Kepada Kita
kepada kita yang menyatu sungguh
pada udara yang kita kasihi
mengental dalam ruang
hidup yang basah mendekat
menyuburkan tanah meski berbeda
tetapi langit-langit tetap sama
manakalah di antara kita terperenyak
selalu ada yang memberi tangan
menempelkan pada jemari yang lain
begitu seterusnya
ruang semesta, Februari 2014
Punyaku juga
kita tak saling berhadapan
tapi dahagamu
punyaku juga
lambung yang pedih
menyebabkan tubuh meluruh
mengigaukan rasa sakit
di dadaku
berkali-kali kau meminum air mata
kemudian aku
melipat cemas
di antara doa-doa
ruang semesta, Februari 2014
Abu itu mengabarkan Tentangmu
langit menghitam, murung dan hening
tapi siang masih terik
panas yang menguliti mata hati
abu tengah mengabarkan tentangmu
di jauh kilometer sana yang mengaduh
menyimpan sakit berkawan debu
gunung yang begitu kalut
tenanglah,
di negeri kita ini
tak ada sedih yang sendiri
sebab siapapun yang menangis
akan dibasuh dengan jemari yang manis
kita eja yang pilu
hingga segala haru terusap waktu
ruang semesta, Februari 2014
Biodata Penulis
Julia Hartini, lahir di Bandung 19 Juli 1992, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tergabung dalam Unit Pers Mahasiswa UPI 2010-sekarang. Sekarang pun aktif bersastra bersama ASAS (Arena Studi Apresiasi Sastra) UPI dan Komunitas Penulis Perempuan Indonesia.
Puisi-puisinya masuk dalam media massa seperti Harian Umum Pikiran Rakyat, Metro Riau, Radar Banten. Selain di media massa, puisi-puisinya juga masuk dalam antologi puisi seperti Tifa Nusantara (2013), Indonesia di Titik 13 (2013), Saksi Ibu Melihat Reformasi (2013) , Habis Gelap Terbitlah Sajak (2013), Situ Waktu (2011).
Selain menulis puisi, penulis pun diundang dalam Pertemuan Penyair Lintas Daerah yang diadakan Dewan Kesenian Pemalang dan Pekalongan (2013), Pertemuan Penyair Nusantara yang diadakan Dewan Kesenian Tangerang (2013), dan Jambore Nasional Bahasa dan Sastra (2011) yang diadakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sekarang penulis sedang berproses dan berjuang dalam dunia tulis-menulis agar karyanya yang lahir bisa diapresiasi pembaca.
kepada kita yang menyatu sungguh
pada udara yang kita kasihi
mengental dalam ruang
hidup yang basah mendekat
menyuburkan tanah meski berbeda
tetapi langit-langit tetap sama
manakalah di antara kita terperenyak
selalu ada yang memberi tangan
menempelkan pada jemari yang lain
begitu seterusnya
ruang semesta, Februari 2014
Punyaku juga
kita tak saling berhadapan
tapi dahagamu
punyaku juga
lambung yang pedih
menyebabkan tubuh meluruh
mengigaukan rasa sakit
di dadaku
berkali-kali kau meminum air mata
kemudian aku
melipat cemas
di antara doa-doa
ruang semesta, Februari 2014
Abu itu mengabarkan Tentangmu
langit menghitam, murung dan hening
tapi siang masih terik
panas yang menguliti mata hati
abu tengah mengabarkan tentangmu
di jauh kilometer sana yang mengaduh
menyimpan sakit berkawan debu
gunung yang begitu kalut
tenanglah,
di negeri kita ini
tak ada sedih yang sendiri
sebab siapapun yang menangis
akan dibasuh dengan jemari yang manis
kita eja yang pilu
hingga segala haru terusap waktu
ruang semesta, Februari 2014
Biodata Penulis
Julia Hartini, lahir di Bandung 19 Juli 1992, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tergabung dalam Unit Pers Mahasiswa UPI 2010-sekarang. Sekarang pun aktif bersastra bersama ASAS (Arena Studi Apresiasi Sastra) UPI dan Komunitas Penulis Perempuan Indonesia.
Puisi-puisinya masuk dalam media massa seperti Harian Umum Pikiran Rakyat, Metro Riau, Radar Banten. Selain di media massa, puisi-puisinya juga masuk dalam antologi puisi seperti Tifa Nusantara (2013), Indonesia di Titik 13 (2013), Saksi Ibu Melihat Reformasi (2013) , Habis Gelap Terbitlah Sajak (2013), Situ Waktu (2011).
Selain menulis puisi, penulis pun diundang dalam Pertemuan Penyair Lintas Daerah yang diadakan Dewan Kesenian Pemalang dan Pekalongan (2013), Pertemuan Penyair Nusantara yang diadakan Dewan Kesenian Tangerang (2013), dan Jambore Nasional Bahasa dan Sastra (2011) yang diadakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sekarang penulis sedang berproses dan berjuang dalam dunia tulis-menulis agar karyanya yang lahir bisa diapresiasi pembaca.