21.
Alek Brawijaya
Poneglyph
Dalam Sebuah Kicauan
Alek Brawijaya
terbanglah
pandanganku!
seperti terlepas dari ikatan
dan kepakkan sayap perlahan menghempas angin
menaburkan debu yang selama ini
menjadi selimut dari tidurnya.
seperti terlepas dari ikatan
dan kepakkan sayap perlahan menghempas angin
menaburkan debu yang selama ini
menjadi selimut dari tidurnya.
aku yang
tersudut di samping jendela
merasakan sebuah aura yang memanggilku
ketika sorotan jatuh keluar melihat kerimbunan pepohonan melambai
untuk singgah pada awal sebelum nabi adam diturunkan ke bumi
merasakan sebuah aura yang memanggilku
ketika sorotan jatuh keluar melihat kerimbunan pepohonan melambai
untuk singgah pada awal sebelum nabi adam diturunkan ke bumi
kembali
pada abad kekosongan
dan menjadi fitrah tak berdebu
adalah naluri dari setiap kicauan
yang bersarang di dalam dada
dan menjadi fitrah tak berdebu
adalah naluri dari setiap kicauan
yang bersarang di dalam dada
hanya saja
butuh puingpuing prasesti
untuk merangkai menjadi kerangka yang harmonis
dan menapak-tilaskan rangkaian silsilah dalam sejarah
hingga menjadi sebuah cerita, muasalnya surga.
untuk merangkai menjadi kerangka yang harmonis
dan menapak-tilaskan rangkaian silsilah dalam sejarah
hingga menjadi sebuah cerita, muasalnya surga.
Teluk Kijing, Juni 2017
Alek Brawijaya
Mazhab
Bulan
Kepada risalah malam
yang selalu bersenandung semililir angin bisu
berdakwahlah dengan gairah bintang!
berkelipan seperti jemari kunang-kunang dari kuku sang leluhur.
Telah ku
temukan kerimbunan temaram dalam ruh
berirama selaras dengan waktu
saat awan hitam berlari dari kejauhan cahaya bulan.
berirama selaras dengan waktu
saat awan hitam berlari dari kejauhan cahaya bulan.
Lalu dia
mengintaiku setelah mataku terjatuh
menemui ketidaksadaran untuk bermimpi
membangun silsilah melalui pertikaian yang harmonis
dari sisi perputaran waktu dan pergantian jejak
atau deretan malam yang beralun dalam kesunyian
menemui ketidaksadaran untuk bermimpi
membangun silsilah melalui pertikaian yang harmonis
dari sisi perputaran waktu dan pergantian jejak
atau deretan malam yang beralun dalam kesunyian
Kucatat
semuanya dalam satu malam
sampai tiba fajar akan kugabungkan
menjadi sebuah mazhab perjalanan menuju bulan
bulan kesekian atau bulan kesepian.
sampai tiba fajar akan kugabungkan
menjadi sebuah mazhab perjalanan menuju bulan
bulan kesekian atau bulan kesepian.
Teluk Kijing, Juli 2016
22.
Bambang
Widiatmoko
Idul Fitri di Bukit Barchan
Menjelang ombak
kian pasang
Kita
berjalan menyibak deretan pohon pandan
Memenuhi
bukit-bukit Barchan
Di tepi
pantai laut selatan
Sejauh
mata memandang - debur gelombang.
Kita telah
duduk melipat kaki
Terasa
butiran pasir menjalar di kanan dan kiri
Mendengar
dengan khidmat kotbah Idul Fitri
Lantas
begitu saja kusadari
Di tepi
pantai ini - kekosongan hati.
Seperti
permukaan pasir yang dipermainkan angin
Membentuk
mozaik yang selalu berubah bentuk
Lalu aku
kembali tertunduk saat angin datang mengetuk
Seolah
ingin menunjukkan - di hadapanmu terbentang laut
Dan kamu
hanyalah sebutir pasir yang selalu terantuk.
2018
23.
Suhendi RI
Nirvana
Demi
mencapai kesejatian paling hakiki
Ia tanggalkan pakaian duniawi
Samsara, karma, reinkarnasi
Jiwa suci
Menyepi
Ia tanggalkan pakaian duniawi
Samsara, karma, reinkarnasi
Jiwa suci
Menyepi
Dalam
kefanaan ia mengasingkan diri
Menembus batas semu surgawi
Menuju jalan budhi
Gelap sunyi
Abadi
Menembus batas semu surgawi
Menuju jalan budhi
Gelap sunyi
Abadi
Cikarang, 16 Januari
2018
24.
