TEKS SULUH


Rabu, 03 November 2021

Catatan #PERJALANAN PUISI (3) oleh Nanang R Supriyatin

 #PERJALANAN PUISI (3)

Tak pantas juga jika virus covid-19 yang nyaris membuat kehidupan menjadi stagnan selalu dijadikan alasan, dengan kata lain sebagai kambing hitam. Bagi sebagian orang, mungkin mempercayai bahwa pertemuan adalah sesuatu yang indah sekaligus emosional dalam arti positif.

Sempat menggeliat di kepala saya; seandainya malam 'Puisi Dalam Kotak Suara' ditambah dengan Launching Buku Puisi 'T', 'Perjalanan Berkarat' serta buku-buku lain, umpamanya karya Kasdi Kelanis. Sempat juga menunggu inspirasi panitia penyelenggara melalui pembawa acara untuk memberi kesempatan pada tamu yang dianggap senior, seperti Dharmadi Penyair maupun Wardjito Soeharso (apalagi pada siang hari sempat ada bincang antara Pengarang dan Para Guru, di lokasi yang sama) -- untuk sekadar memberi testimoni terhadap kegiatan sastra pasca level 2 pandemi covid-19. Ya, sempat juga saya berbisik pada beberapa teman mengenai lokasi kuliner khas Pekalongan maupun destinasi yang asik yang ada di kota batik ini. Meskipun tidak ujug-ujug mencari lokasi dimaksud, setidaknya sudah ada rekomendasi tersirat. Mengingat yang diundang adalah para Penulis/ Penyair Nusantara.

Bagi saya memang sempat agak lelah, agak ngantuk dan sejenisnya saat berada di tengah acara yang meriah tersebut. Namun, sempat melek mata dan membuka telinga lebar-lebar saat Ade Novi membaca puisi berjudul "Amarah".

pergi sayang

pergi jauh dariku

biarkan kabut itu

biarkan hujan itu

jika kau pergi

tinggalkan malam

sisakan pedih

aku tak ingin rindumu

aku tak ingin tangismu

biarkan hari-hari sepi

dan aku terjaga

di kota yang riuh

cukup sudah

kata-kata tak bermakna

menggumpal dalam kamar

bagai lukisan abstrak

bagai tubuh tanpa nyawa

jangan kau katakan makna dari ciuman

ungkapkan saja mimpi burukmu

jadilah kau dirimu

hidup dalam mimpi

dalam bayang liar

seperti ular hidup di hutan

mati di lautan

bunuh cintamu

bunuh kau punya rindu

jika kau pergi akan kugali tanah

ku kubur jiwa yang mati

pergilah nyanyian

hidup terlanjur asing

kau sayangku

dustai saja aku!

28/10/2017

Tawa dan senyum di pelataran mengiringi teh panas dan rebusan yang tersedia. Ahai!