Menentukan siapa Bintang penyair terang dalam arti memiliki karya cemerlang bersinar haruslah meneliti banyak bacaan sastra penyair. Tentu saja ribuan karya bagus setiap hari berseliweran di media net. Dan pasti tak semua terbaca. Metthoda karya bagus bukalah banyaknya klik suka atau komengar dan tanggapan berlimpah. Bintang penyair terang yang tetap bersinar bahkan menembus mendung kabut sastra Indonesia mencomot beberapa penyair yang memang kelihatan tak asing. Winar Ramelan pegiat sastra dari dapur sastra Jakarta, Salman Yoga S dari Aceh justru tak mengikuti pendahulunya LK Ara di sana. Sedang Katrin Bandel yang tak asing dengan keilmuannya tetang sastra Indonesia justru semakin mantap. Sedang Wayan Jengki Sunartapenyair sekaligus seniman Bali ini semakin terang benderang mengokohkan dirinya sebagai penyair kenamaan Indonesia yang mulai dikenal di manca negara.
Evaluasi atas karya bermutu sebetulnya sudah dapat dilakukan oleh anak sekolah menengah pertama. Pilihan-pilihan bacaan untuk kemudian diapresiasikan baik melalui tulisan maupun ungkapan-ungkapan. Terlebih mahasiswa dalam hal ini mahasiswa di jurusan sastra lebih pandai lagi mengapresiasi bahkan menunjukan mana yang yang layak dibaca atau layak dicampakan.
Sementara semakin geli juga jika penulis melihat banyak penyair terus-menerus meributkan genre puisi esai dan atau mengerjakan hal-hal yang justru tak perlu dilakukan seperti menghujat seseorang. Sementara roda semakin cepat berputar dalam cipta puisi modern ini.
Penyair-penyair senior yang mapan telah memiliki masanya tersendiri dalam pencarian jati dirinya sebagai penyair. Jati diri itu adalah kenikmatan yang tak terukur dengan benda maupun rupiah. Pencarian yang telah diketemukannya untuk menjadi penyair yang sebenarnya. Baginya dunia penyair itu seperti itu menurut pribadinya yang merupakan suatu yang telkah dicapai sebuah jati diri kepenyairan .
Karya-karya mereka memiliki grafiknya dalam standarisasi kemapanan yang kadang tak membutuhkan balasan atas karyanya itu, baik dalam ujud benda maupun pujian.
Nilai nilai jati diri itu dan kemapanan dalam dunia kepenyairan telah tampak pada diri penyair Handrawan Nadesul dengan cirinya tersendiri sebagai pembawaannya dalam profesi lainnya sebagai seorang dokter. Kemudian pada Aloysius Slamet Widodo yang telah mantap dengan lekatnya namanya puisi glayengan yang selalu mengundang gemuyu. kemudian pada Eko Tunas dengan cirinya tersendiri, dan nama-nama lain.
Kaca mata penulis tentu yang satu dengan yang lain berbeda. tak usah dihiraukan jika tak berkenan. Seperi juga penyair mencipta, takaran bagus tidaknya tetap pada publik. Kaca mata penulis mungkin dapat ditarik sebagai pembelajaran, tetapi mungkin juga hanyalah oli kotor yang perlu diganti.(rg bagus Warsono 3-3-18)