TEKS SULUH


Minggu, 15 Januari 2017

TIFA NUSANTARA sekuntum jejak, eL Trip Umiuki

TIFA NUSANTARA
sekuntum jejak
mendung mendekap kota ungu siang itu
gerimis menetak hatiku
yang sarat rindu
entah kali ke berapa pintu hotel terbuka dan tertutup entah siapa yang datang dan pergi entah pasalnya botol air mineralku terguling begitu saja, hanacaraka datasawala kutepis tahayul kunamakuna padajayanya magabatanga walau, suer, debar jantungku mengirama tak tok tak tok hak gegas menuju tanggajalan hingga teriak lirih menghentikan nafasku...”ayahhh...!”
ah ah..., akhirnya kau datang, Rezqie sayang
takhirau lagi aku apatah hujan meluruhkan dakidaki kota hujan di hatiku meluruhkan serindu rindu yang bertengger di sekujur kalenderku dalam dekap anakku yang sangat rezqie di alir instrumental lembut menerbang siang
Abah Yoyok tiba dengan peluk sastranya o lala selamat datang mbarepku Adriana Tjandra Dewi RgBagus Warsono Agustav Triono sementara Ahmadun Yosi Herfanda berjanji segera terbang dari riau, ah... alangkah nusantaranya gumam Ali Arsy bersanding Andre Theriqa menyambut Arafat Ahc turun dari motornya menggelinding dari demak membuktikan cintanya kepada sastra sementara Arinda Risa Kamal merindu hadirnya Arsyad Indradi yang begitu setia menyemai sastra, ya kerinduan yang mengambang di bolamata Ary Nurdiana Atin Lelya Sukowati Aulia Nur Inayah sementara A’yat Khalili menggarami semangat hidup merdeka didamping Ayid Suyitno PS dan yang sangat Ayu Cipta sementara Azizah Nur Fitriana merasa taklengkap tanpa Aant S. Kawisar dan Arif Hidayat; sungguh indah Allah yang menyukai keindahan, sastra dan sastrawan masuk sekolah adalah keniscayaan peluk
Bambang Widiatmoko diamini Betta Anugrah Setiani Budhi Setyawan diacu semangat Badrul Munir Chair dan Bode Riswandi; insyaallah ucap
Cipta Arief Wibawa yang baru saja mendarat dari medan
sesungguhnya, setelah kesulitan ada kemudahan...
setelah kesulitan ada kemudahan
Darajatul Ula menyenyap aula Temu Karya Sastrawan Nusantara dengan gema wahyu yang menggetarkan sukma meneteskan airmata Dasuki D Rumi, Devi Hermasari; kian deras ketika alfatihah dipanjatkan untuk kesembuhan Dharmadi Penyair yang sangat dinanti; Didi Kaha mengangkat tangannya; doa khusyuk mengalir menjemput Dimas Arika Mihardja; o, indahnya sastra, desis Dimas Indiana Senja, Dwi Klik Santosa
yang terjadi terjadilah manusia hanya bergerilya bukan lantaran surga atau neraka
yang terjadi terjadilah
eL Trip Umiuki membuka pesta sastra (Andre Theriqa meluncurkan Tifa Nusantara) sementara
En kurliadi nf dan Enes Suryadi belum habis harap kehadiran Erry Amanda, Eko Tunas, dan Evan YS sementara
F. Pratama, Faizy Mahmoed Haly memahami ketidakhadiran Fatih El Mumtaz sehubungan geliat sastra di Riau sementara
Gampang Prawoto mengagumi sampul Gito Waluyo diamini Gunoto Saparie,
Hardia Rayya, dan Hasan Bisri BFC; nangroe aceh darussalam sangat mengapresiasi peluk Hermansyah Adnan di bawah tatapan berkacakaca Husnul Khuluqi yang menanti
Imam Safwan, Irma Agryanti, Ishack Sonlay, dan Isbedy Stiawan ZS
Kusnadi Arraihan dengan semangat djogdjanya tetap menanti
J. Betara Kawhie dan Julia Hartini
(ahad, 22 desember, pukul 00.00 entah lewat berapa, sujud syukur aku di musola; menangis habis mensyukuri nikmat berjumpa dengan sahabat-sahabat nusantara yang luar biasa hangat begitu sejuknya; rebah lalu sekenamya, nglumpruk di samping Ega Lazuardi, anakku, Agus Chaeruddin, sahabatku; menyelinap prosesi peluncuran bunga rampai pesta sastra yang sangat pesta bugar dengan duet maut Andre Theriqa dan Eko Erna lewat papankuncinya; meja-meja bundar menyatukan rindu rupa dan rindu sastra; rindu yang menjadi pesta sastra disemangati Raka Mahendra dan Ni Putu Ayu dengan puisi yang menggetarkan kahyangan ditingkah monolog Dhenok Kristianti yang membuat cemburu para dewa lengkap dengan puisi para sahabat yang lepas tanpa beban; Ayu Cipta, Endah eNKa Wulan, Rini Intama, Wilson Wantjik, Budi Ribowo, Cipta Adi, Evi Susanti, Rohman, Agus Chaeruddin, Widhi Hatmoko, Banjir Saputra, Teteng Jumara bernafas lega)
