TEKS SULUH


Rabu, 12 April 2017

Puisi-puisi Marthen Luther Reasoa di Lumbung Puisi jilid V



22.
Marthen Luther Reasoa

Perawan yang Bercinta

Aku temui kau di kaki bukit
kubawa pinang dua, untuk kita gigit
lidah perlu mengunyah kepahitan-kepahitan
untuk dinikmati berdua

Hari masih terlalu pagi
Pàhit belum juga kurasai
bahkan nikmat yang kau beri
belum sempat kumiliki

Embun dan rambutmu kulihat basah
di dalam aliran sungai yang bercabang-cabang
mereka membangun jalan-jalan rahasia
untuk menemui kita berdua

Sementara bibirku yang nakal masih tetap kering dijemur keraguan
angin datang tapi tidak singgah
aku letakkan keningku di muka dagumu yang lancip
membiarkan ciuman terjadi dengan magis

Lalu kutelan ludah pelan-pelan
Nikmat ini masih terasa
Sebab ciuman hanya menyisahkan bekas yang panas ketika senja terlentang
dan membiarkan dirinya kutiduri

kita berlayar, melepas temali sadar
jauh dari dermaga yang gila
kepada keindahan getar
di antara pusar-pusar yang asyik melingkar

di atas gelombang kita masih bimbang
memikir perasaan yang hilang
barangkali itu tentang kecemasan
yang telah kita tambatkan

Ambon, 21 Maret 2017






















Marthen Luther Reasoa
Malam dan Kasur

Malam yang kau bawa begitu gelap
sementara aku dan kehangatan masih terbaring pada kasur
Kurebahkan luka yang sudah lama melelahkan
Supaya kepalaku ringan memikul ingatan yang kabur

Gelisah yang menyeringai, menekan suhu dan emosi
Sehingga aku abaikan pelukan yang hangat
Aku dapati dirimu dalam bekas-bekas malam sepi
lalu hujan datang sembari kita berbaring menahan pelukan

sudah lama kita bermandikan rindu,
namun kita belum bersih dari bekas ciuman dan keringat hasrat
kita bercinta melulu
seperti doa anak sekolah sebelum mengunyah serat

Sudah lama kita menelan senyum pahit,
namun bunga-bunga yang begitu manis tetap mekar di atas ranjang
Padanya aku sesali
setiap kecupan yang sudah tumbuh tunas


Marthen Luther Reasoa

Seranjang dengan Angin

Kau bilang malam adalah kesunyian yang mestinya ditiduri
Sementara perempuan macam aku hanya bersembunyi dalam nikmat-nikmat sesaat
Kau bilang kesunyian mesti diciumi berkali-kali namun kau kencingi alkohol di atas kepala
sementara perempuan macam aku hanyalah sehelai rambut rontok di atas tanah tandus kota ini 


Aku adalah perempuan yang kau tiduri berkali-kali
Pada tubuhku kau ukir luka-luka asmara
di atas ranjang yang liar,
aku tidak berhasil menjinakkan apa-apa selain hasrat
Bahkan desahan-desahan harus kuberi agar malam tak lagi jadi mimpi
sebab desahan-desahan telah melegakan kegelisahan-kegelisahan yang menggigit

Perempuan macam aku harusnya kau nikmati dengan penuh rasa
sebab kau pun sama: merobek tubuhku sekarang lalu menjahit hatiku kemudian


Dan pada bibirku kau hanya beri nafsu yang begitu sedap
kurasai, seumpama petani kehausan setelah membangun perkebunan
embun pun jatuh di atas daun-daun yang masih basah
sebelum pagi tiba, aku sudah bermandikan gelora
Bahkan harum bunga yang kau siram semalam masih menyengat di teras rumahku
Angin turut menyusup ke semua dinding dan selimut
lalu menyebarkan dingin yang meracuni pikiran
Aku kembali mengingat nikmat itu di setiap tatapan yang kau renggut dari istrimu
ada sedikit harapan lalu buat aku jatuh telanjang


timur di dada, barat di pusar, aku di lutut yang cuma tulang
menyisakan ruang kesenyapan
kau titipkan separuh bayangan
aku ikut kau ke jalan panjang
seranjang dengan angin: tenang lalu hilang
Ambon, 16 Maret 2017



Marthen Luther Reasoa, Tempat, tanggal lahir : Saparua, 31 Oktober 1988 Pendidikan   : S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Alamat    : Jalan Diponegoro RT 003 RW 004 Kecamatan Sirimau, Kota Ambon . Komunitas   : Bengkel Sastra Maluku