Adalah Chalvin Papilaya, seorang penyair asal Poka Maluku yang berani mengungkap kata akan potret Indonesia saat ini dalam bahasa Sekarang Bumerang puisinya yang bagus dalam Kita Dijajah Lagi antologi yang menggores Indonesia sampai kapan pun. Puisinya mengembang apresiasi, tetapi judulnya cukup memberi maksud sedang bait ketiga Chalvin Papilaya sedikit menghibur diri dalam kesinisannya , ..//merayakan perkabungan//......sisa-sisa siksa ......// (rg bagus warsono)
Chalvin Papilaya
Sekarang Bumerang
Sekarang, bergelegar para kesatria
Lebih sukar telah berlumur darah
Menanti-nanti takdir bercengkrama
Malam membuat tawanan pengembara
Mulut sesumpal raksasa tak bisa lagi dicabut
Sekarang, bergaya laskar di beranda muka
Panji berdendang, kutahu murka orang asing
Menggemakan mitos purba kaum putih
Dan notulensi di kanan meja memuja-muja ketakutan
Pelayar kapal yang mengenal tuhan, menutup roh-roh
Sekarang, luluh-lantak guru-gurulah jadi pelipur
Mengaku sang ahli nujum, penemu bintang-bintang
Walau metamorfosis di angkasa terbentang ganjil
Dalam sabda gaib, kita merayakan perkabungan
Berlebur urapan duka yang meletupkan sisa-sisa siksa
Ambon, Agustus 2017
Chalvin Papilaya alias ‘sebasta’. Lahir di Poka pada 23 Januari 1992. Sekarang sebagai mahasiswa akhir di Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku. Terkadang bermain teater di Bengkel Sastra Batu Karang dan mendedikasikan puisi bagi kampung.