TEKS SULUH


Jumat, 04 Juli 2014

fenomena alam pada puisi Risalah Api Elang Matahari Mas , karya Enka Arnasi.

Fenomena alam adalah pertanda kehidupan atau sebaliknya kehidupan dimirip-miripkan dengan alam, bisa ditandai dengan peristiwa alam dan perilaku hewan dan tumbuhan, Seperti dalam bait ketiga penyair Jambi , Eka Arnasi, ini adalah gambaran fenomena itu....// "Elang bukan pengejar musim
Bukan pemigrasi panjang Utara-Selatan
Atau pengeram tahunan
Searah bayangan elang pulang
Matari tak pernah sepakat, sebab dilihatnya ufuk tak berujung
Yang di depan mata cuma jarak
: jarak yang fana itu, tak pernah abadi"//...Tak sedikit penyair mengemukakan fenomena alam tetapi tak sedikit pula yang gagal dalam pencarian ini. Dari puisi ini , Risalah Api Elang Matahari Mas , Enka Arnasi  telah menunjukan kepiawaiannya sebagai seorang penyair handal saat ini. Bukan berarti memuji, namun sangat jarang runtut sair yang berhasil. Luar biasa Mas Enka Arnasi  salam sastra indonesia.
Berikut sajak Enka Arnasi itu :

RISALAH API - ELANG MATARI MAS

:

Matari mas di pucuk kemilang sedang berdamai dengan apinya sendiri
Berdamai pada letih menakar jarak
Setapak-tapak ia teriak selentang bayangan ia bujuk
Ke mana hendak memanjang jarak?

Nyala katamu nyala,
Padam bagiku sebuah kesepakatan damai
Lupakan dongeng api, kelak redup sejuk di kalbu, sebab satu perkara:
Bayangan tak lapuk di ufuk
Di sore yang sama pada perjalanan yang sama
Terbang pelan-pelan seekor elang di api massa
Tak diintai tak mengintai
Tak tergesa tak lelah tak hendak terbakar nyala

Elang bukan pengejar musim
Bukan pemigrasi panjang Utara-Selatan
Atau pengeram tahunan
Searah bayangan elang pulang
Matari tak pernah sepakat, sebab dilihatnya ufuk tak berujung
Yang di depan mata cuma jarak
: jarak yang fana itu, tak pernah abadi

Sebab api belum padam
Tak jadi paham
Yang fana takkan abadi, yang abadi takkan fana
Apa lagi yang hendak dicari
Diri tak butuh nyala api
Risalah elang matari mas,
Di pucuk panas di kuncup tunas membara melalap semua
Sedang hati sedang menanti, berdamai dengan diri sendiri

4 Juli 2014
Mengusap dada sendiri saat ternyata lingkungan kian kurang kondusif menciptakan harmoni
Dimas Arika Miharja