TEKS SULUH


Sabtu, 20 Februari 2021

Kulkul

 Tahun 1977 kelas 6 Sekolah Dasar aku ikut cerdas cermat dilombakan di RRI, keluargaku mendengarkan dari rumah, kebetulan aku juru bicaranya. Begini aku memulai : Regu C dari Sekolah Dasar Paoman V Kecamatan Indramayu Dengan juru bicara RG Bagus Warsono, disamping kanan saya ...Evita Erasari disamping kiri saya ...Indri Yuswandari , begitu teman pendampingku langsung menyebut nama diri, mereka berdua dipasang untuk membantuku membisikkan jawaban, yang sebelah kanan pintar matematika yang sebelah kiri pinter HPU.

Dewan jurinya orang yang sekaligus membacakan pertanyaan mereka adalah Soekardi Wahyudi , Wawan Hamzah Arfan, dan Ali Arsy tokoh pendidikan yang sekaligus guru sekolah menengah.

Masih ingat seorang yang menulis nilai di papan nilai dengan kapur tulis ia adalah Wardjito Soeharso, yang setiap babak membacakan jumlah tiap-tiap regu.

Sayang sekali kami bertiga tidak bisa menjawab tiga pertanyaan sekaligus di babak final, diantara pertanyan dari Dedari Rsia sebagai Juri Utama yang kali ini membacakan pertanyaan berturut-turut. Masih Ingat pertanyaan itu hingga sekarang. Apa nama alat komunikasi tradisional untuk memberi tanda kepada masyarakat di desa dari Bali. Dan kami bertiga tidak tahu bahwa jawaban itu asing bagiku, yaitu "Kulkul".

Hari itu kami pulang tanpa tepuk tangan. Aku tak mendengar ketika ibuku bercerita bahwa ibuku berteriak di depan radio "Kulkul !"

(nama 2 pelaku adalah direkayasa dengan nama penyair terkenal)