TEKS SULUH


Kamis, 07 Januari 2016

PENGEMBARAAN LEAK DAN HIV oleh Anggoro Suprapto

PENGEMBARAAN LEAK DAN HIV
Perjalanan panjang telah ditempuh, lelaki gondrong ini, Jenderal Sosiawan Leak. Pengembaraan, mencari jati diri tiada henti. Seperti Brotoseno mencari susuhe angin, hehehe....Lalu, aku pun jadi ingat waktu muda dulu, kalau ke Solo, aku selalu mampir menemui Mas Murtijono di TBS, ngobrol lesehan. Waktu itulah, aku mulai akrab dengan Mas Leak. Karena dia yang selalu menyuguhkan segelas kopi hitam dan pisang goreng. Diambil dari warung kecil di belakang TBS. Entah beli apa bon, aku tidak tahu, hahaha....
Sejak itu, aku akrab dengan beliau, dan selalu diajak ikut menulis puisi di kumpulan buku puisi gabungan, yang dikelolanya. Aku tidak tahu, apakah itu "proyek buku" atau sak karep-karepe dewe, seperti Mas RgBagus Warsono dari Indramayu, hehehe....Anehnya, aku tidak pernah menolak. Jadilah buku-buku kumpulan macam-macam, dan selalu terbit rutin. Sampai aku dah lupa judul- judulnya, hehehe....
Mas Leak ini seniman multi talenta. Ya musik, ya teater, ya sastrawan, ya sang pengembara sejati, memimpin road show baca puisi di mana-mana. Hallo Pak Jaya Suprana, catat di Muri dong. Dia dah memecahkan record tuh, hehehe....Saya berpikir, lelaki gondrong merong yang satu ini memang gila-gilaan dalam berkesenian. Tentu saja dibutuhkan semangat tinggi, energi besar, dan dana yang tidak sedikit. Bangkrutkah dia? Sama sekali tidak, malah tambah banyak saja uangnya, hahaha....
Penasaran, saya nekat ikut mengembara dengan Mas Leak, suatu hari, saat turun hujan lebat. Dikawal Dimas Ekohm Abiyasa, kami menempuh rute ke jalur selatan yang berkabut. Kesempatan itulah saya tanya sumber keuangannya. "Biasa Mas, dari hasil ngamen," katanya merendah. Lalu dia cerita macem-macem. Bisa memberi ceramah, mulang drama, kasih kata pengantar buku, jadi bintang tamu temu seniman, dan lain-lain, semua uang. Ada yang kecil, ada yang besar, semua disyukuri. Sungguh, saya kagum dengan Mas Leak. Begitu setia dan total dalam berkesenian, hehehe....
Profesi seniman itu bebas, katanya. Bisa pergi ke mana-mana, tidak ada yang melarang. Maka dia pun enak saja diundang sampai ke luar negeri juga. Soal biaya, dia tidak risau. Yang jelas bukan biaya perjalanan dinas dari instansi pemerintah. Baru-baru ini, dia pergi mengembara ke berbagai daerah di Indonesia, sampai ke daerah-daerah terpencil, untuk mewawancarai para "Odha", yaitu para pengindap HIV/AIDS. Untuk memberikan penerangan pada masyarakat, agar para Odha tidak perlu dijauhi atau dikucilkan, hehehe....
Sampai akhirnya, beberapa hari yang lalu
saya dikirimi buku Mas Leak terbaru "Anai-anai di Gelap Badai" (Odha Terpencil Melawan Stigma), hasil pengembaraannya terbaru. Sungguh, buku yang menggugah perasaan. Sampai aku tak mau melepaskannya, sebelum terbaca habis. Mas Leak, memang lelaki baik, berhati lembut. Selalu peduli dengan sesamanya. Sungguh, aku terhanyut dengan gaya penuturannya di buku itu. Hiks....(ambil sapu tangan), hehehe....
Meski Mas Leak kesehariannya lembut, tapi dia bisa keras juga. Dialah yang menggerakkan "gerakan moral" Puisi Melawan Korupsi (PMK). Dia juga mempermasalahkan Mbah Suparto Brata, yang harus menerbitkan bukunya di Konggres Bahasa Jawa dengan uangnya sendiri. Dia juga menyoroti Sastrawan MPU, yang dinilainya salah sasaran, dan jatuh ke sastrawan plat merah, lewat penunjukan. Sabtu malam
(9 Januari 2016) diskusi tentang Sastrawan MPU ini diselenggarakan di Balai Soedjatmoko Solo, dan Leak ikut bicara di situ. Diskusi diperkirakan akan gayeng, karena Bos Sastra Kanal Buletin
, Kakang Wardjito Soeharso dan wadyobolo nya dari Semarang akan hadir.....Geger genjik, Man, hehehe....Okre, teman-teman, selamat malam, salam laos ya?
Semarang, Januari 2016.