TEKS SULUH


Minggu, 10 Mei 2015

Mengapa Cenderung Hafal Judul Antologi Ketimbang Puisinya?


oleh : Rg Bagus Warsono.
Inilah pergeseran cara pandang masyarakat dengan semakin banyaknya buku antologi diterbitkan. Terlepas kualitas , namun kuantitasnya sangat menggembirakan bagi perkembangan sastra Indonesia.
Dewasa ini ada sekitar 200-an penerbit aktif yang menerbitkan buku-buku sastra termasuk antologi, rata-rata mereka menerbitkan 5 buku dalam sebulan. Jika 2 antologi diterbitkan oleh setiap penerbit , maka bukan mustahil kita sehari muncul sebuah judul antologi baru , hebat bukan?
Perkembangan puisi Tanah Air adalah perkembangan mina masyarakat terhadap puisi, kini puisi tidak hanya dinikmati kalangan tertentu namun juga telah dinikmati oleh berbagai kalangan dan profesi. bahkan puisi juga telah menjadi alat 'sindir-menyindir dikalangan politikus. Dilain utu puisi digunakan juga pada dunia perniagaan. Jadi perkembangan yang sangat pesat membuahkan karya berlimpah ruah sehingga dikumpulkan dalam berbagai ragam antologi yang diciptakan oleh beragam profesi yang juga meminati dunia sastra serta penyair dari yang muda hingga yang senior berkiprah didunia perpuisian.
Jadilah Karya yang jutaan judul itu menjadi kemasan-kemasan antologi yang harus dikemas dengan judul yang menggelitik dan serta menjadi ingatan masyarakat.
Pada masa lalu Deru Campur Debu-nya Chairil, tak sepopulair sajak-sajak didalam antologinya yang justru membawa nama kumpulan sajak itu dikenal. Begitu juga Tiga Menguak Takdir dan Kerikil Tajam yang Terampas dan yang Putus. Sajak Aku dan Kerawang Bekasi tentu lebih populair ketimbang judul antologinya.
Sebetulnya penulis tidak mempersoalkan akan judul antologi dan judul puisi namun bilakah renungkan bukankah yang kita apresiasi adalah puisinya? Meski demikian judul antologi terkadang mewakili seluruh isi puisi-puisi di dalamnya, tetapi juga andai isinya setema atau mencerminkan judul itu. Mari kita telaah beberapa antologi dan puisi2 yang menggelitik.
Bersambung ....