bahwa nusantara menyulih indonesia
sungguh kerinduan atas negeri yang murah senyum cinta damai
sebagaimana “indonesia raya” digemakan anakanak menari riang dengan tifanya
(bupati tangerang Ahmed Zaki Iskandar meresmikan Temu Karya Sastrawan Nusantara dalam kopi pagi menyematkan Penghargaan Sastra Bupati Tangerang kepada L.K. Ara dan Suryati Syam dengan kesaksian Nani Tandjung dengan puisi yang melelehkan keangkuhan tiang-tiang penyangga aula)
ya kasih ya sayang ya cinta ya mawar ya melati ya Allah ya Akbar tabik bagi
L.K. Ara yang dalam usia senjanya berkenan terbang dari serambi mekkah, Lailatul Kiptiyah membiarkan airmatanya terlinang di samping Lanang Setiawan dalam haru
Mariyana, Muhammad Rois Rinaldi yang rajin keliling nusantara, hal yang tentu dirasa Majenis Panggar Besi, Moh Mahfud, Mustaqiem Eska; sementara
Nana Sastrawan dan Nani Karyono masih dalam sihir puisi Nani Tandjung yang menggetarkan ruang menggedor hati Niken Kinanti, menodong bolamata Noi Bonita dan Nur Hadi yang dikira dari Kaltim padahal Kaliwungu Timur yang kangen kehadiran Nastain Achmad Attabani dan Novy Noorhayati Syahfida; sementara
Primanita dan Pudwianto Arisanto mengakui ketangguhan
Qeis Surya Sangkala kendati sekejap saja membumikan puisinya
Raka Mahendra takpelak mengagumi penampilan Ratna Ayu Budhiarti, Ratna M. Rochiman, mengulur tangan bagi penyair muda borneo Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara; penyair masa depan gumam Ria Oktavia Indrawati diamini Rini yang sangat Intama dan Riyanto yang sangat Purwokerto
Sartika Sari, Seruni, Shah Kalana Alhaji, dan Sholichudin al-Gholany membisikkan nama Shourisha Arashi, aku bergumam dalam doa panjang bersama Sri Runia Komalayani doa yang juga diucap bagi Sri Wintala Achmad; doa Suryati Syam bagi Sus. S. Hardjono yang tengah menggeliatkan sastra di Sragen yang takluput dari catatan Suyitno Ethex yang merindu Satmoko Budi Santoso, Sobih Adnan, Soekoso DM, Sofyan RH. Zaid, Syarif hidayatullah, merindu
Tatang Rudiana Alghifari, Tawakal M. Iqbal, Tina K., Tjak S. Parlan, dan Thomas Haryanto Soekiran yang tengah menggeliatkan Purworejo
indonesia merdeka rasanya ketika dua guru besar tiba dari riau
setarikan nafas kemudian mengalir diskusi tanpa jeda
(Dimas Arika Mihardja, Ahmadun Yosi Herfanda, Uki Bayu Sedjati, Bambang Widiatmoko, Iwan Gunadi, dan sang pemandu Wowok Hesti Prabowo meniscayakan kegiatan pascatemukarya sebagai langkah nyata membumikan sastra) diamini
Vanera el Arj, Villy J. Roesta, dan
Windu Mandela yang merindu Wahyudi, Wyaz Ibn Sinentang sementara
Y.S. Agus Suseno mengamini dari Banjarmasin, Yandri Yadi Yansah dari Lampung, Yudhie Yarcho dari Jepara, Yuditeha dari Karanganyar, bersama Yusran Arifin dari Tasikmalaya
sastra dan sastrawan masuk sekolah
menjadi cita bersama
tinggallah kebersamaan
membumikannya
ribuan kilo jalan yang kautempuh... masih menggetar di pesta sastra sesi tiga memberkas semburat jingga bagi andre theriqa menyongsong ulang tahunnya ditifa musik yang menggerai rambut gampang yang sangat prawoto meliukliuk dia di bawah soraksorai meriah yang ternyata memungkasi acara
ya, temu karya sastra nusantara berakhir tanpa akhir
selesai tetapi belum usai
nusantara, 23 desember 2013
eL Trip Umiuki