TEKS SULUH


Kamis, 27 Juni 2019

MAMPUSNYA ROTADENAWA DIMALAM JUMAT oleh Rg Bagus Warsono

Rotadenawa pengganggu negeri pesisir itu berjalan sambil menari mengikuti gamelan obrog yang dibunyikan masyarakat dasa Pasekan dan Pabean Ilir.

Semakin ramamai berbagai alat dibunyikan semakin riang Rotadenawa menari. Gamelan itu dibunyikan sambil berjalan menuju suatu arah. para rotadenawa gembira menari mengikuti gamelan obrog yang berjalan semakin menjauhi desa Pasekan.

Sementara di desa Pasekan di malam Jumat yang agung itu suara surau dan masjid semua perempuan mengalunkan Yassin tiada henti, agar tak satu pun Rotadenawa masih berada di desa itu.

Iring-iringan obrok dengan diiringi ratusan rotadenawa meninggalkan desa Pasekan. Hari itu malam Jumat semua Rotadenawa pergi meninggalkan desa Pasekan mengikuti musik gamelan obrok menuju pantai Tiris.

Semakin malam semakin jauh iring-iringan musik obrog yang dibunyikan masyarakat yang diikuti ratusan bala rotadenawa dibelakangnya.

Rotadenawa yang tampak tinggi besar, gemuk dan menakutkan berda didepan sambil menari. Dia lah yang disebut Wiragora , raja butho rotadenawa pesisir Indramayu. Musik semakin keras , sementara tampak hitam rimbunan hutan bakau Pantai Tiris pertanda tempat pembuangan Rotadenawa itu. Wiragora dan para pengikutnya rotadenawa tak sadar dirinya hendak dibuang ke hutan Pantai Tiris.

Ternyata tak hanya para rotadenawa yang mengikuti musik gamelan obrog itu, diantaranya terdapat bangsa gendruwo, wewe gombel, kuntilanak, tuyul dedemit, tengkorak, jajanggitan, hantu patromak, sampai jaelangkung.

Memang butho ratadenawa Wira Gora raja segala raja syaitan penghuni pesisir Indramayu. Kini mereka mulai memasuki Pantai tiris. Pantai yang lebat tanaman mangruf. dengan segala macam hewan rawa yang buas.

Ketika telah sampai Pantai Tiris , gamelan obrog terus dibunyikan . Mereka membawa Rotadenawa ke dalam hutan mangruf itu. Begitu juga bangsa gendruwo, wewe gombel, kuntilanak, tuyul dedemit, tengkorak, jajanggitan, hantu patromak, sampai jaelangkung pengikutnya bersama masuk dalam hutan itu.

Terlihat pimpinan musik obrog mulai memberikan aba-aba agar alat musik sebagian tidak dibunyikan, musik semakin dikurangi perlahan dan akhirnya musik berganti suara bising serangga hutan Pantai tiris. Kiyai Sidum diam-diam membawa semua rakyat penabuh gamelan obrok itu meninggalkan Pantai Tiris melewati menuju desa Cantigu untuk menghilangkan jejak.

Malam makin pekat, bangsa rotadenawa itu berada di hutan Tiris. Musik obrog mulai menghilang. Rotadenawa bingung hendak kemana. Mereka terkurung di hutan Tiris.

Kiyai Sidum dan rombongannya telah menjauh dari Hutan Tiris. Mereka sengaja membuang bangsa rotadenawa ke hutan mangruf yang luas dan lebat itu.

bangsa Rotadenawa dam pimpinannya akhirnya tak dapat berbuat apa-apa kecuali menunggu fajar dimana matahari terbit dari timur. Dibalik desa nelayan Pasekan dan Pabean Ilir.
(bersambung)