Harkoni Madura
Cemara
Udang Pantai Lombang
sepagi ini
cemara udang mulai melarung keteduhan
menidurkan usikan terik yang mulai menisik
bulir-bulir embun semalaman singgah
tipis jejaknya masih menikahi landai tanah
menidurkan usikan terik yang mulai menisik
bulir-bulir embun semalaman singgah
tipis jejaknya masih menikahi landai tanah
di antara
pekikan camar
dan senggak ombak yang menyetubuhi jangkar
sapuan pucuk daun-daunnya mengisyaratkan ihwal pendakian
mengupak semestaku menuju rute-rute rindu
dan senggak ombak yang menyetubuhi jangkar
sapuan pucuk daun-daunnya mengisyaratkan ihwal pendakian
mengupak semestaku menuju rute-rute rindu
hampar
pasir dan ikan-ikan yang berenangan
masih menjinjing sakaw dzikir penghujan
hingga pada jingkrak tubuh-tubuh sampan
kujumpa rekah jalan sebasah kayuhan firman
masih menjinjing sakaw dzikir penghujan
hingga pada jingkrak tubuh-tubuh sampan
kujumpa rekah jalan sebasah kayuhan firman
menyambut
denyut senja yang berarak
kusyahadatkan kedirian lewat basuhan sajak-sajak
selagi jazad tak uzur meredup
selagi degup belumlah surup
kusyahadatkan kedirian lewat basuhan sajak-sajak
selagi jazad tak uzur meredup
selagi degup belumlah surup
Banyuates, 25 Maret 2018
25.
MayaAzeezah
Maafkanlah
Langit
biru sisa hari-hari pengampunan
Dicurah
mega menggumpal
Sinar
putih sebagai tanda misteri
Apakah
gerangan?
Memperlihatkan
Hisab?
Amal
perbuatan selama ramadhan
Ya, aku
tercantum paling hitam
Pada
buku-buku malaikat
Mungkin
lebih putih awan-awan berarak
Meski
siang rela menahan lapar dan kering tekak
Malam tak
tidur nyenyak
Noda tak
begitu saja lesap
Astagfirullah,
Hamba sering
silap menyemat kata maaf
Berpegang
teguh kepadaMu Allah
Namun
meninggalkan tali perikatan terhadap sesama
Sungguh!
Manusia
dicipta
Penuh alpa
Penuh
keluh
#MayaAzeezah040618
Riswo Mulyadi
Apakah Aku Puasa
apakah aku
puasajika lidahku masih sibuk menyusun kata-kata untuk melukai dada orang lain
apakah aku puasa
bila tak mampu memangkas nafsu
apakah aku puasa
jika seharian menahan lapar seraya menumpuk menu untuk berbuka
jika pun aku puasa
apakah akan kembali ke fitri
jika lebaran kujadikan ajang riya
21 Mei 2018
26.
Faisal ER
Sebuah
Catatan Ramadhan
Di ujung
sajadah
aku
memeluk air matamu
Menari
dalam kenangan
Sebagian
yang lain
mengejar
impian sampai ke langit
Mengubah
dirinya menjadi bahasa tubuh,
seperti
puisi diam dalam makna.
Dalam
perjalanan Ramadhan
Jiwaku
menyelusup dalam tubuhmu
saling
berkejaran mengejar bayangan
Meraih
cinta Tuhan
Namun
sunyi membakar sepiku
Raiblah
doa-doa dalam munajahku
Namun
tangismu terdengar nyaring
Menunggu
lailatul qodhar yang nyaris
Mulutmu
yang gagap dan tanganmu yang lemah
Tak kuasa
menggapai meskipun melambai
Doamu
membakar sunyi yang sepi
Sujudmu
kesenyapan yang sendiri
Sumenep, 11 Juni 2018
27.
Air mata jiwa
Ramadhan,
: Perjalan menahan nafsu
Menahan segala yang kita mau
Menahan segalagala yang kita rindu
Yang menggebu-gebu dalam lubuk kalbu.
: Perjalan menahan nafsu
Menahan segala yang kita mau
Menahan segalagala yang kita rindu
Yang menggebu-gebu dalam lubuk kalbu.
Wahai
ruh,
: Yang bersetubuh dalam jasad,
Bimbing Nurku. Siram, bersihkan
Bersama air suci dan zikir-zikir hening
Sampai air mata jiwaku mengalir,
Dari bilik-bilik lembah mata jiwaku.
