TEKS SULUH


Kamis, 14 Juni 2018

Istimewanya Ramadhan di Sedekah Puisi Ramadhan 1439 H

Istimewanya Ramadhan
Tinta penyair adalah karya seni pikir penyair yang digoreskan dengan perantara aksara. Betapa dalam menahan lapar dan dahaga penyair kita membuahkan karya bermutu tinggi dalam tadarus puisi Sedekah puisi, yang betul-betul , dan sekali lagi penulis katakan sangat indah seperti berbagi keindahan. Berikut cuplikan-cuplikan puisi indah itu :
Suhendi RI dalam puinya “ Nirvana”
//...Dalam kefanaan ia mengasingkan diri
Menembus batas semu surgawi
Menuju jalan budhi...//
Harkoni Madura denga puisinya “ Cemara Udang Pantai Lombang”
//....sapuan pucuk daun-daunnya mengisyaratkan ihwal pendakian
mengupak semestaku menuju rute-rute rindu
hampar pasir dan ikan-ikan yang berenangan
masih menjinjing sakaw dzikir penghujan
hingga pada jingkrak tubuh-tubuh sampan
kujumpa rekah jalan sebasah kayuhan firman
menyambut denyut senja yang berarak
kusyahadatkan kedirian lewat basuhan sajak-sajak
selagi jazad tak uzur meredup...//
MayaAzeezah dalam puisinya “ Maafkanlah”
//.../Memperlihatkan Hisab?
Amal perbuatan selama ramadhan
Ya, aku tercantum paling hitam
Pada buku-buku malaikat/...//
Faisal ER dalam puisinya “ Sebuah Catatan Ramadhan”
//Di ujung sajadah
aku memeluk air matamu
Menari dalam kenangan
Sebagian yang lain
mengejar impian sampai ke langit
Mengubah dirinya menjadi bahasa tubuh,
seperti puisi diam dalam makna....//
Eri Syofratmin dalam puisinya Air mata jiwa
//...: Yang bersetubuh dalam jasad,
Bimbing Nurku. Siram, bersihkan
Bersama air suci dan zikir-zikir hening
Sampai air mata jiwaku mengalir,
Dari bilik-bilik lembah mata jiwaku.
Ya Nur Muhammad.....//
Faisal ER dalam puisinya Sebuah Catatan Ramadhan
//...Namun tangismu terdengar nyaring
Menunggu lailatul qodhar yang nyaris
Mulutmu yang gagap dan tanganmu yang lemah
Tak kuasa menggapai meskipun melambai
Doamu membakar sunyi yang sepi
Sujudmu kesenyapan yang sendiri//
Osratus dalam puinya “ Protes tentang Sepasang Sandal Jepit”
//...."mungkin, daripada hidup diselimuti kepurapuraan makanya mereka pulih bercerai. mungkin juga, ada sandal ketiga yang iseng. bisa jadi, aku dan dirimu penyebabnya. tapi bukankah menganggap pasti yang belum pasti, sama saja dengan bohongi diri sendiri? ...//
Muhammad Affip“ Dongeng Batu Puasa”
//...Ketika ada orang gundah mencari arah lalu
daun berisik dan gugur bersama angin, batu dingin
menanti hujan menunggu matahari menyapa kembali.
--seorang bocah menangis kepalanya berdarah
O dari manakah kerikil yang buta arah?//.
Najibul Mahbub dalam puisinya Lautan berikut cuplikannya
//Ketika Camar mencari peraduan
Diantara karang-karang terjal
Monyet memilih Senayan dalam genggaman
Sedangkan kancil menjadi penguasa di lautan....//

(Rg Bagus Warsono, Kurator di HMGM)