TEKS SULUH


Sabtu, 05 Juli 2014

Mencermati puisi penyir Jambi Dimas Arika Mihardja

Puisi 'Reformasi Mental ' karya Dimas Arika Mihardja seakan wujud sumbangsih penyair untuk negeri ini. Banyak orang berpendapat, puisi itu jujur, memang benar. Tetapi dibalik itu adalah cerminan hati sastrawan yang bersih. Penyair slalu menginginkan keindahan tidak hanya dalam karya-karyanya namun juga dalam kehidupan nyata ia menginginkan keindahan itu. Mungkin saja berpendapat puisi diperuntukan untuk hadiah seseorang, bingkisan moment tertentu, atau mencatat peristiwa sejarah. Seperi puisi 'Kerawang Bekasi' karya Chairil Anwar itu boleh jadi puisi dengan kandungan nilai sejarah bangsa ini. Namun jangan mengira puisi tanpa pesan. Sebagailayaknya puisi-puisi lainnya memiliki makna pesan yang dalam buat kita. Mari kita cermati puisi 'Reformasi Mental karya Dimas Arika Miharja ini:
Reformasi Mental
Sajak Dimas Arika Mihardja
setelah lelah ibadah, lidah rasa terbelah
dan sajadah menghitam basah
dibasuh resahresah waktu memburu
setelah reformasi api
kini kita masuk dan masak reformasi mental
bukan reformasi metal--merah total
tapi reformasi diri terus-menerus
reformasi jejaring birokrasi terus-menerus
reformasi mengubah kemalasan menjadi kilau emas
reformasi mengubah laknat jadi rahmat
reformasi niat jahat menjadi jihat
reformasi ciptakan harmoni
reformasi ciptakan jalan damai
reformasi menghargai keberagaman
dan perbedaan
Juli 2014
Demikian Dimas sengaja memberikan ketegasan ajakan itu. Meski pada bait awal memberikan bobotnya sebuah puisi ,...dibasuh resah-resah waktu memburu. // namun bait selanjutnya Dimas merubah gayanya sehingga tampak ketegasan itu.
oleh : Rg RgBagus Warsono