Sederet penyair-penyair top seperti Emha Ainun Nadjib, Isbedy ZS Stiawan, Saut Situmorang, Sosiawan Leak, Umbu Landu Paranggi, Sutarji Calzeum Bachri , menyusul jejak pendahulunya seperti Chairil Anwar, Pramoedya Ananta toer, Rendra adalah perokok walau dalam kadar pemakainya berbeda
Rokok bukan identik dengan penyair, tapi penyair memerlukan rokok. Seakan ketergantungan, Rokok pun menjadi alasan bagi sebagian penyair, ada yang memerlukan untuk teman menulis, penggali ispirasi, perenungan, bahkan pengembangan ide.
Beberapa penyair kelihatannya merokok bahkan sudah 'nyandu (Kecanduan). Tetapi sebetulnya bukan trens bagi seorang penulis/penyair. Bukan gagah-gagahan tetapi kebiasaan buruk bagi kesehatan. Padahal belum pasti dari mana mereka mendapatkan rokok. Sebab kita tahu sendiri tiada penghasilan pasti bagi seorang penyair.
Menurut penyair Bambang Joko Susilo Penyair boleh merokok sebab kalau tdk ada yg merokok kasihan penjual rokok, sepi, pabrik rokok bisa bangkrut, pajak negara berkurang dan koruptor pun kehilangan lahan korupsi.Merokok itu sebetulnya tidak penting, tapi untuk bisa tahu bahwa merokok tdk penting seseorang harus merokok spy benar-benar tahu bhwa merokok memang tidak penting. Yang penting heppy.
penyair lain , Wardjito Soeharso Bagi berpendapat , sebaiknya perokok menahan diri untuk tidak merokok bila dalam lingkarannya ada yang tidak perokok. Hormati yang tidak perokok untuk mendapatkan haknya menghirup udara segar dan bersih. Atau paling tidak meminta ijin pada yang tidak perokok terlebih dahulu. Tapi susah ya. Perokok memang termasuk orang2 paling egois di dunia ini. Sorry ya, untuk para perokok. Hehehe...
Demikian, akhirnya merokok diserahkan pada kepribadian masing-masing dan resiko masing-masing. Beberapa hal yang mungkin perlu dihindari bagi pemakai rokok dan yang tidak merokok adalah bagaimana menjaga jarak anta perokok dan yang tidak merokok. Kesulitannya adalah pergaulan tidak hanya karena merokok jadi putus hubungan namun demikian demi kesehatan diri agaknya harus punya pengertian masing-masing antara si perokok dan yang bukan perokok.
(rg bagus warsono)
Rokok bukan identik dengan penyair, tapi penyair memerlukan rokok. Seakan ketergantungan, Rokok pun menjadi alasan bagi sebagian penyair, ada yang memerlukan untuk teman menulis, penggali ispirasi, perenungan, bahkan pengembangan ide.
Beberapa penyair kelihatannya merokok bahkan sudah 'nyandu (Kecanduan). Tetapi sebetulnya bukan trens bagi seorang penulis/penyair. Bukan gagah-gagahan tetapi kebiasaan buruk bagi kesehatan. Padahal belum pasti dari mana mereka mendapatkan rokok. Sebab kita tahu sendiri tiada penghasilan pasti bagi seorang penyair.
Menurut penyair Bambang Joko Susilo Penyair boleh merokok sebab kalau tdk ada yg merokok kasihan penjual rokok, sepi, pabrik rokok bisa bangkrut, pajak negara berkurang dan koruptor pun kehilangan lahan korupsi.Merokok itu sebetulnya tidak penting, tapi untuk bisa tahu bahwa merokok tdk penting seseorang harus merokok spy benar-benar tahu bhwa merokok memang tidak penting. Yang penting heppy.
penyair lain , Wardjito Soeharso Bagi berpendapat , sebaiknya perokok menahan diri untuk tidak merokok bila dalam lingkarannya ada yang tidak perokok. Hormati yang tidak perokok untuk mendapatkan haknya menghirup udara segar dan bersih. Atau paling tidak meminta ijin pada yang tidak perokok terlebih dahulu. Tapi susah ya. Perokok memang termasuk orang2 paling egois di dunia ini. Sorry ya, untuk para perokok. Hehehe...
Perempuan penyair diam-diam merokok juga.
Penulis juga menjumpai banyak perempuan penyair merokok dari yang tingkat iseng ikut-ikutan, yang sudah terbiasa, sampai perokok berat. Penulis belum dapat menyebutkan nama orangnya karena belum ada bukti fotonya, namun di bernagai penampilan banyak juga dijumpai mereka tengah 'nglepus dengan teman perempuan penyair lainnya. Fenomena ini telah menjadi biasa dan maklum bagi penyair, betulkah?
Kadang sulit untuk menghindar dari kebiasaan buruk kesehatan yang telah dilakukan terus menerus, mudah-mudahan tidak ditiru kebiasaan merokok itu bagi generasi muda.dalam hal ini para penulis/ penyair muda.
Demikian, akhirnya merokok diserahkan pada kepribadian masing-masing dan resiko masing-masing. Beberapa hal yang mungkin perlu dihindari bagi pemakai rokok dan yang tidak merokok adalah bagaimana menjaga jarak anta perokok dan yang tidak merokok. Kesulitannya adalah pergaulan tidak hanya karena merokok jadi putus hubungan namun demikian demi kesehatan diri agaknya harus punya pengertian masing-masing antara si perokok dan yang bukan perokok.
(rg bagus warsono)