TEKS SULUH


Kamis, 22 Januari 2015

Kiriman dari Papua : Lumbung Puisi sastrawan Indonesia Jilid III Osratus


PROTES YANG TERSULUT SALUT PADA PEREMPUAN LAUT

Osratus

“ Dut, dut…. Drudut, drudut. Umpan imut
terpagut ikan cucut penuhi
kebutuhan perut?
Lihatlah, perempuan laut!
Dia cemberut.
Dia bilang, engkau curang.
Engkau bilang, padanya
engkau sayang.
Tapi mengapa padanya engkau tarik insang?
Apakah menurutmu, engkau curang?
Menurutku
engkau tidak curang, ibu.
Maka, bicaralah. Kalau tak mau, ya sudah.
Telah kutanya pada hiu dan
lumba-lumba.
Kata mereka,
justru ibu yang telah berribu kali
dicurangi.
Cumi-cumi dan tengiri
juga bilang padaku,
bahwa dirimu perempuan laut yang
karena kebaikanmu,
seluruh biota laut
menjadikanmu sebagai ibu angkat.
Mereka salut padamu,
aku juga salut padamu,
hai penggayuh perau yang tangguh.
Mengapa si ikan cucut tiruan itu
tega permainkan dirimu, ibu?”
Sausapor, 15012015

Osratus

SESENDOK PROTES BUAT PEREMPUAN PENOHOK SAGU

“ Istirahat dulu, ibu.
Minum dulu
obat malaria dengan sesendok protes
yang kami ambil
dari (dalam) perut noken
kehilangan persediaan obat.
Proganil, dimanakah engkau proganil?
Klorokuin, ke mana engkau pergi?
Apakah engkau masih menuda
kunjunganmu ke parasit leptospirosis,
doxycycline?
Semoga cepat sembuh, ya buuu.
Supaya ibu menohok sagu
dengan bugar di badan.
Tapi, ibu termasuk perempuan
yang kondisi fisiknya
bagus.
Kalau tidak, ibu sudah
lama
ditusuk jarum infus di kota.
Ada pepatah mengatakan,
lebih baik mencegah daripada
mengobati :
Jam tidur jangan biarkan terulur
Makan teratur, jangan biarkan dia tergusur.
Mandi tengah malam, okelah kalau hanya semalam.
Malaria paling suka,
kalau kita kosongkan
perut.
Tidur
larut malam,
kepada kita dia bilang salut.
Kalau kita tiba-tiba merasa :
kecerdasan otak di atas angin,
mandi malam tidak masuk angin,
perut kosong terasa kenyang,
tidur tidak mengantuk tidak ,
mungkin itu gejala malaria.
Tapi tak usah takut. Malaria juga punya hati
Sebenarnya dia sayang pada kita.
Hanya, dia tak mampu melawan kebiasaannya.”
Sausapor, 15012015

Osratus merupakan nama pena dari Sutarso nama sebenarnya. Lahir di Purbalingga (Jawa Tengah), 8 Maret 1965. Tahun 1981, hijrah ke Sorong, Irian Jaya (sekarang Papua Barat). Sekarang Tinggal di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Penyair adalah Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Al-Amin Sorong (sekarang Universitas Muhammadiyah Sorong), lulus tahun 2001. Alamat penyair : Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tambrauw – Papua Barat. Jl. Warfaknik No. 01 Sausapor. Penyair adalah Kepala Bidang Transmigrasi pada Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Aktif menulis puisi sejak tahun 1980-an dan dipublikasikan ke Majalah Transmigrasi (1984-1989), Majalah Trubus (1982-1988), Tabloid Simphoni (1991), Swadesi (1991), Harian Berita Yudha (1990-1996), Majalah GONG (2005-2006) dan harian Republika (1997-2010). Majalah HORISON (2012 sampai sekarang).Penyair, juga seorang jurnalis, Pelukis, komikus dan kartunis lepas di beberapa media massa di Indonesia. Penyair pernah menjadi guru Bahasa Indonesia dan guru Kesenian di beberapa sekolah tingkat SLTP dan SLTA di Kabupaten Sorong dan Kota Sorong (2001 -2010. Pernah mengikuti pelatihan program Pendidikan Seni Nusantara (PSN) pada tahun 2004, 2005 dan 2006) Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Sorong (tahun 2006-2010). Mengantarkan mahasiswa menjadi juara I (satu) pada Lomba Cipta dan baca puisi dalam PORSENI untuk universitas dan perguruan tinggi se-kopertis Maluku dan Papua (tahun 2008). Tahun 2013 mulai menulis puisi untuk diplubikasikan ke harian KOMPAS.
Suka ·