(iklan membaca dibintangi mbak Denting Kemuning)
adalah majalah sastra net bagi rakyat Indonesia yang memerlukan sastra sebagai bagian kehidupan indah di Indonesia. Untuk segala umur pecinta sastra di Tanah Air. Pendiri Agus Warsono (Rg Bagus Warsono/Masagus) didirikan 2 Januari 2011, Redaksi Alamanda Merah 6 Citra Dharma Ayu Margadadi, Redaktur sastra Agus Warsono, Koresponden Rusiano Oktoral Firmansyah (Jakarta), Abdurachman M(Yogyakarya).
TEKS SULUH
Minggu, 24 Oktober 2021
Mengawali Penganugerahan Setyasastra Nagari
Mengawali Penganugerahan Setyasastra Nagari (30 th Kesetiaan Sastra Indonesia Lumbung Puisi) sengaja diberikan di Pekalongan untuk menyatakan bahwa buku Setyasastra Nagari itu betul-betul diterbitkan. Sebanyak lebih dari 115 Sastrawan Indonesia menerima Sebutan Anugerah ini, dan 10 sastrawan tersebut sengaja di berikan karena moment yg tepat dalam Malam Apresiasi Puisi Dalam Kotak Suara sebuah acara yang dinahkodai Penyair Hadi Lempe. Kesepuluh awal penerima Setyasastra Nagari dari lebih dari 115 penerima itu, pada 23 Oktober 2021 itu adalah :
27. Dharmadi,
37.Enthieh Mudakir,
79.Nurochman Dudibyo,
42.Hadi Lempe,
82.Omni Kusnandi,
78.Nanang R Supriyatin,
110.Wawan Hamzah Arfan,
65.Kasdi Kenali,
64.Jaenudin (Kang Zay), dan
108.Wardjito Soeharso.
(rg bagus warsono 24/10/21.)
Jumat, 22 Oktober 2021
Nyemplung Kali Banger
oleh Rg Bagus Warsono
Nyemplung kali Banger
Musim ketiga kali asat isine endut
Iwak akeh kurang banyu ora dipangan
Kali Banger ora mili
Pancing pedot
Kecangkol baro
Lundu cilik arane keting
Sembilang gigire abang
Kali Banger nunggu udan
Jembatan tugel
Iwak blanak golong-golong
Kali banger marani laut
Rabu, 13 Oktober 2021
Rg Bagus Warsono : Gugurnya Patih Celeng
Gugurnya Patih Celeng
Tersebutlah kerajaan Manikmantaka,
Kerajaann bangsa rotadenawa bangsa butho.
Raja Manikmantaka bernama Prabu Niwatakawaca ingin mempersunting Dewi Supraba.
Dewi Supraba tak kuasa menolak asal mendapat ijin ayahnya, Begawan Ciptaning, yang tengah bertapa di gua Mintaraga dalam hutan Kaliangsa yang maha buas di pegunungan Indrakila.
Sang Prabu Niwatakawaca sudah kasmaran ingin segera Dewi Supraba bersanding di kerajaan.
Diutuslah Mamangmurka, patih terbaik Niwatakawaca
Patih sakti putra Patih Sakipu keturunan Giliwangsa
yang sakti mandraguna.
Mamangmurka bertus meminta restu Begawan Ciptaning, pertapa di gua Mintaraga.
Begawan Ciptaning tak mau menemui Mamangmurka
hutan Kaliangsa menjadi gelap gulita pegunungan Indrakila membentang tak berujung.
Gua Mintaraga tak akan ditemukannya.
Mamangmurka mengamuk dihutan gelap
pohon dan batu diobrak abrik
hutan rusak hewan berpencaran mencari selamat
Begawan Ciptaning yang tengah bertapa menjadi marah
dikutuknya Mamangmurka menjadi butho celeng
Melihat tubuhnya berganti celeng
Mamang murka semakin mengamuk merusak hutan
Akhirnya Begawan Ciptaning menghentikan amuk Mamangmurka dengan panah kalitawarna
Menancab di tubuh Mamangmurka.
(Rg Bagus Warsono)
Minggu, 10 Oktober 2021
Auf widersehen puisi indah Kurniawan Junaedhie
Karya puisi indah Kurniawan Junaedi adalah Auf widersehen , sebuah judul Berbahasa Jerman yang artinya Selamat Tinggal. Auf widersehen pada tahun 1994 adalah sebuah drama seri radio BBC London terkenal yang terkenal juga di Indonesia. Mungkin puisi ini diilhami drama itu atau memang Auf wisersehen ini sebuah puisi dari imajenasinya Kurniawan Junaedi sendiri.
Berikut puisi Auf widersehen karya Kurniawan Junaedhie itu:
Auf widersehen
Itukah engkau yang
berdiri di seberang jalan
dengan tas di pangkuan
yang melambaikan tangan?
Betapa pedih jiwa di badan
Rasanya ingin pergi saja aku
Ke lain benua
Jadi itukah engkau?
Jadi itukah engkau yang
melambaikan tangan
Sementara aku sendiri di dunia
Berdiri sepi seperti tiang lampu
Dimalam hari Sunyi
Digoyang angin yang dingin?
Pernahkah kau rasakan
Apa artinya orang kehilangan makna?
Rasanya ingin pergi saja aku
Ke sebuah dunia yang tak seorang pun
Bertanya tentang kabut
Atau anna matovani
Karena memikirkan tentang umur
Dan hari depan mungkin tersa lebih bermartabat.
Juni 1994