Dhea Lingkar perempuan penyair asal Madiun menyapa pembaca di seluruh Tanah Air dengan perantara puisi Hujan Menyapa. Hujan seakan mengingatkan masa yang silih berganti. Panas setahun kalah dengan hujan sehari. Seakan begitu saja terus menerus. Dhea pun maklum akan orang Indonesia yang banyak 'memaklumi bahkan akan peristiwa yg terjadi. Yang sudah-sudah mudah-mudahan yang berjalan tidak demikian atau terus berharap suatu saat nanti akan lebih baik. Apalagi bagi kita rakyat kecil yang terombang ambing terus menerus. Jika tibul harap, hanyalah sesaat harapan pagi yang sinarnya tertutup hujan. Mari kita simak puisinya :
Dhea Lingkar
Hujan menyapa
Pagi bukan seperti pagi
Menangis di bawah deras rintik air hujan
Gemetar hati untuk berkata
Menahan dingin tetesan
Membasahi tubuh
Masa-masa di mana
Semua orang tak bisa berbicara
Tentang kemerdekaan
Hanyalah angan
Keadilan hanya imajinasi
Hatiku berontak terkekang oleh peraturan
Orde baru
Apalah daya rakyat kecil
Terombang-ambing atas kesabaran
Aku selau ingin berdiri
Dengan mata tajam
Penuh makna
Lelah menjalani kehidupan
Namun waktu belum menjawab
Tetsan tumpah darah untuk negeriku
Aku berteriak dalam hening
Apakah sinar cahaya
untuk menghirup udara angin utara
Segera keluar dari api neraka
Namun cahaya pagi itu
Kembali memudar
Selama-lamanya
Madiun