Penyair
Idola
Penyair harus banyak kenalan yang kemudian menjadikan mitra
bagi pendidikan sastra. Kalau begitu sekolah dan universitas sangat perlu
menjadi relasi penyair. Mengapa demikian? karena buku dengan belajar lebih
mahal belajar. Dari proses pembelajaran sastra yang disampaikan secara langsung
oleh penyair ini, penyair mendapatkan penghargaan dari sekolah atau universitas
itu.
Untuk menjadi penyair laris diundang masyarakat ataupun
lembaga pendidikan, seorang penyair harus menjadi idola di daerahnya. Rumusan
untuk menjadikan diri seorang idola bagi pencinta sastra.
Bicara idola bagi masyarakat terhadap penyair pujaannya
adalah bukan "loe jual aye beli" tetapi bagaimana penyair itu
memahami selera khalayak.
Banyak penyair/penulis senior dan sudah terkenal kurang beruntung
dalam kehidupannya alias hidup pas-pasan, sebaliknya Asma Nadia yang bau kencur
sudah menimati jerih-payahnya bahkan kecukupan karena novelnya yang
disinetronkan.
Doeloe NN (no name) dikehendaki penyair untuk menyembunyikan
jati diri. Sekarang untuk apa bersembunyi, yang blak-blakan saja belum tentu
dikenang. Seakan tragedi (peristiwa) silih berganti , event peristiwa sastra
begitu banyak, sehari bisa tiga empat kegiatan sastra di negeri ini. Jadi
bersembunyi tak ada artinya. begitu juga nama samaran yang berganti-ganti
membuat khalayak bingung. Penyair idola jangan bersembunyi dibalik pintu.
Lekatkan karya dengan namamu
Karya yang telah melekat dengan nama seorang penyair menjadi sinar tersendiri
yang membuat masyarakat diterangi sesuatu karya yang melekat populair dengan
penulis atau penggagasnya. Contoh ketika disebut PMK orang akan langsung
mengingat Sosiawan Leak,
ketika disebut puisi glayengan orang akan mengingat Aloysius Slamet Widodo,
begitu juga nama daerahmu lekatkan dengan namamu, rebut itu. Contoh ketika
orang menyebut penyair Lampung langsung khalayak mengingat Isbedy ZS Stiawan, Ketika
menyebut aceh langsung orang mengingat LK Ara, dsb.
Komitment terhadap gagasan kreati , ide kreatif dan karya
unik
Adalah alat popularitas unik yang tak disamai orang lain.
Contoh ketika Gola Gong membuat Rumah Dunia, maka melekatlah rumah itu dengan
penggagasnya, Ketika orang menyebut pusat dokumentasi sastra orang langsung
mengingat HB Jassin, dsb.
Tanpa karya buku (baik tunggal maupun bersama) penyair yang
menghendaki idola masyarakat harus punya bukuti benda yakni dalam ujud buku. Ini
merupakan modal awal sebagai bukti untuk masyarakat yang akan mengenalnya lewat
membaca. Buku karya penyair menjadi alat sosialisasi yang handal. Buku dapat
sampai di tangan orang lain baik melalui jual beli, hadiah, cinderamata, atau
tukar menukar atau kenang-kenangan.
Bagi pemula hendaknya memcipta puisi jangan dulu untuk
dirinya sendiri , sebaiknya mencipta puisi untuk diberikan orang lain. Semakin
puisi diterima masyarakat, masyarakat semakin merasa memiliki. Sebagai contoh
banyak puisi-puisi tentang sosial yang membela si lemah menjadi puisi yang
diterima masyarakat.
Sebaliknya puisi yang menceritakan diri sendiri akan dapat diikuti dan diminati
manakala penyair itu sudah menjadi figur masyarakat. Manyarakat ingin
mengetahui tentang figur penyair pujaannya sedalam-dalamnya.
Siapa yang akan tahu dirimu seorang penyair jika tak mau
memperkenalkan dirimu penyair. Gak usah malu toh nanti juga dirimu mencantumkan
namamu sebagai penyair. Yang mudah dan terjangkau saja misalnya di tetangga
sekitar, tempat kuliahmu atau di tempat kerjamu. Caranya berikan bukti dari
menunjukan bukumu, menunjukan tulisanmu. Sehingga ketika ada orang bertanya
tentang alamatmu tetangga sebelah tau, Oh Mas yang depan rumah itu penyair, ya
. (Rg Bagus Warsono, 20 Oktober 2016)