TEKS SULUH


Minggu, 26 Juli 2015

Diantara ribuan batu akik yang berserakan di pengunungan Indonesia pasti terdapat pualam dan manikam yang gemerlap.

Diantara ribuan batu akik yang berserakan di pengunungan Indonesia pasti terdapat pualam dan manikam yang gemerlap.
Era 2000an jumlah penyair berkembang pesat, Jika seratusribu jiwa saja terdapat 1 orang penyair maka terdapat 25.000 penyair di Indonesia.
Upaya , Kurniawan Junaedhie, penyair asal Tegal, yang mengumpulkan Haiku saja lebih dari seribu penyair menulis itupun jika tidak disortir mungkin ribuan jumlahnya. Kemudian Sosiawan Leak , merekrut puisi bertema korupsi telah ribuan penyair mendaftar.
Perkembangan yang sangat menggembirakan ini adalah minat masyarakat terhadap sastra meningkat pesat sejak internet meluas di Indonesia, namun sayang masyarakat yang memiliki minat baik terhadap dunia sastra di Indonesia kurang direspon oleh pemerintah. Bahkan ilmu sastra sangat jarang dipelajari di sekolah karena tidak didukung dengan pengintegrasiannya pada mata pelajaran bahasa Indonesia atau bahasa daerah yang mau tidak mau sastra selalu menempel pada bahasa.
Kurikulum kita pernah mengintegrasikan hal yang bodoh seperti flu burung, lingkungan hidup, karakter bangsa, wawasan nusantara, budi pekerti dan terakhir anti korupsi pada mata pelajaran mulai SD hingga sekekolah menengah tetapi alat yang terbaik berupa apresiasi sastra justru tidak disentuh, padahal justru sastra sangat baik bagi pendidikan putra putri kita.
Jumlah penyair yang begitu banyak adalah bukti minat masyarakat yang diwakili oleh sastrawan/penyair, meski jumlah penyair yang banyak akan membiaskan nama tokoh penyair, namun tetap penilaian adalah terhadap karyanya. Karya yang bagus dan bermutu itulah yang akan mengangkat nama penyair itu menjadi terkenal diantara ribuan penyair yang setiap saat bertambah banyak . Namun kita harus percaya diantara ribuan batu akik yang berserakan di pengunungan Indonesia pasti terdapat pualam dan manikam yang gemerlapan. (Rg Bagus Warsono, 26-7-15)