adalah majalah sastra net bagi rakyat Indonesia yang memerlukan sastra sebagai bagian kehidupan indah di Indonesia. Untuk segala umur pecinta sastra di Tanah Air. Pendiri Agus Warsono (Rg Bagus Warsono/Masagus) didirikan 2 Januari 2011, Redaksi Alamanda Merah 6 Citra Dharma Ayu Margadadi, Redaktur sastra Agus Warsono, Koresponden Rusiano Oktoral Firmansyah (Jakarta), Abdurachman M(Yogyakarya).
TEKS SULUH
Jumat, 20 April 2018
Kau Menyadari Tapi Kau Melakukan
Demi bumi yang dipijak
Keagungan Tuhan
semakin tua abad
dan takut bumi ini tak memberi
air dan tumbuhan makan
Demi bumi yang dipijak
dengan nafsu yg Kau beri
aku haus ingin segala
mengotori
merusak
menggeragas
menghanguskan
panas.....
gersang bumiku
dalam siang dan malam
bumiku menangis
kau menyadari tapi kau melakukan
merusak bumi kita
(Rg bagus warson0, 20-04-2018)
Keagungan Tuhan
semakin tua abad
dan takut bumi ini tak memberi
air dan tumbuhan makan
Demi bumi yang dipijak
dengan nafsu yg Kau beri
aku haus ingin segala
mengotori
merusak
menggeragas
menghanguskan
panas.....
gersang bumiku
dalam siang dan malam
bumiku menangis
kau menyadari tapi kau melakukan
merusak bumi kita
(Rg bagus warson0, 20-04-2018)
Senin, 09 April 2018
Dari Antologi Si Bung : Hamangkubowono IX dan Aku
Hamangkubowono IX dan Aku
Hamangkubuwono IX dan Aku bertemu dalam waskita alam masa depan.
Menjadi sahabat dalam cita-cita pribumi
nusantara
raja yang tersisa
menyembunyikan waris tahta
berpakaian gerilya, tentara kita
atau ala perintis merdeka
Hamangkubuwono IX dan aku bertemu dalam bilik kamar markas gerilnya
Pistol kecil dipinggangnya
Tanpa keris nagarunting
Tampa tobak gagak rimang
Yang menggerigisi
Aku mendepa memberi salam
Waris Sutawijaya
Majapahit, Demak , Pajang lalu Mataram
Kau senopati perangku
Hamangkubuwono IX dan aku bertemu di meja tuan-tuan
Jangan memberi hormat padaku tuan
Anak desa putra awam jelata
Dan aku berebut salam
Katanya, Sejak zaman Demak, waris tak pernah sampai
Aku waris bukan pewaris.
Rg Bagus Warsono 1995
Puisi ini ditulis dalam imajener Rg Bagus Wasono: Menceritakan persahabatan Si Bung dan Hamangkubuwono IX. Raja itu sangat rendah hati, kedudukannya yang tinggi dalam budaya Jawa tak pernah ia hiraukan. Istananya ia persilahkan untuk kaum pergerakan, di militer ia berpangkat perwira sama halnya pribumi lain yang memasuki tentara Indonesi. Dan ia rela memberi dorongan kepada Si Bung untuk Nusantara, bukan hanya Yogjakarta tetapi Indonesia yang lebih besar.
Miliki bukunya di Leutika prio
Miliki bukunya di Leutika prio
Langganan:
Postingan (Atom)