: Yang bersetubuh dalam jasad,
Bimbing Nurku. Siram, bersihkan
Bersama air suci dan zikir-zikir hening
Sampai air mata jiwaku mengalir,
Dari bilik-bilik lembah mata jiwaku.
Ya
Nur Muhammad
Ya Nurrullah,
: Bimbing Aku menuju
Kebenaran ajaranMu.
Ya Nurrullah,
: Bimbing Aku menuju
Kebenaran ajaranMu.
Subhanallah
Walhamdullillah
Walaillahaillallah
Allah huakbar
Walhamdullillah
Walaillahaillallah
Allah huakbar
Kubasuh
air mata jiwaku.
Kota
LINTAS, 5 Juni 2018.
28.
Zaeni Boli
Malam Hampir Lebaran
hanya
taburan bintang di langit
Daun daun bergosip angin berisik
Daun daun bergosip angin berisik
Yang
Mulia hampir pergi
Meninggalkan kita yang papah
Adalah kita beserta kita yang masih menempel
Meninggalkan kita yang papah
Adalah kita beserta kita yang masih menempel
Adakah
cinta
Masih menempel di hati kita
Saat Ramadhan berlalu
Tak ku lihat airmatamu
Masih menempel di hati kita
Saat Ramadhan berlalu
Tak ku lihat airmatamu
Zaeni
Boli
Flores ,Larantuka
Flores ,Larantuka
29.
Agustav Triono
Ramadhan dan Syawal
Ramadhan
dan Syawal adalah sebuah penantian sekian purnama berlalu leliku hidup
perjalanan
Seclurit bulan penanda kedatangan dinanti dengan gembira hati
Harihari bertabur religi
Pun berhias hargaharga melambung tinggi
Seclurit bulan penanda kedatangan dinanti dengan gembira hati
Harihari bertabur religi
Pun berhias hargaharga melambung tinggi
Ramadhan
dan Syawal adalah sebuah perjumpaan
Saat kepak sayap malaikat menjaring doadoa bumi
Dari bibirbibir kering dahaga
Melangitkan harap dan asa terkabullah agar tak cuma lapar saja
Dan ibadah bukan kerna ingin dipuji tetangga
Saat kepak sayap malaikat menjaring doadoa bumi
Dari bibirbibir kering dahaga
Melangitkan harap dan asa terkabullah agar tak cuma lapar saja
Dan ibadah bukan kerna ingin dipuji tetangga
Ramadhan
dan Syawal adalah sebuah kerinduan
Bila bertemu ingin erat selalu bila hendak pergi tak mau lepas lagi
Dan bulanbulan akan terus berjalan menggilas penanggalan
Hikmah janganlah dibawa pergi
Agar rahmatnya menghias harihari
Mengabadi.
Bila bertemu ingin erat selalu bila hendak pergi tak mau lepas lagi
Dan bulanbulan akan terus berjalan menggilas penanggalan
Hikmah janganlah dibawa pergi
Agar rahmatnya menghias harihari
Mengabadi.
11-Juni-2018
30.
Barokah Nawawi
Pencari Zakat
Senandung
pagi ini pedih mengiris hati
Ibu-ibu
paruh baya berbaris mengetuk pintu hati
Di
sepanjang rumah zakat kota santri.
Ketukan
pintu pagi ini membuatku menangis
Ke
manakah perginya kesadaran harga diri
Hingga
demikian mudah menadahkan tangan kefakiran
Mengetuk
tanpa malu pintu-pintu derma yang terbuka.
Ibu-ibu
paruh baya yang masih kuat berlari
Terus
berlari menyongsong derma yang mengalir
Dari
rumah ke rumah sampai ke sudut kota yang terpinggir
Berselubung
tatapan letih dan wajah yang menghiba.
Di
ujung kota mereka berpelukan
Dengan
wajah sumringah berbagi kebahagiaan
Besok
aku bisa bayar uang sekolah anak-anakku
Besok
aku bisa membeli kalung impianku
Besok
aku bisa membeli sebidang sawah
Besok
aku bisa membangun rumah.
Ibu-ibu
paruh baya yang lembut hati
Sesungguhnya
kau adalah wanita yang solehah
Sayang
jiwa fakirmu telah menutupkan tirai-tirai sorga
Hingga
cahya-Nya yang cemerlang menjadi redup
Menghilang
di aura wajah cantikmu.
Semarang,
Juni 2018