TEKS SULUH


Rabu, 03 November 2021

Catatan #PERJALANAN PUISI (1) oleh Nanang R Supriyatin

 #PERJALANAN PUISI (1)

SAHABAT saya, sastrawan Humam S. Chudori hanya bisa berdoa agar Nanang R Supriyatin, Ade Novi, Eddy Pramduane & Omni Koesnadi sukses dalam perjalanan dari Jakarta menuju Pekalongan. Humam juga menyampaikan pesan 'salam' pada pegiat literasi yang berkumpul di salah satu lokasi budaya di Pekalongan, yang memang berlangsung semarak; tepatnya pada hari sabtu, 23 Oktober 2021.

Humam S. Chudori yang asli lahir di Pekalongan, sesungguhnya sangat ingin berkunjung ke kota yang membesarkannya itu. Di lain sisi, ia juga kangen ingin bersilaturahim dengan para penulis. Kenapa beliau tidak mau gabung? Pasalnya ternyata beliau hingga saat ini belum di 'vaksin' sebagaimana anjuran Pemerintah. Menurutnya, hanya orang-orang yang sudah di vaksin yang berhak untuk masuk ke mal, bioskop, hotel, tempat rekreasi -- juga sebagai persyaratan mutlak jika ingin memanfaatkan jasa KAI. Dugaan ini sama persis dengan dugaan saya. Makanya, alasan saya mau di vaksin di samping gratis, juga sertifikat vaksin dapat dipergunakan untuk bepergian jarak jauh serta untuk kegiatan lain yang kita inginkan.

Sejak bulan agustus, saya sudah di vaksin sinovac 2x. Artinya saya telah memegang 2 surat + hasil vaksin yang kemudian saya 'laminating' seperti KTP. Alhamdulillah, saya telah memiliki identitas lengkap sebagai warga negara.

Pada hari sabtu, 23 Oktober 2021, pukul 08.30 wib, kami (Nanang, Ade, Eddy, Omni) sudah tiba di stasiun SENEN. Saya sempat mengamati lokasi tunggu, pintu masuk stasiun hingga ke sebuah tempat kira-kira bertuliskan 'Lokasi Tes Antigen'. Setelah bayar jasa tes antigen sebesar 45.000/ orang, di tempat terpisah,  lobang hidung kami pun sedikit dimasuki alat. Dan, sekitar 10 menit hasilnya sudah keluar melalui panggilan mikrofon petugas. 

Yang jadi pertanyaan, kami kan sudah membayar tiket kereta api jauh-jauh hari sebesar 105.000, berarti kami hanya menyiapkan keberangkatan kereta pukul 10.20 wib. Ohh, sempat terbayang wajah Humam S. Chudori. Ternyata, o ternyata sertifikat vaksin sama sekali tak berguna. Jangankan di cek petugas KAI, di intip saja tidak. Karena untuk bisa naik kereta cuma ada syarat bayar tiket dan bayar tes antigen. Ohoi...

Sepanjang perjalanan stasiun Senen-Pekalongan, dalam kereta, kami hanya bisa tersenyum dan tertawa. Idealisme kami terhadap keindahan puisi membuat sesuatu yang kami anggap janggal, hanya sebatas 'Puisi yang berjalan di ruang-ruang sunyi'.