"Sapi Siapa Disapu Sapa"
Gara-gara terpana dengan kemontokan pantat sapi, juga karena keelokan tubuh sintalnya seorang penggembala tak tahan menanggung sahwat liarnya. Ia kemudian celingak celinguk kali saja ada yang melihat libidonya tak bisa dikuasai meski dengan doa, bahkan kesadaran akan tanggungjawabnya selaku pemongmong.
Benar saja ada yang melihat ia tengah asyik mengintip, kemontokan sapi-sapi yang digiring dan di peliharanya selama ini. Ia petugas pencatat perkembangan sapi-sapi di lembaga keutuhan sapi. Namun si penggembala memang sudah tidak tahu malu. Ia kadung cinta dan tresna pada pantat sapi-sapinya. Tak pelak ia pun kemudian menyuap petugas pemeriksa dan pengawas perkembangan sapi-sapi yang tengah diicarnya. Tak perlu bicara moral tak guna mempertahankan akal dan budi. Ketika syahwat dan libido setan itu merasuk ke benak dan menjalar ke seluruh persendian, darah dan emosi si penggembala pun meluap.
Ia lupa dirinya siapa ia tak ingat puya tanggungjawab apa, demi hasrat dan keinginannya dan ia yakin tak mungkin akan ada yang membocorkan apa yang ia mau, karena jaman sekarang siapasih yang tak mau disuap.
Seperti juga sapi-sapi pagi yang kelaparan, udara berkabut menutup sebagain langit. Begitu juga otak dan benak si penggembala telah dirasuki kabut hitam tebal dan sulit untuk disingkirkan. Karenanya ia pun tak mampu membedakan warna hitam, putih, biru, merah dan hijau, semua lapisan kebaikan di garis matanya tertutup "kabut".
Tak pelak ia pun tak sadar kalau perilakunya mulai jorok, tangan bersihnya dengan suka rela dikotorinya sendiri, mulutnya pun berkali berkata kotor, di rumah, di lapangan di tempat kerja langkah dan lumampahnya pun jadi "bobrok".
Benarkah si penggembala melakukan kekotoran, kebobrokan dan perilaku sadisnya pada sapi-sapi yang diurusnya itu karena bisikan "iblis"?, selalu saja setan, jin dan iblis jadi kambing hitam. Padahal yang dilakukannya adalah sapi. Sapi yang selama ini diprogramkan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, untuk kepentingan kebutuhan protein rakyat dan perbaikan gizi rakyat. Esh malah tega-teganya ia berkhianat. menjilat-jilat sapi tanpa menyadari itu bukan hak dan jelas melawan kodrat. Apa ya dia itu tak takut di--"laknat"?.
Dasar penjahat keparat, penggembala khianat, Yang seperti ini layak disikat. Atau jadikan ia sapi untuk kita sapu dan jangan di sapa oleh siapa saja.***