TEKS SULUH


Sabtu, 17 September 2016

Tentang Sastra (Puisi) Terkini Oleh Rg Bagus Warsono



Tentang Sastra  (Puisi) Terkini
Oleh Rg Bagus Warsono
Salah satu siar informasi karya sastra yang tepat itu tempatnya di lembaga-lembaga perguruan pencetak guru, seperti DI UPI atau fakultas keguruan. Di beberapa perguruan tinggi itu kita punya dosen dan tenaga kependidikan yang juga merupakan penyair terkenal. Melalui informasi yang didapat dari lembaga itu suatu ketika akan disiarkan di sekolah-sekolah di Nusantara ini oleh alumnusnya. Tergantung dari bagaimana dosen di perguruan itu menyuguhkan materi sastra pilihannya. Kita percaya mereka akan menyuguhkan materi ajar atas karya terbaik bukan atas dasar tokoh penyairnya. Sebab mustahil dosen memberikan materi asal-asalan karena informasi sastra yang disampaikan dosen di fakultas keguruan berdampak pada masyarakat luas nantinya.
Dunia internet dengan perkembangan situs-situs sastra serta sajian budaya di media online yang terus berkembang, mengakibatkan turunnya grafik penjualan buku sastra di berbagai toko buku besar. Beberapa toko buku besar terpaksa mengecilkan ruangan untuk mengurangi karyawan untuk menjaga kestabilan toko buku. Akhirnya mereka para tokoh penyair yang selama ini memonopoli penerbitan buku gigit jari. Buku mereka lapuk di rak-rak penjualan yang tak pernah disentuh pembeli. Kini boleh dikatakan penyair-penyair pinggiran malah laris karyanya terbaca oleh masyarakat melalui dunia internet.
Kegairahan sastra Indonesia khusus puisi di Indonesia dengan munculnya banyak antologi bersama sejak reformasi dan memasyarakatnya pengguna internet, menjadi wahana pertemuan para penyair dalam karya-karya mereka ('meski semu bila dikatakan bersatu) .Gejala ini patut dicatat dalam sejarah kesusastraan Indonesia sebagai gerak langkah perjalanan sejarah sastra Indonesia. Bukti-bukti itu sudah cukup banyak diprtanggungjawabkan . Dan tentunya berbahagialah para penyair yang turut menyuarakan melalui puisi aneka antologi bersama di Tanah Air.
Berfikir dengan rasa dan melihat tidak harus sebelah mata tentang sastra Indonesia dewasa ini. Antara Jakarta, Jogyakarta, Semarang, Tegal, Bekasi, Banjarmasin dan kantong-kantong penyair di seluruh Tanah Air harus mendapat porsi yang sama dalam pemberitaan serta pengakuan aktifitas sastra. Informasi itu terbuka lebar, tak boleh kita menutup mata bahwa ada di sebuah desa di Jambi, misalnya, yang jauh dari keramaian, atau di Banjarbaru di tepi hutan ada aktifitas sastra dalam upaya menghidupkan sastra khusus puisi Indonesia.
Jika sastra yang diperbincangkan orang-orang akademika itu tentang karya angkatan 66 atau sebelum tahun reformasi, maka 20 th mundur sastra kita. Perkembangan sastra dewasa ini diwarnai dengan perkembangan dunia internet. Ciri-ciri itu diantaranya gejolak masyarakat untuk menyuarakan isi hati dengan kesamaan pandang atas ketidakcocokan antara realita dengan reformasi. Contoh-contoh itu timbul seperti munculnya antologi bersama Puisi Menolak Korupsi yang dimotori Sosiawan Leak, dan belakangan muncul antologi bersama Sakkarepmu yang jemu akan kebiasaan -kebiasaan bersastra klasik. Dan muncul juga berbagai karya antologi bersama lain yang memiliki khas tersendiri dari berbagai daerah.

Jika sastra yang diperbincangkan orang-orang akademika itu tentang karya angkatan 66 atau sebelum tahun reformasi, maka 20 th mundur sastra kita. Perkembangan sastra dewasa ini diwarnai dengan perkembangan dunia internet. Ciri-ciri itu diantaranya gejolak masyarakat untuk menyuarakan isi hati dengan kesamaan pandang atas ketidakcocokan antara realita dengan reformasi. Contoh-contoh itu timbul seperti munculnya antologi bersama Puisi Menolak Korupsi yang dimotori Sosiawan Leak, dan belakangan muncul antologi bersama Sakkarepmu yang jemu akan kebiasaan -kebiasaan bersastra klasik. Dan muncul juga berbagai karya antologi bersama lain yang memiliki khas tersendiri dari berbagai daerah.