TEKS SULUH


Kamis, 20 Februari 2014

Puisi-puisi Julia Hartini (`12)

Kepada Kita

kepada kita yang menyatu sungguh
pada udara yang kita kasihi
mengental dalam ruang

hidup yang basah mendekat
menyuburkan tanah meski berbeda
tetapi langit-langit tetap sama

manakalah di antara kita terperenyak
selalu ada yang memberi tangan
menempelkan pada jemari yang lain
begitu seterusnya

ruang semesta, Februari 2014

Punyaku juga

kita tak saling berhadapan
tapi dahagamu
punyaku juga

lambung yang pedih
menyebabkan tubuh meluruh
mengigaukan rasa sakit
di dadaku

berkali-kali kau meminum air mata
kemudian aku 
melipat cemas
di antara doa-doa 

ruang semesta, Februari 2014


Abu itu mengabarkan Tentangmu

langit menghitam, murung dan hening
tapi siang masih terik
panas yang menguliti mata hati

abu tengah mengabarkan tentangmu
di jauh kilometer sana yang mengaduh
menyimpan sakit berkawan debu
gunung yang begitu kalut

tenanglah, 
di negeri kita ini
tak ada sedih yang sendiri
sebab siapapun yang menangis
akan dibasuh dengan jemari yang manis

kita eja yang pilu 
hingga segala haru terusap waktu

ruang semesta, Februari 2014

Biodata Penulis

Julia Hartini, lahir di Bandung 19 Juli 1992, Mahasiswa  Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tergabung dalam Unit Pers Mahasiswa UPI 2010-sekarang.  Sekarang pun aktif bersastra bersama ASAS (Arena Studi Apresiasi Sastra) UPI dan  Komunitas Penulis Perempuan Indonesia. 
Puisi-puisinya masuk dalam media massa seperti Harian Umum Pikiran Rakyat, Metro Riau, Radar Banten. Selain di media massa, puisi-puisinya juga masuk dalam antologi puisi seperti Tifa Nusantara (2013), Indonesia di Titik 13 (2013), Saksi Ibu Melihat Reformasi (2013) , Habis Gelap Terbitlah Sajak (2013), Situ Waktu (2011). 
Selain menulis puisi, penulis pun diundang dalam Pertemuan Penyair Lintas Daerah yang diadakan Dewan Kesenian Pemalang dan Pekalongan (2013), Pertemuan Penyair Nusantara yang diadakan Dewan Kesenian Tangerang (2013), dan Jambore Nasional Bahasa dan Sastra (2011) yang diadakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.  
Sekarang penulis sedang berproses dan berjuang dalam dunia tulis-menulis agar karyanya yang lahir bisa diapresiasi pembaca.