(23)
Ismail Sofyan Sani
BUTA TULI TANPA NURANI
tuan
tuan masih saja bertikai
siapa
yang mestinya berkuasa
siapa
presiden, siapa gubernurnya
tuan
cuma pikirkan ambisi semata
sebagai
wakil rakyat yang dipercaya
ternyata
cuma itu yang tuan bisa
rakyat
sudah sangat sengsara
percuma
bicara tentang cinta
hanya
sandiwara sia sia
yang
kita pahami bersama
berjuta
pengangguran
membuang
surat lamaran kerja
membakarnya
di tungku perapian
membunuh
harapan dan keinginan
tuan
entah dimana
berjuta
perempuan
pergi
bekerja di pagi buta
bergelantungan
tanpa nada di bis kota
berdesakan
dan dilecehkan di kereta
tuan
buang muka
berjuta
perempuan
berbondong
jadi babu di luar negeri
beberapa
terancam hukuman mati
beberapa
mati disiksa majikannya
tuan
entah dimana
berjuta
mahasiswa
kuliah
dengan biaya menggila
sehabis
lulus bingung kerja dimana
banyak
sarjana berjualan kembang gula
tuan
tak bicara
berjuta
anak sekolah
berjuta
anak tak sekolah
menyanyikan
Indonesia Raya
tanpa
irama dan air muka
tuan
diam saja
lihatlah
tuan,
jutaan
pekerja terancam di phk
karena
investor tak lagi berdaya
sedang
pekerja asing siap bersaing
tuan
masih bisa tertawa
dengar
tuan, suara jeritan tercekik
ibu
yang menangis di tengah pasar
tak
cukup uang untuk berbelanja
harga
berlompatan naik sesukanya
kutak
katik angka tanpa matematika
tuan
masih tak bicara
tuan
tuan
mustahil
kalau tuan tak mendengar
tangisan
pilu di kelam pekat gerhana
pura
pura atau tak melihat angkara
menenggelamkan
banyak keinginan
dan
memuntahkan sisa kotoran
selalu
dalam bentuk kesengsaraan
dan
tuan sama sekali tak bergeming
berarti
kuping tuan kehilangan nada
mata
tuan kehilangan penglihatan
sedang
hati kehilangan kepekaan
jadilah
tuan buta tuli tanpa nurani
dapat
dikatakan tuan sudah mati
mati
yang sebenar benarnya mati
karena
tuan cacat dan mati
kami
tak butuh tuan lagi !
cimanggis
13 januari 2016