TEKS SULUH


Sabtu, 01 Juli 2017

Baca Puisi Sebagai Intertainment

Baca Puisi Sebagai Intertainment

Baca puisi sebagai industri kreatif sebetulnya sudah dimulai sejak masa Rendra. Baca puisi telah dimulai dengan penampilan profesional. Peng-acara baca puisi pada saat itu telah memberi penghargaan tersendiri si pembaca puisi sebagai penampilan profesional. Kini Mereka yang dihargai baca puisi dengan penampilan profesional adalah mereka yang memiliki pengakuan nasional masyarakat luas. Kebanyakan mereka adalah tokoh-tokoh penyair yang telah memiliki nama besar dengan karya besar yang diakui masyarakat.

Menuju ke arah seperti itu tentu harus melalui tahapan-tahapan dengan berkarya sastra yang unggul yang pada gilirannya penciptanya mengenyam nama besar itu seiring karya mereka.
Namun demikian penulis melihat kesungguhan pembaca-pembaca puisi untuk tampil maksimal dan berhasil merebut hati pemirsa. Karena ada sesuatu yang baru dibawakannya, sesuatu yang menarik, sesuatu yang menji fokus perhatian dalam sebuah acara. Fokus panggung karena seseutu yang beda dari yang lain, seperti diutarakan pada awal-awal tulisan ini. Pembaca-pembaca puisi berhasil merebut hati penonton karena penampilannya yang khas baik khas dalam membaca puisi maupun ke khasan dalam penampilannya.




















Demikian ke-khasan dalam membaca puisi menjadi daya tarik tersendiri. Ke-khas-an baik dalam membawakan baca puisi maupun penampilan panggungnya menjadi perhatian tersendiri bagi penontonnya. Apresiasi pun akhirnya begitu banyak dari penonton. Sebut saja mereka itu adalah Cok Sawitri, Zubaidah Djohar, Dhenok Kristianti, Sulis BambangNi Putu Putri Suastini, Djoko Pinurbo, Dee Lestari, Nurochman Sudibyo, Wage Tegoeh WijonoThomas Haryanto SoekiranTan Lioe Ie, Aming Aminudin, Timur Sinar Suprabana dll , adalah pembaca-pembaca puisi yang memiliki ke-khas-an dalam penampilannya.
(bersambung)