TEKS SULUH


Jumat, 02 Oktober 2015

Publiklah yang Mengakui Siapa Penyair

Ada beberapa kebutuhan dasar untuk seorang sastrawan: mutu sebuah karya, pembaca karyanya, popularitas,pengakuan, inspirasi, kolega penerbitan, memiliki fans, promosi karyanya, pengukuhan dari sastrawan lain atau yang lebih senior dengan esai, resensi, ulasan berkaitan dengan karya itu, teman sastrawan, dan yang terakhir adalah pangsa pasar. Kebutuhan itu saling menunjang dan berkaitan. Diantara kebutuhan dasar itu terkadang banyak sastrwan pemula mengambil keputusan mana kebutuhan dasar yang diprioritaskan yakni promosi diri bukan promosi karyanya. Jelas ini keliru. Promosi diri tanpa karya bermutu akan sia-sia.

Pengakuan terletak pada publik. Bukan seseorang dua orang atau kelompok. Artinya jika kau seorang diri, atau mereka mengakui aku sebagai penyair atau sebaliknya aku (seorang diri), atau kami mengakuimu sebagai penyair itu berarti kau dan aku belum apa-apa. Publiklah yang menentukan.
Begitu juga tidak ada bacaan bermutu kecuali diapresiasi dan tak ada bacaan bagus kecuali dibaca dan dikatakan orang.

Doeloe HB Yassin, Korrie Layun Rampan, Linus Suryadi AG, atau siapa pu kurator menentukan pengakuan patut dimaklumi karena keterbatasan baik kuantitas penulis di Indonesia, maupun penerbitan buku dan media cetak. Sekarang mohon maaf, yang menentukan 'penobatan penyair adalah publik.

Sebagai contoh doeloe , buku buku novel karya SH Mintardja , dan Anda pernah membacanya bukan? seperti ' Sabuk Inten dan Nagasasra, 'Matahari Esok Pagi, atau 'Api dibukit Menoreh, adalah novel populair yang sangat laris bak kacang goreng, berjuta-juta orang tua muda suka membacanya. Bukubuku itu tidak saja sebagai bacaan masyarakat tetapi juga di dalamnya terkadung sastra, roman cinta, sejarah, filsofi bahkan sampai strategi peperangan. Ketika beliau masih hidup tak satu orang pun kurator menulisnya. Barulah ketika meninggal banyak orang membicarakannya.

Tetapi jangan khawatir, ada kekuatan yang luar biasa yang tak dapat dikalahkan oleh siapa pun bahwa seseorang adalah penyair yakni takdir Allah. Caranya sangat gampang yakni disamping berusaha juga mensyukuri apa adanya yang diri kita miliki . Insya Allah.

Anak tetanggaku yang masih kelas 2 SD membaca puisi karya gurunya . Sambil bertamu saya mendengarkan puisi yang dibaca anak temanku itu. Puisinya sangat bagus sekali. Lalu saya tanya siapa guru yang mengarang puisi itu, Bu Neni namanya. Aku simak lagi puisi yang tengah dihafalkan itu, lalu saya katakan pada temanku bahwa Bu Neni adalah seorang penyair.