkan
jika kau memang seorang pejantan
bukan sebagai pecundang
Denpasar Maret 2017










Nunung Noor El Niel


Telur dan Ayam

sebutir telur telah kau tegakkan di atas meja
dengan warna pelangi yang kau curi dari 
impian kanak-kanak yang sedang bernyanyi
di antara api unggun yang menghangatkan doa

kau pun mendengar ayam berkokok tiga kali,
mencoba menyangkal matahari yang membuka 
kubur di kedua telapak tanganmu yang terbuka,
sehingga seekor merpati berputar di atas kepala

dan kau pun tak juga percaya setelah 
kau memungut seluruh riba
dari keyakinan yang kau sangsikan
kemudian menggantung di pohon ara

kini kau pun menjadi seorang murid yang terus
menuliskan aksara-aksara puisi tentang
sebutir telur yang telah kau tegakkan di atas meja
dengan sebuah pertengkaran yang tak selesai

:"mana lebih dulu, telur atau ayam?"

Denpasar Maret 2017





Nunung Noor El Niel

Perempuan Penyambal

marilah makan siang bersamaku

akan kubuatkan sambal

dari setiap goyangan pinggulku
kau akan dapat merasakan 
betapa seksinya rasa pedasku
hingga dapat mengulek perasaanmu

aku dapat menambahkan sedikit terasi
sebagai penyedapnya
jika kau memang tak cukup alergi
mungkin juga aku menambahkan jeruk limau
agar kau dapat merasakan asam dan segarnya

dengan sambal buatanku, lidahmu 
akan terlipat-lipat oleh hasrat 
untuk mencicipi setiap ulekan sambalku
mungkin kau akan terpejam atau terbeliak
menahan setiap kepedasan 
pada rongga mulutmu hingga tak ada
sepatah katamu pun yang terucap

sebab sambalku tak beraksara tapi bermakna
untuk makan siangmu yang mungkin selalu 
tertunda dan sia-sia
Denpasar Maret 2017