Terangi lampu Mbok tuamu
yang membidik gambar warisan leluhur
dan sediakan teh manis Mbok tuamu
Agar tak lelah oleh panas perapian malam
Lalu sediakan sepotong sirih
untuk Simbok tuamu yang pernah menyelimutimu
tak ada salah menoreh
karna hati menjadi satu
Canting jari hatimu sendiri
menyatu lembar lembar mori
putih tertiup angin
kau mencetak cerita baru
menelusuri garis yang telah toreh sendiri
menebalkan jalan setapak yang dilaluimu
mewarai diri apa yang dijalani
dan menebalkan warna ciri seni
kau bebas melalui jalanmu
membatik diri
Bilakah pencinta seni
menjalin hati batikmu sendiri
menambah cantik rupamu gadis
tampan wajahmu pemuda
menambah pesona penampilan Bapak hari ini
dan ibu terlihat merangsang Bapak
Menunggu kering diangin
menunggu teman selesai
atau kau dahului menikah
padahah aku tak menyuruhmu menunggu
Simbokmu rela melepasmu pergi
asalkan esok kembali lagi
dengan baju batik yang lain
Biarkan malam meleleh kering
asalkan tlah menggores
Biarkan malam mengering dingin
asalkan selembar usai
Atau kau terlalu encer
dan tiupan bisikan hati agar tak lagi tersumbat
Kenapa menyuruh jatuh cinta
padahal sejak sekolah kau mencintaiku
dengan seragam yang kancingnya lepas
karena senda guraumu lucu
Kenapa kau menyuruh rindu
padahal sejak ku pergi
sms-ku terkirim pada namamu
yang slalu ada dihati
Duhai gadis berbaju batik
Tlah lama ibu membatik
tapi tak selembar kain disimpan
kapan ibu buatkan baju batik
aku sudah gadis ibu
tinggalkan selembar kain saja
untuk kenang-kenangan
Foto RgBagus Warsono.
Ajari aku membatik
agar aku bisa berdadan cantik
Ajari aku membatik
agar aku mewarisi ilmu
Ajari aku membatik
agar aku menjadi seperti ibu
Dia berjalan selebar lipatan kain
Sidomukti dan selendang liris
melangkah ke panggung keroncong simfoni
Putri Solo ataukah gadis Pekalongan
Bukankah gadis Trusmi
ah itu Ibu Indonesia.
yang membidik gambar warisan leluhur
dan sediakan teh manis Mbok tuamu
Agar tak lelah oleh panas perapian malam
Lalu sediakan sepotong sirih
untuk Simbok tuamu yang pernah menyelimutimu
tak ada salah menoreh
karna hati menjadi satu
Canting jari hatimu sendiri
menyatu lembar lembar mori
putih tertiup angin
kau mencetak cerita baru
menelusuri garis yang telah toreh sendiri
menebalkan jalan setapak yang dilaluimu
mewarai diri apa yang dijalani
dan menebalkan warna ciri seni
kau bebas melalui jalanmu
membatik diri
Bilakah pencinta seni
menjalin hati batikmu sendiri
menambah cantik rupamu gadis
tampan wajahmu pemuda
menambah pesona penampilan Bapak hari ini
dan ibu terlihat merangsang Bapak
Menunggu kering diangin
menunggu teman selesai
atau kau dahului menikah
padahah aku tak menyuruhmu menunggu
Simbokmu rela melepasmu pergi
asalkan esok kembali lagi
dengan baju batik yang lain
Biarkan malam meleleh kering
asalkan tlah menggores
Biarkan malam mengering dingin
asalkan selembar usai
Atau kau terlalu encer
dan tiupan bisikan hati agar tak lagi tersumbat
Kenapa menyuruh jatuh cinta
padahal sejak sekolah kau mencintaiku
dengan seragam yang kancingnya lepas
karena senda guraumu lucu
Kenapa kau menyuruh rindu
padahal sejak ku pergi
sms-ku terkirim pada namamu
yang slalu ada dihati
Duhai gadis berbaju batik
Tlah lama ibu membatik
tapi tak selembar kain disimpan
kapan ibu buatkan baju batik
aku sudah gadis ibu
tinggalkan selembar kain saja
untuk kenang-kenangan
Foto RgBagus Warsono.
Ajari aku membatik
agar aku bisa berdadan cantik
Ajari aku membatik
agar aku mewarisi ilmu
Ajari aku membatik
agar aku menjadi seperti ibu
Dia berjalan selebar lipatan kain
Sidomukti dan selendang liris
melangkah ke panggung keroncong simfoni
Putri Solo ataukah gadis Pekalongan
Bukankah gadis Trusmi
ah itu Ibu Indonesia.